Bukan Terbunuh, Firaun Tutankhamun Tewas Diduga Kecelakaan dalam Kondisi Mabuk
Sebuah hipotesis baru yang kontroversial tentang Tutankhamun dipaparkan Ahli Biomedis Mesir Kuno, Sofia Aziz. Ia menyebut bahwa Firaun dari Dinasti ke-18 Mesir ini bukan mati dibunuh atau sakit, melainkan karena kecelakaan dalam kondisi mabuk.
Sebuah hipotesis baru yang kontroversial tentang Tutankhamun dipaparkan Ahli Biomedis Mesir Kuno, Sofia Aziz. Ia menyebut bahwa Firaun dari Dinasti ke-18 Mesir ini bukan mati dibunuh atau sakit, melainkan karena kecelakaan dalam kondisi mabuk.
Hipotesisnya itu berdasarkan luka yang terbuka hingga infeksi pada jasad Tutankhamun. Teori Sofia ini agak berani dan berbeda dari studi sebelumnya. Bahkan dirinya berpendapat jika studi sebelumnya kurang valid.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan? Ilmuwan menemukan dua spesies dinosaurus baru, yang hidup 66 juta tahun lalu.
-
Apa yang diamati oleh para ilmuwan? Para ilmuwan berhasil menyaksikan dua pasang lubang hitam supermasif yang hampir bertabrakan. Dua fenomena alam itu terletak jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari Bumi.
-
Apa yang diuji oleh ketiga ilmuwan tersebut? Mereka adalah trio ilmuwan yang berhasil memenangkan penghargaan Nobel Prize 2022 dengan jumlah hadiah sebesar 10 juta krona Swedia (USD915.000) atau Rp 14 miliar. Penghargaan tersebut diraih atas keberhasilannya dalam melakukan eksperimen mekanika kuantum dan menjelaskan titik lemah dari Teori Kuantum temuan Einstein.
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan di luar angkasa? Para ilmuwan telah menemukan dua bintang dengan sifat misterius. Benda langit ini memancarkan gelombang radio setiap 20 menit. Anehnya lagi ia berkedip dan mati saat berputar menuju maupun menjauh dari Bumi. Para ilmuwan berasumsi bahwa mereka mungkin mewakili objek bintang tipe baru.
Pada hasil temuan sebelumnya menyimpulkan Tutankhamun meninggal karena luka terbuka dan lemah imun yang disebabkan malaria, belum lagi kondisi Firaun ini yang diklaim cacat kaki.
Lewat benda yang dikebumikan bersama Tutankhamun dalam makamnya, Aziz melihat bahwa sebagian besar simpanannya adalah anggur putih kering. Dengan demikian, menunjukkan preferensi yang kuat raja tersebut terhadap minuman. Belum lagi keberadaan enam kereta kuda, baju besi, dan lainnya yang ditemukan dalam makam tersebut.
"Tetapi, orang-orang tidak memikirkan anggurnya. Bagi orang Mesir Kuno ketika ia mati dan dikuburkan, mereka cenderung akan mengambil barang-barang yang diinginkan di akhirat kelak," jelas dia seperti dilaporkan ScienceFocus, Senin (12/6).
"Kemudian pada Kondisi kakinya sejujurnya tidak mencegahnya untuk aktif dalam kegiatan. Dia adalah seorang yang aktif," tambah Aziz.
Teorinya itu tentu saja menimbulkan kontroversi. Kepala Institut Studi Mumi dari The Eurac Research Center, Zink Albert mengatakan bahwa Firaun jelas cacat kaki yang membuatnya sulit berjalan, apalagi mengendarai kereta sambil berdiri.
"Saya pikir temuan penelitian kami masih lebih valid, termasuk patologi kaki. Memang benar dia menderita patah kaki. Meskipun tidak mungkin untuk membuktikan penyebab pastinya," katanya.
Di sisi lain, seorang profesor radiologi dan spesialis mumi dari Universitas Kairo, Sahar Saleem sependapat dengan Sofia soal cacat kaki Tutankhamun. Menurut dia, dengan memeriksa hasil CT scan, ia tidak menemukan bukti radang sendi pergelangan kaki yang dialami Raja Mesir kuno itu.
"Jadi pendapat saya adalah bahwa adanya cacat ini tidak menyebabkan gangguan gaya berjalan yang signifikan bagi raja," jelas Sahar.
Pada akhirnya, gagasan Tutankhamun meninggal karena mengemudi dalam keadaan mabuk tetap sebatas spekulasi saja. Karena sejauh ini belum ada bukti valid seperti pemeriksaan organ dalam Tutankhamun yang tidak pernah diperiksa.
"Saya pikir kita mungkin tidak akan pernah tahu persis bagaimana dia meninggal, kecuali mereka menemukan sesuatu dengan organ dalamnya. Saya rasa kita tidak bisa menemukan apa-apa lagi sampai saat itu," ujar Sofia.
Reporter magang: Safira Tiur Margaretha