Ilmuwan Membuat Cacing Berotak Robot Pakai AI
Ilmuwan melatih AI untuk memandu cacing menuju target menggunakan pembelajaran reinforcement, menunjukkan kolaborasi antara jaringan saraf buatan dan biologis.
Para ilmuwan telah membenamkan kecerdasan buatan (AI) langsung ke sistem saraf seekor cacing berukuran milimeter. AI ini diharapkan dapat mengarahkan cacing ke sumber makanan. Hasilnya menunjukan reaksi yang menarik.
Mengutip ScientificAmerican, Selasa (3/9), penelitian yang diterbitkan dalam Nature Machine Intelligence, melibatkan pelatihan AI menggunakan metode deep-reinforcement learning.
-
Apa yang dilakukan oleh para ilmuwan Jepang pada robot? Ilmuwan Jepang telah menemukan cara untuk menempelkan jaringan kulit hidup ke wajah robot dan membuat mereka bisa "tersenyum".
-
Apa yang dilakukan robot ini? Selain mengemudikan robot, implan otak dapat membantunya menghindari rintangan, melacak target, dan mengatur penggunaan lengannya untuk menggenggam sesuatu.
-
Apa yang membuat robot bisa berjalan seperti manusia? Analisis intensif terhadap sirkuit saraf ini, khususnya yang mengendalikan otot-otot pada fase mengayun kaki, mengungkap elemen penting dari strategi efiisiensi energi.
-
Apa yang bisa diprediksi oleh Robot AI Life2vec dengan tingkat akurasi yang tinggi? Life2vec menggunakan 6 juta data penduduk Denmark yang telah dikumpulkan dari tahun 2008-2020. Berdasarkan hasil analisis tersebut, Life2vec berhasil mencapai tingkat akurasi 79 persen. Selain itu, AI yang dijuluki sebagai bot kematian ini juga dapat memprediksi kepribadian seseorang. Bahkan, lebih canggihnya Life2vec juga mampu memprediksikan kapan seseorang akan meninggal berdasarkan hasil analisis data yang dikumpulkan.
-
Apa yang dibayangkan oleh AI? Hasilnya sungguh memesona. Coldplay memainkan musik mereka di tengah latar belakang Gunung Bromo yang diselimuti kabut, menambah pesona dan kemegahan dari acara tersebut. Ribuan penonton terlihat memadati area tersebut.
-
Bagaimana robot bisa berjalan seperti manusia? Sebuah kelompok peneliti dari Sekolah Pascasarjana Teknik Universitas Tohoku telah mereplikasi jalan robot mirip manusia. Mereka menggunakan model muskuloskeletal – yang dikendalikan oleh metode kontrol refleks yang mencerminkan sistem saraf manusia.
Dalam studi ini, para peneliti melatih AI untuk mengarahkan cacing Caenorhabditis elegans sepanjang satu milimeter menuju tambalan Escherichia coli di sebuah piring berukuran empat sentimeter. Kamera yang terletak di dekat piring merekam pergerakan dan tubuh cacing setiap tiga kali per detik.
AI ini juga dapat menyalakan atau mematikan cahaya yang diarahkan ke piring. Cacing tersebut telah direkayasa secara optogenetik sehingga neuron tertentu akan aktif atau tidak aktif sebagai respons terhadap cahaya, terkadang mendorong pergerakan.
T. Thang Vo-Doan, seorang insinyur di Universitas Queensland, Australia, yang telah bekerja secara independen pada serangga cyborg, memuji penelitian ini karena pengaturannya yang sederhana.
"Pembelajaran reinforcement fleksibel, dan AI berbasis metode ini dapat menemukan cara untuk melakukan tugas-tugas yang kompleks," jelas Vo-Doan.
Chenguang Li, ahli biofisika dari Universitas Harvard sekaligus ilmuwan yang meneliti, menyebut bahwa metode mereka bisa diperluas untuk masalah yang lebih sulit. Timnya kini sedang mengeksplorasi apakah metode ini bisa meningkatkan stimulasi otak dalam untuk mengobati penyakit Parkinson pada manusia dengan menyesuaikan tegangan yang digunakan dan waktunya.
"Suatu hari nanti, pembelajaran reinforcement dan implan mungkin bahkan memberi kita keterampilan baru. Menggabungkan jaringan saraf buatan dan nyata," tambah Li.