Mestinya Sudah Sejak Lama Bumi Hancur Akibat Planet Saling Bertabrakan
Para ilmuwan menyebut bahwa orbit planet tata surya bagian dalam yang meliputi Bumi seharusnya telah saling bertabrakan sejak lama, namun itu belum terjadi hingga saat ini.
Para ilmuwan menyebut bahwa orbit planet tata surya bagian dalam yang meliputi Bumi seharusnya telah saling bertabrakan sejak lama, namun itu belum terjadi hingga saat ini.
Perlu diketahui bahwa tata surya bagian dalam yang dimaksud ini meliputi empat planet yaitu Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars. Keempat planet ini mungkin seharusnya telah saling bersinggungan karena orbitnya yang disebut ilmuwan begitu kacau.
-
Kenapa para ilmuwan yakin Planet Kesembilan itu ada? Hasilnya menunjukkan bahwa penjelasan paling logis untuk pergerakan tidak teratur dari objek-objek tersebut adalah adanya sebuah planet besar yang belum teridentifikasi.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan China Academy of Sciences di dalam Bumi? Selama ini ilmuwan meyakini Bulan terbentuk akibat tabrakan antara Bumi dan sebuah objek besar atau planet alien yang disebut Theia sekitar 4,5 miliar tahun lalu. Kecelakaan besar ini menyebabkan pecahan dari Bumi yang akhirnya menyatukan diri membentuk Bulan.Baru-baru ini, sekelompok ilmuwan dari China Academy of Sciences mengklaim mereka menemukan bukti tambahan yang mendukung kebenaran teori ini. Mereka berpendapat potongan besar dari Theia mungkin terperangkap dalam lapisan dalam Bumi.
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan di luar angkasa? Para ilmuwan telah menemukan dua bintang dengan sifat misterius. Benda langit ini memancarkan gelombang radio setiap 20 menit. Anehnya lagi ia berkedip dan mati saat berputar menuju maupun menjauh dari Bumi. Para ilmuwan berasumsi bahwa mereka mungkin mewakili objek bintang tipe baru.
-
Gimana cara para ilmuwan menemukan Planet Kesembilan? Para peneliti telah melacak pergerakan jangka panjang dari objek trans-Neptunian (TNO) di wilayah luar tata surya.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan di Mars yang mirip dengan Bumi? Lumpur kering ini ketika diamati ternyata mirip dengan lumpur kering yang ada di Bumi.
-
Planet-planet baru seperti apa yang ditemukan oleh ilmuwan? Jumlah planet baru yang ditemukan ini tak tanggung-tanggung. Pencarian kehidupan di alam semesta mengalami perkembangan yang menarik, setelah para astronom menemukan 85 planet yang berpotensi menjadi rumah bagi kehidupan makhluk hidup. Suhunya sangat menarik bagi para ilmuwan yang menemukannya karena suhunya tepat untuk menopang kehidupan.
Namun, studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Physical Review X akhirnya dapat menjelaskan alasan mengapa planet-planet tersebut masih berhasil bertahan dari kekacauan orbit.
Dilansir dari laman LiveScience, Sabtu (13/5), melalui penelitian mendalam pada model gerakan planet, para peneliti menemukan bahwa gerakan pada planet-planet tersebut dibatasi oleh parameter tertentu yang bertindak sebagai penambatan yang menghambat kekacauan sistem.
Planet bagian dalam lebih aktif mengerahkan tarikan gravitasi timbal balik antar satu sama lain hingga cenderung lebih sulit mempertahankan orbit untuk tetap stabil.
Pada 1989 lalu, Jacques Laskar, astronom sekaligus Direktur Penelitian di Pusat Nasional telah menghitung karakteristik waktu Lyapunov atau waktu yang dibutuhkan untuk dua lintasan yang tadinya memiliki kondisi awal yang hampir identik hingga akhirnya mereka saling menyimpang.
Hasilnya, untuk orbit planet dari tata surya bagian dalam, mereka membutuhkan waktu selama 5 juta tahun untuk saling menyimpang.
"Itu berarti pada dasarnya kita kehilangan satu digit setiap 10 juta tahun," kata dia.
Jika melihat umur, tata surya ini sendiri diprediksi telah berusia lebih dari 4,5 miliar tahun, namun tidak adanya fenomena tabrakan antar planet hingga saat ini cukup menimbulkan tanda tanya besar bagi para ilmuwan.
Laskar kemudian mensimulasikan lintasan planet bagian dalam di tata surya ini untuk 5 miliar tahun ke depan. Hasilnya, dia hanya menemukan 1 persen kemungkinan tabrakan antar planet. Dengan pendekatan yang sama, dia menghitung bahwa dibutuhkan, rata-rata sekitar 30 miliar tahun untuk menyaksikan peristiwa salah satu planet bertabrakan.
Reporter magang: Safira Tiur Margaretha
(mdk/faz)