Misteri bintik merah raksasa Jupiter akhirnya terungkap!
Ilmuwan berpendapat warna merah itu muncul akibat sengatan matahari
Sejak lama ilmuwan dan publik dibuat penasaran dengan 'Giant Red Spot' atau bintik merah raksasa Jupiter. Tidak hanya akibat ukuran super besarnya, tetapi juga warna merahnya. Kini semua misteri itu telah terungkap.
Seperti yang telah dinyatakan oleh ilmuwan sebelumnya, bintik merah raksasa Jupiter sejatinya adalah pusaran badai berukuran hingga dua kali bumi kita. Bahkan, badai itu diklaim sebagai yang terbesar di tata surya kita dan terkuat dengan kecepatan hembusan hingga ratusan mil per jam!
-
Apa yang ditemukan oleh para astronom di luar angkasa? Para astronom telah mendeteksi partikel langka dan berenergi sangat besar yang jatuh ke Bumi dari luar angkasa.
-
Kenapa ilmuwan terkejut dengan penemuan di Saturnus? Tidak ada seorang pun di tim Cassini-Huygens yang membayangkan bahwa bulan-bulan kecil Saturnus bisa aktif secara kimiawi dan menghasilkan molekul-molekul berat. Ini adalah kejutan terbesar dan mungkin merupakan penemuan Cassini yang paling penting,” tambah Blanc.
-
Apa yang dimaksud dengan astrologi? Astrologi adalah suatu bentuk ramalan yang melibatkan peramalan peristiwa-peristiwa duniawi dan manusia melalui pengamatan dan interpretasi bintang-bintang tetap, Matahari, Bulan, dan planet-planet.
-
Kenapa para ilmuwan yakin Planet Kesembilan itu ada? Hasilnya menunjukkan bahwa penjelasan paling logis untuk pergerakan tidak teratur dari objek-objek tersebut adalah adanya sebuah planet besar yang belum teridentifikasi.
-
Apa penemuan utama Al-Battani yang membantu kemajuan Astronomi? Perhitungannya yang sangat akurat mengenai panjang tahun ini merupakan inovasi asli yang memajukan dan menerangi ilmu astronomi.
-
Mengapa AI ini dianggap sebagai "perubahan besar" dalam penelitian astronomi? Ed Lu, Direktur Eksekutif dari Asteroid Institute, mengatakan bahwa penemuan ini merupakan “sebuah perubahan besar” mengenai cara penelitian astronomi.
Bintik merah Jupiter mendapatkan namanya dari pola warna merah-nya yang diselubungi oleh kombinasi warna lain seperti kuning, oranye, dan putih. Beberapa waktu lalu ilmuwan akhirnya berhasil mengetahui mengapa warna dari badai itu bisa merah dan berbeda dari lingkungan sekitarnya.
Ternyata, warna merah itu muncul akibat sebuah reaksi kimia yang terjadi pada gas yang ada di dalam badai itu setelah terkena sinar matahari. Sederhananya, bintik merah tersebut bisa diibaratkan sebagai sebuah bekas 'sunburn' atau sengatan matahari. Para ilmuwan dari NASA berhasil sampai ke kesimpulan itu setelah melakukan percobaan simulasi gas yang mirip dengan yang ada di planet Jupiter.
Kelompok ilmuwan yang bernama Cassini itu menggabungkan dua buah gas yang diketahui terdapat di Jupiter seperti amonia dan acetylene.Kemudian, mereka menembaknya dengan sinar ultraviolet sebagai 'perwakilan' dari matahari. Hasilnya, gas-gas tersebut terurai dan menghasilkan warna kemerah-merahan yang sama dengan bintik merah Jupiter.
Akan tetapi, penemuan dari tim Cassini ini masih berseberangan dari teori awal yang lebih dulu menyatakan bila warna merah dari bintik raksasa Jupiter itu muncul akibat perpindahan gas-gas penyusun Jupiter yang berubah-ubah akibat pusaran badai di dalamnya.
Namun, tim Cassini berpendapat bila hal itu yang terjadi, seharusnya seluruh planet akan berubah menjadi merah karena Jupiter terbentuk seluruhnya dari gas yang memungkinkan perpindahan gas di seluruh belahan planet.
Lebih lanjut, Kevin Baines yang merupakan salah satu ilmuwan tim Cassini menambahkan bila efek ketinggian lah yang berpengaruh terhadap munculnya warna merah itu. Tim Cassini yakin semakin tinggi awan badai bintik raksasa Jupiter, maka akan semakin banyak partikel gas amonia yang diterbangkan ke atmosfer. Hal ini meningkatkan kemungkinan kontak gas amonia dengan sinar ultraviolet dari matahari. Sehingga hanya bagian itu saja yang warnanya bisa memerah.
"Bintik merah raksasa Jupiter itu adalah badai awan yang sangat tinggi. Badai itu ketinggiannya melebihi awan lain yang ada di Jupiter," ujar Baines, Daily Mail (11/11).
(mdk/bbo)