Peneliti Kaget Ada Kandungan Ganja dalam Fosil Manusia yang Terkubur 300 Tahun
Penemuan sebelumnya menemukan kandungan opium dalam tulang tengkorak dan jaringan otak.
Penemuan sebelumnya menemukan kandungan opium dalam tulang tengkorak dan jaringan otak.
-
Kapan fosil tengkorak leluhur gajah itu ditemukan? Para ahli berhasil menemukan fosil tengkorak lengkap berasal dari 7,5 juta tahun yang lalu di tepi Waduk Yamula di Provinsi Kayseri, Turki Tengah. Tengkorak ini merupakan milik Choerolophodon Pentelic, yang dikenal sebagai leluhur gajah.
-
Di mana fosil tengkorak leluhur gajah itu ditemukan? Para ahli berhasil menemukan fosil tengkorak lengkap berasal dari 7,5 juta tahun yang lalu di tepi Waduk Yamula di Provinsi Kayseri, Turki Tengah. Tengkorak ini merupakan milik Choerolophodon Pentelic, yang dikenal sebagai leluhur gajah.
-
Kapan fosil Trenggiling ditemukan? Mengutip Instagram @indonesiago.id, fosil Trenggiling ditemukan pada masa Oligosen dan Miosen.
-
Kapan fosil gajah purba ditemukan? Hasilnya, mereka menemukan fosil utuh gajah purba yang diperkirakan usianya mencapai jutaan tahun. Di samping itu, mereka juga menemukan fosil kerbau dalam penggalian itu.
-
Siapa yang meneliti fosil tengkorak leluhur gajah tersebut? Penelitian terhadap fosil yang ditemukan tahun lalu dikerjakan oleh salah satu pakar Proboscidea, yaitu ordo taksonomi mamalia Afrika, ungkap Pemerintah Kota Kayseri dalam pernyataannya.
-
Di mana fosil gajah purba ditemukan? Kedua fosil itu ditemukan di dua tempat yang berbeda, yaitu di Luwehan dan Bukit Srumpit.
Peneliti Kaget Ada Kandungan Ganja dalam Fosil Manusia yang Terkubur 300 Tahun
Baru-baru ini, para peneliti telah menemukan bukti arkeologis pertama bahwa kandungan ganja dapat bertahan dalam tubuh manusia dalam waktu yang lama, yaitu lebih dari 300 tahun.
Bukti ini ditemukan lewat studi yang dipimpin oleh Gaia Giordano dari Universitas Milan, Italia.
Menurut laporan IFLScience pada Senin (4/12), penelitian awalnya dilakukan untuk mencari tanda-tanda pemberian obat atau ‘tanaman rekreasi’ (narkoba) pada populasi Milan di abad ke-17.
Pencarian bukti dipusatkan pada sisa-sisa kerangka manusia yang berada di ruang bawah tanah Ca’Granda di Ospedale Maggiore, salah satu rumah sakit paling inovatif di Eropa yang berada di Milan, Italia.
Sisa-sisa ini dianggap sesuai untuk penelitian, karena antara tahun 1638 dan 1697 pasien yang meninggal di rumah sakit memang dikebumikan di ruang bawah tanah.
Jasadnya tersegel dengan aman di sana, sehingga sangat sempurna untuk penelitian ini.
Penelitian sebelumnya yang menemukan kandungan opium dalam sampel tulang tengkorak dan jaringan otak lewat jasad yang ditemukan di tempat tinggal bawah tanah juga memperkuat hal ini.
“Kami memutuskan untuk memperluas penelitian ke tulang panjang dengan studi percontohan pada femora,” tulis para peneliti.
“Sampel tulang femoralis dikumpulkan dari sisa-sisa manusia di ruang bawah tanah dengan tujuan untuk mencari, melalui penyelidikan arketotoksikologi, keberadaan zat yang dapat dikaitkan dengan pemberian atau asupan tanaman medis atau rekreasi dalam populasi,” tambah dia.
Sampel tulang dari sembilan orang yang dimakamkan di Ca’Granda pun diambil.
Menggunakan analisis toksikologi, penelitian berhasil mengungkapkan molekul tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidiol (CBD) yang merupakan senyawa psikoaktif dari ganja. Zat-zat ini ditemukan di tulang paha pria dan wanita.
Kemungkinan besar, setelah dikonsumsi zat-zat ini diserap ke dalam aliran darah kemudian ke pembuluh darah di jaringan tulang, sehingga kini terperangkap di sana. Hasil ini juga merupakan hasil yang sangat baru.
“Hasil ini, sepanjang pengetahuan kami, merupakan laporan pertama tentang deteksi ganja dalam peninggalan sejarah dan arkeologi osteologis manusia,”
lanjut para peneliti.
Penggunaan ganja sebagai tanaman obat sebenarnya tidak populer di Eropa. Meski terkenal di Yunani Kuno dan Romawi, penggunaan ganja sebagai obat malah tidak populer di Eropa Barat pada Abad Pertengahan, bahkan dilarang mulai tahun 1484.
Jadi, ada dugaan bahwa penggunaan ganja dilakukan dalam pengobatan sendiri, diberikan oleh tabib yang tidak berpraktik di sana, atau untuk tujuan rekreasi semata.