Sejarawan ini Tak Sengaja Temukan “HP Pertama di Dunia” Usianya 1.000 Tahun, Ada Catatan Doa Agama Islam
Instrumen yang disebut sebagai “HP pertama di dunia” ini sebenarnya merupakan astrolab.
Instrumen yang disebut sebagai “HP pertama di dunia” ini sebenarnya merupakan astrolab.
Sejarawan ini Tak Sengaja Temukan “HP Pertama di Dunia” Usianya 1.000 Tahun, Ada Catatan Doa Agama Islam
“HP pertama di dunia” ternyata ditemukan sudah berusia lebih dari 1.000 tahun. Alat itu ditemukan oleh Dr Federica Gigante, seorang ahli sejarah dan instrumen saintifik Islam dari Universitas Cambridge, seperti dikutip dari situs Cambridge, The Guardian, dan Indy100, Kamis (7/3).
Instrumen yang disebut sebagai “HP pertama di dunia” ini sebenarnya merupakan astrolab, yaitu sebuah alat untuk memetakan bintang-bintang dan mengetahui waktu.
-
Apa yang dimaksud dengan Doa Khotmil Quran Kudus? Doa khotmil Quran Kudus adalah doa yang dibaca ketika seseorang telah mengkhatamkan Al-Qur'an.
-
Kenapa doa "angin ahmar" dibaca? Doa agar terhindar dari angin duduk, yang juga dikenal sebagai doa angin ahmar, adalah doa dalam Islam yang dibaca dengan tujuan untuk memohon perlindungan dari Allah SWT terhadap penyakit angin duduk atau serangan jantung.
-
Kenapa doa Khotmil Quran Kudus memiliki keutamaan? Doa ini memiliki keutamaan berupa diaminkan oleh empat ribu malaikat. Seperti sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:مَنْ قَرَأَ الْقُرْأٓنَ ثُمَّ دَعَا، أَمَّنَ عَلَى دُعَائِهِ اَرْبَعَةُ اَلَافِ مَلِكٍ “Barang siapa telah membaca Al-Qur’an (khatam) kemudian dia berdoa, maka ada 4 ribu malaikat yang mengaminkan doanya” (HR ad-Darimy).
-
Kenapa Doa Kanzul Arsy penting? Doa Kanzul Arsy adalah doa yang dipercaya memiliki banyak manfaat dan keutamaan bagi umat Muslim. Berbagai manfaat keutamaan bisa didapatkan, jika Doa Kansul Arsy diamalkan dengan hati yang ikhlas dan penuh keyakinan.
-
Kapan doa Khotmil Quran Kudus dibaca? Doa khotmil Quran Kudus adalah doa yang dibaca ketika seseorang telah mengkhatamkan Al-Qur'an.
-
Apa yang digambarkan oleh Doa Summum Bukmun? Doa Summum Bukmun menggambarkan kondisi orang-orang yang menolak petunjuk Allah dengan menggunakan metafora tuli, bisu, dan buta untuk menunjukkan ketidaksadaran mereka terhadap kebenaran.
Gigante menemukan instrumen tersebut secara tidak sengaja saat mengunjungi situs web dari sebuah museum di Italia, Fondazione Museo Miniscalchi Erizzo, di mana astrolab tersebut juga disimpan.
“Ketika saya mengunjungi museum dan mempelajari astrolab dari dekat, saya melihat bahwa tidak hanya terdapat inskripsi berbahasa Arab yang diukir dengan indah, tetapi saya juga dapat melihat inskripsi samar-samar dalam bahasa Ibrani. Instrumen ini sekarang menjadi objek paling penting dalam koleksi mereka,” kata Gigante dalam sebuah pernyataan di laman Universitas Cambridge.
Gigante mengatakan bahwa astrolab ini merupakan “catatan kuat dari pertukaran ilmiah antara orang Yahudi, Arab, dan Kristen selama ratusan tahun.”
Oleh karena itu, menurut Tom Almeroth-Williams, sejarawan dan penulis di situs Cambridge, astrolab dapat dikategorikan sebagai ponsel pintar pertama di dunia.
Gigante mengidentifikasikan bahwa astrolab tersebut berasal dari Andalusia, atau tepatnya al-Andalus, wilayah Spanyol yang dikuasai kaum Muslim pada abad ke-11. Pada ukiran tersebut, terdapat ukiran-ukiran dalam bahasa Arab.
Pada salah satu lempeng astrolab tersebut, terukir tulisan “Toledo” di satu sisi dan “Cordoba” di sisi lainnya, yang menandakan bahwa instrumen tersebut mungkin dibuat di daerah tersebut.
Toledo, pada abad ke-11, memang merupakan pusat keberadaan dan pertukaran budaya yang berkembang antara Muslim, Yahudi, dan Kristen.
Identifikasi umur dari astrolab tersebut didasarkan oleh peta bintangnya yang sesuai dengan peta bintang astrolab lain yang berasal dari abad ke-11.
Dengan umurnya itu, astrolab tersebut menjadi salah satu contoh astrolab tertua yang pernah ditemukan dan hanya ada beberapa yang diketahui di dunia.
Ukiran lain yang ada pada astrolab tersebut, antara lain, adalah sebuah doa agama Islam yang ditulis dalam bahasa Arab.
Selain itu, terdapat juga ukiran yang menuliskan nama “Ishaq” dan “Yunus”, dua nama Yahudi yang dituliskan dalam bahasa Arab.
Hal tersebut menunjukkan bahwa astrolab tersebut pernah beredar di kalangan komunitas Yahudi Sefardi di Spanyol, yang bahasa utamanya merupakan bahasa Arab.
Terdapat juga ukiran yang menunjukkan titik lintang di Afrika Utara, yang menandakan bahwa instrumen tersebut juga mungkin pernah dipakai di Mesir atau Maroko.
- Dulunya Hewan-hewan ini Berdarah Dingin, Tapi Berubah Berdarah Panas saat 180 Juta Tahun Lalu
- Ilmuwan Yakin Meniru Cara Kerja Tong Setan Bantu Astronot Jaga Kebugaran saat di Bulan
- Misteri Arah Putaran Bumi: Ke Kanan atau Kiri? Ini Jawabannya
- Matahari Terbit dan Terbenam 16 Kali Setiap Hari, Ini Cara Astronot Tidur di Luar Angkasa
Selain tulisan Arab, pada astrolab juga terdapat tulisan dalam bahasa Ibrani yang ditambahkan pada waktu yang berbeda. Tulisan-tulisan Ibrani tersebut merupakan terjemahan dari tulisan Arab yang sudah ada sebelumnya.
Dengan demikian, Gigante juga menyimpulkan bahwa astrolab tersebut pada akhirnya meninggalkan Spanyol dan Afrika Utara menuju tempat di mana masyarakat Yahudinya berbicara dengan bahasa Ibrani, yaitu Italia.
Unsur sejarah panjang yang dipunyai oleh astrolab ini merupakan kontribusi yang berharga dalam sejarah instrumen saintifik di dunia. “Objek ini merupakan objek Islam, Yahudi, dan Eropa, mereka tidak dapat dipisahkan,” ucap Gigante.