Teknologi AI Ini Mampu Prediksi Hidup dan Mati Seseorang
Sayangnya, keberhasilan algoritma ini juga memunculkan pertanyaan tentang etika dan privasi data.
Sayangnya, keberhasilan algoritma ini juga memunculkan pertanyaan tentang etika dan privasi data.
Teknologi AI Ini Mampu Prediksi Hidup dan Mati Seseorang
Teknologi kecerdasan buatan kembali menunjukkan kekuatannya, kali ini untuk memprediksi hidup hingga kematian seseorang.
Para peneliti di Denmark menggunakan data dari jutaan individu untuk membangun model yang dapat memprediksi berbagai peristiwa kehidupan, mulai dari kesehatan hingga kehidupan sosial.
-
Apa yang bisa diprediksi oleh Robot AI Life2vec dengan tingkat akurasi yang tinggi? Life2vec menggunakan 6 juta data penduduk Denmark yang telah dikumpulkan dari tahun 2008-2020. Berdasarkan hasil analisis tersebut, Life2vec berhasil mencapai tingkat akurasi 79 persen. Selain itu, AI yang dijuluki sebagai bot kematian ini juga dapat memprediksi kepribadian seseorang. Bahkan, lebih canggihnya Life2vec juga mampu memprediksikan kapan seseorang akan meninggal berdasarkan hasil analisis data yang dikumpulkan.
-
Apa yang dibayangkan oleh AI? Hasilnya sungguh memesona. Coldplay memainkan musik mereka di tengah latar belakang Gunung Bromo yang diselimuti kabut, menambah pesona dan kemegahan dari acara tersebut. Ribuan penonton terlihat memadati area tersebut.
-
Apa saja keunggulan hewan dibandingkan robot? Dr. Max Donelan dari Universitas Simon Fraser menyatakan bahwa hewan memiliki daya tahan, kelincahan, dan kekokohan yang sulit ditiru oleh robot.
-
Apa yang dilakukan robot ini? Selain mengemudikan robot, implan otak dapat membantunya menghindari rintangan, melacak target, dan mengatur penggunaan lengannya untuk menggenggam sesuatu.
-
Kenapa AI memprediksi wajah manusia di masa depan akan terhubung dengan teknologi? Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana hubungan manusia dengan teknologi akan berubah seiring berjalannya waktu.
-
Siapa yang khawatir dengan dampak AI yang dapat 'menghidupkan' orang mati? Mulligan menganggap kebangkitan bot hantu menarik sebagai peneliti AI (kecerdasan buatan) dan terapi. Namun, dia juga khawatir mengenai dampaknya terhadap kesehatan mental masyarakat, terutama mereka yang sedang berduka.
Life2vec, algoritma yang dikembangkan oleh para peneliti, menggunakan pendekatan serupa dengan ChatGPT untuk menganalisis berbagai variabel yang memengaruhi kehidupan seseorang, seperti kelahiran, pendidikan, tunjangan sosial, dan jadwal kerja.
Dengan memanfaatkan data anonim dari sekitar enam juta warga Denmark, algoritma ini dapat memprediksi berbagai peristiwa kehidupan dengan tingkat keberhasilan yang mencengangkan.
Meskipun beberapa situs penipuan telah mencoba memanfaatkan kepopuleran teknologi ini dengan menawarkan "kalkulator kematian" kepada pengguna, para peneliti menegaskan bahwa aplikasi tersebut tidak tersedia untuk publik dan hanya digunakan untuk tujuan penelitian.
Dilansir dari laman ScienceAlert, Selasa (26/3), menurut Sune Lehmann, seorang profesor di Universitas Teknik Denmark dan salah satu penulis penelitian, algoritma ini memiliki potensi yang luas, mulai dari memprediksi hasil kesehatan hingga kesuburan, atau bahkan kemungkinan seseorang menghasilkan banyak uang.
Namun, para peneliti juga mengakui bahwa alat ini masih dalam tahap penelitian dan belum siap digunakan di luar lingkungan akademis.
Namun, keberhasilan algoritma ini juga memunculkan pertanyaan tentang etika dan privasi data.
Pernille Tranberg, seorang pakar etika data, memperingatkan tentang potensi diskriminasi yang dapat timbul dari penggunaan algoritma semacam ini oleh perusahaan asuransi atau lembaga keuangan.
Meskipun algoritma serupa mungkin telah digunakan oleh perusahaan besar untuk kepentingan komersial, publik perlu lebih waspada terhadap potensi penyalahgunaan data pribadi mereka.
Dengan demikian, sembari mengakui potensi dan manfaat yang dimiliki oleh teknologi kecerdasan buatan, penting juga untuk mempertimbangkan dampaknya terhadap privasi dan etika penggunaan data individu.