WFH Bukan Penyebab Google Kalah dari OpenAI, tapi Birokrasi yang Lamban seperti Pemerintahan
Mantan pegawai Google menyatakan bahwa kekalahan Google dalam persaingan AI bukan disebabkan oleh kebijakan WFH, melainkan oleh birokrasi hambat inovasi.
Jordan Thibodeau, mantan karyawan yang telah bekerja di Google 10 tahun tak sepakat dengan pernyataan bekas bosnya Eric Schmidt. Eric menyebut sampai kapanpun Google tak akan pernah menang melawan startup AI seperti OpenAI.
Pasalnya kebijakan Google yang memperbolehkan karyawannya bekerja remote menjadi penyebabnya. Dengan bekerja tidak di kantor membuat ide-ide liar tak tercipta.
-
Siapa orangtua dari pendiri Google, Sergey Brin? Sergey Brin, Co- Founder Google Memiliki nama asli Sergey Mikhailovich Brin, ia merupakan kelahiran asal Moskow, Uni Soviet pada tahun 1973, serta merupakan anak dari keturunan pasangan Yahudi, Mikhail dan Evgenia Brin.
-
Apa yang dilakukan Telkomsel dan Google dalam kerja sama ini? Kerja sama ini bertujuan meningkatkan pengalaman komunikasi pelanggan dan menyajikan solusi pesan singkat yang lebih canggih. Telkomsel mengumumkan kemitraan strategis dengan Google untuk menghadirkan layanan Rich Communication Services (RCS) dengan Rich Business Messaging (RBM).
-
Siapa yang diimbau untuk melakukan work from home saat Paus Fransiskus berkunjung? Sebelumnya Pj Gubernur Jakarta, Heru Budi Hartono mengimbau masyarakat dapat melakukan work from home (wfh) atau bekerja dari rumah pada 5 September 2024.
-
Siapa yang mendapatkan manfaat dari kerja sama Telkomsel dan Google? Layanan RBM akan tersedia untuk pelanggan Telkomsel di Indonesia dan bagi pelanggan pemegang saham Telkomsel, Singtel, di Singapura, dengan mempertimbangkan ketersediaan perangkat yang sudah mendukung teknologi ini.
-
Di mana teknologi Google ini akan digunakan? Teknologi ini dirancang agar dapat digunakan di ponsel pintar, terutama di wilayah pedesaan yang memiliki akses terbatas terhadap layanan kesehatan.
-
Bagaimana Google melatih AI untuk mendeteksi penyakit? Teknologi ini dilatih dengan data 300 juta rekaman suara seperti batuk, bersin, dan napas berat untuk mendeteksi penyakit seperti tuberkulosis.
Namun menurut Thibodeau, mengutip Business Insider, Rabu (21/8), persoalannya bukan itu. Pernyataan Schmidt tidak tepat.
“Dengan segala hormat kepada Schmidt, data tidak mendukung interpretasinya tentang apa yang terjadi di Google,” kata dia.
Google sebenarnya, lanjut dia, adalah pionir dalam teknologi yang menjadi dasar ChatGPT. Pada 2017, para peneliti Google menulis makalah yang menjelaskan teknologi di balik model bahasa besar.
Masalah sebenarnya di Google bukanlah work from home (WFH), melainkan birokrasi yang berlebihan. Ketika pertama kali dirinya bergabung, Google memiliki sekitar 30.000 karyawan.
“Ketika saya meninggalkan Google untuk bergabung dengan Slack, jumlah karyawan sudah mencapai sekitar 135.000. Saya merasa Google telah berubah dari perusahaan teknologi yang bergerak cepat menjadi seperti departemen pemerintahan yang lamban,” ujarnya.
Bahkan, menurutnya, banyak koleganya menduduki posisi manajer di Google yang masih bekerja di sana merasa bahwa mereka kehilangan kemampuan untuk menjadi manajer produk yang sesungguhnya.
“Ini karena terlalu banyak birokrasi,” terang dia.
Kata Thibodeau, Schmidt hanya menggunakan WFH sebagai kambing hitam. Lihat saja Nvidia—CEO Jensen Huang mengatakan dia senang karyawannya bekerja dari rumah selama mereka tetap produktif. Nvidia sekarang menjadi salah satu perusahaan paling berharga di Silicon Valley.
“Banyak mantan dan karyawan Google yang saya ajak bicara merasa bahwa komentar Schmidt sensitif dan tidak produktif, serta mereka khawatir karena merasa bahwa orang-orang di tingkat eksekutif mungkin akan menganggapnya serius,” ungkap dia.