Bela Palestina, Presiden Kolombia Blak-blakan Sebut Netanyahu Penjahat & 'Semprot' Utusan Amerika soal Antisemit
Pernyataan Presiden Kolombia Gustavo Petro kritik keras PM Israel dan sebut sebagai penjahat.
Presiden Kolombia Gustavo Petro blak-blakan mengkritik Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu atas serangan di Jalur Gaza, Palestina, dalam pidatonya di Sidang Umum PBB pada Selasa, 24 September 2024 lalu.
Tanpa basa-basi, Petro bahkan menyebut Netanyahu sebagai penjahat. Aksi tersebut adalah bentuk luapan kekesalannya lantaran Israel tak kunjung menghentikan serangan hingga lebih dari 41 ribu jiwa harus kehilangan nyawa.
- Sosok Gustavo Petro, Mantan Pemberontak Sukses Jadi Presiden Kolombia Keras Dukung Palestina
- Rekam Jejak Presiden Kolombia Gustavo Petro Keras Bela Palestina, Sampai Sebut PM Israel Benjamin Netanyahu Gila
- Presiden Kolombia Langsung Balas Pernyataan PM Israel Benjamin Netanyahu di Medsos soal Palestina, Isinya Tajam Menusuk
- Presiden Kolombia: Jika Palestina Mati, Kemanusiaan Akan Mati dan Jangan Sampai Itu Terjadi
"Dalam ketidaksetaraan inilah… kita menemukan logika kehancuran massal yang diakibatkan oleh krisis iklim dan logika bom yang dijatuhkan oleh penjahat seperti Netanyahu di Gaza," kata Petro dikutip dari Anadolu Agency (27/9).
Lebih lanjut, Petro menyebut jika serangan masih tetap dilakukan karena panggung internasional hanya mendengar suara dari negara-negara besar yang seolah tak memedulikan Palestina.
"Kekuasaan suatu negara di dunia tidak lagi dilakukan dengan kekuatan politik dan ekonomi, tetapi dengan menghancurkan umat manusia. Kita yang mempunyai kekuatan untuk menopang kehidupan berbicara tanpa diperhatikan," kata Petro.
"Itu sebabnya mereka tidak mendengarkan kami ketika kami memilih untuk menghentikan genosida di Gaza. Presiden yang bisa menghancurkan umat manusia tidak mendengarkan kami," tambahnya.
Petro juga mengutuk blokade terhadap Kuba dan Venezuela. “Oligarki global yang kuat memungkinkan bom dijatuhkan di Gaza, Lebanon, dan Sudan, atau memungkinkan blokade ekonomi terhadap negara-negara pemberontak yang tidak sesuai dengan wilayahnya, seperti Kuba dan Venezuela,” papar dia.
Melalui akun X pribadinya, Petro juga sempat menanggapi pernyataan utusan khusus Amerika Serikat (AS) untuk Memantau dan Memerangi Anti-Semitisme, Deborah Lipstadt, yang mempertanyakan kritik Petro terhadap serangan militer Israel di Jalur Gaza.
"Retorika Presiden Gustavo Petro yang terus-menerus menormalisasi anti-Semitisme. Kita tidak bisa menerimanya. Kita tidak bisa menoleransinya. Kita harus mengutuk narasi-narasi berbahaya ini," kata Lipstadt dalam pesan yang dipublikasikan di akun media sosial Kedutaan Besar AS di Bogota.
Di akun X miliknya, Petro pun 'semprot' pernyataan Lipstadt yang membahas soal anti-semit.
"Nyonya Duta Besar, orang Palestina adalah orang Semit… Membunuh anak-anak dengan menjatuhkan bom di Gaza dan tidak menentangnya adalah anti-Semit. Hal yang paling anti-Semit saat ini adalah mengulangi pembantaian Hitler terhadap kemanusiaan dan khususnya rakyat Palestina," tulis Petro.
"Saya bukan seorang anti-Semit. Jangan bingung dan hormat. Saya bukan anti-Yahudi. Saya percaya pada kebebasan beragama, dan jika saya lahir pada masa itu, saya akan menyerahkan hidup saya dalam perlawanan bersenjata melawan Nazi," lanjutnya.
Sebagai informasi, antisemitisme adalah sikap prasangka atau permusuhan terhadap orang Yahudi. Ungkapan antisemitisme sendiri berarti prasangka atau kebencian terhadap orang Yahudi.
Dikutip dari Ensiklopedia Holocaust, istilah antisemitisme pertama kali dikenalkan oleh jurnalis Jerman, Wilhelm Marr, pada 1879. Anti-semitisme tidak hanya menggambarkan kebencian kepada Yahudi tetapi juga kepada tren politik liberal, kosmopolitan, serta internasional pada abad ke-18 dan ke-19.