Pemimpin Hamas Dibunuh, Iran-Israel Bakal Segera Perang?
Kematian pemimpin Hamas Ismail Haniyeh berbuntut panjang dan mendapat reaksi keras dari pemerintah Iran.
Pemimpin Hamas Dibunuh, Iran-Israel Bakal Segera Perang?
Pada hari Rabu (31/7) lalu, para pejabat Iran bertemu di Teheran dengan perwakilan “Poros Perlawanan” (Axis of Resistance).
Dikutip dari France24, Jumat (2/8) Poros Perlawanan merupakan aliansi kelompok yang didukung Teheran dan sama-sama memusuhi Israel.
Pertemuan itu dilakukan untuk membahas pembalasan atas kematian pemimpin Hamas dan komandan militer utama Hizbullah.
AFP dalam keterangannya menjelaskan hasil pertemuan Iran dengan para sekutunya.
“Ada dua skenario yang dibahas: tanggapan serentak dari Iran dan sekutunya atau tanggapan terhuyung-huyung dari masing-masing pihak,” tulis AFP.
Lebih lanjut pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengancam akan memberikan hukuman berat sebagai konsekuensi atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.
Tak hanya itu, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah juga siap mengerahkan kelompoknya sebagai respons pembunuhan komandan militer Fuad Shukr oleh Israel.
Israel mengklaim pihaknya "menghilangkan" Shukur pada hari Selasa dalam serangan di Beirut selatan, dan menggambarkannya sebagai "tangan kanan" Nasrallah.
Shukur memimpin operasi di Lebanon selatan, tempat kelompok tersebut hampir setiap hari terlibat baku tembak dengan Israel pasca perang Gaza meletus.
- Mengapa Iran Tidak Juga Melancarkan Serangan Balasan ke Israel? Begini Analisis Pakar
- Ayatollah Khameini Murka Ismail Haniyeh Dibunuh Israel: Kewajiban Membalas Dendam Adalah Tugas Iran!
- Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Dibunuh, Komentar Menteri Israel ini Menunjukkan Kebengisannya
- Menteri Israel Rayakan Kematian Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, Begini Komentarnya
Iran Pimpin Aliansi vs Israel
Sosok pemimpin perlawanan Islam Irak menyebut aliansi kelompok pro-Iran, mengatakan bahwa Iran akan memimpin aliansi untuk menyerang Israel.
“Iran akan memimpin respons pertama dengan partisipasi faksi Irak, Yaman dan Suriah, menyerang sasaran militer, diikuti dengan respons kedua dari Hizbullah," ucapnya dikutip dari AFP.
Aliansi Irak mengklaim telah melakukan serangan terhadap pasukan AS terkait perang Gaza, sebelum akhirnya menghentikan operasi mereka pada akhir Januari.
Selanjutnya, Irak juga mengklaim telah menargetkan Israel dengan drone dan roket.
“Ada kemungkinan besar bahwa respons ini akan terkoordinasi...di antara aktor-aktor perlawanan lainnya,” kata Amal Saad, peneliti Hizbullah dan dosen di Universitas Cardiff, Inggris.
Skenario tersebut akan membuat koordinasi antar kelompok di seluruh kawasan semakin solid.
Beberapa kelompok yang disebutkannya adalah Hizbullah di Lebanon, gerakan Palestina Hamas dan Jihad Islam, pemberontak Hoethi di Yaman, dan pasukan Hashed al-Shaabi di Irak.
Potensi Perang Iran-Sekutu vs Israel
Iran dan sekutunya berpotensi akan merespons secara militer atas pembunuhan Ismael Haniyeh yang dituduhkan pada Israel.
Para ahli pun mengatakan pembalasan itu dilakukan untuk menghindari konflik yang lebih luas.
“Iran dan Hizbullah tidak akan mau mempermainkan Netanyahu dan memberinya umpan atau amunisi yang dia butuhkan untuk menyeret AS ke dalam perang.”
“Mereka kemungkinan besar akan berusaha menghindari perang dan juga menghalangi Israel untuk melanjutkan kebijakan baru ini, yang merupakan kejutan dan kekaguman yang ditargetkan,” kata Saad.
Analis Iran Ahmad Zeidabadi mengatakan respons yang lebih kuat diharapkan terjadi dari Teheran dibandingkan saat terakhir kali berhadapan langsung dengan Israel pada bulan April.
Serangan Iran pada tanggal 13 April adalah yang pertama ke tanah Israel. Mereka menembakkan serangkaian drone dan rudal setelah serangan yang dituduhkan dilakukan oleh Israel menewaskan Garda Revolusi di konsulat Teheran di Damaskus.
Zeidabadi mengatakan bahwa “pengulangan operasi sebelumnya tidak masuk akal, karena rudal dan drone tidak mengenai daerah sensitif atau memiliki efek jera.”
Menurut analis Timur Tengah Rodger Shanahan menyebut bahwa Iran dan sekutu akan terus mengirim berbagai tekanan ke Israel.
Namun mereka tak mau ceroboh untuk menghindari ancaman yang terjadi di depan mata.
“Mereka akan memberikan banyak tekanan pada Israel atas nama Palestina, namun mereka tidak akan mengambil risiko menjadi ancaman nyata terhadap mereka,” ucap Rodger Shanahan kepada AFP.