Bukti Anak Muda Makin Enggan Kredit Rumah
Mayoritas warga China hanya punya tabungan di bawah Rp400 juta.
Melemahnya perekonomian China berdampak ke berbagai sektor, salah satunya adalah properti. Seorang manajer operasional dari sebuah perusahaan periklanan di Guangzhou, China mengatakan tidak tertarik untuk membeli hunian atau aset properti dalam bentuk apapun.
“Karena saya tinggal bersama orang tua, saya tidak perlu membayar sewa. Sekarang saya lajang, saya tidak punya rencana untuk menikah atau membeli flat,” kata Terry Huang.
- Sempat Terjerat Utang pada Banyak Bank, Begini Kisah Pria Asal Nganjuk Kini Jadi Bos Rak Minimarket
- Anak Buah Sri Mulyani Sebut Utang Pemerintah Tak akan Bebani Masyarakat Kelas Menengah
- Tak Mampu Bayar Utang Bangun Rumah Rp200 Juta, Seorang Pria Ajak Teman Bunuh Bos Toko Bangunan
- Pecahkan Kaca Mobil, Uang Rp450 Juta untuk Bayar Rumah Sakit Raib Digondol Maling
Dilansir dari South China Morning Post (SCMP), Pernyataan Huang, menunjukkan secara langsung bahwa tingkat konsumsi di China terus menurun, khususnya di pasar properti yang terus menyeret ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Namun, Huang dan rekannya yang berusia 32 tahun telah menghabiskan sekitar 1.000 yuan (Rp2 juta) untuk menghadiri tiga konser tahun ini. Mereka juga telah bepergian ke Delta Sungai Yangtze dan ke provinsi selatan Guizhou di dekatnya, masing-masing menghabiskan 4.000 yuan (Rp8,6 juta).
“Uang yang saya hasilkan hanya cukup untuk pengeluaran saya, dan saya tidak banyak menabung selama dua tahun terakhir,” tambah Huang.
Pilih nonton konser dibanding kredit rumah
Menurut Laporan Gaya Hidup Anak Muda 2024 yang dirilis oleh majalah China Newsweek pada akhir Agustus, hampir 80 persen responden tidak berencana membeli properti tahun ini dan hanya akan membayar untuk kebutuhan pokok.
Sebagian besar konsumen muda China mengalami pendapatan yang tetap stabil atau menurun tahun ini, yang mendorong peralihan dari mengejar merek terkenal, dan sebaliknya hanya membayar untuk produk penting, diskon, dan memberi kepuasan emosional.
Survei tersebut mewawancarai 7.725 orang di seluruh China yang berusia antara 16 dan 40 tahun, dengan 48,5 dari kota-kota tingkat pertama.
Survei menunjukkan bahwa pada tahun 2024, sekitar 40 persen responden memperkirakan pendapatan tahunan mereka yang dapat dibelanjakan tidak akan berubah, sementara hampir 40 persen lainnya mengantisipasi penurunan dibandingkan tahun lalu.
Lebih dari 14,6 persen melaporkan penurunan pendapatan yang signifikan, sementara hanya 3,4 persen yang melaporkan pertumbuhan yang cukup besar.
Dalam hal tabungan, 17,6 persen tidak memiliki tabungan, sementara 55,5 persen memiliki tabungan di bawah 200.000 yuan (Rp431 juta).
Mengenai biaya hidup bulanan rata-rata, 78,8 persen menghabiskan kurang dari 5.000 yuan (Rp10 juta), sementara hanya 4,3 persen yang melaporkan pengeluaran melebihi 10.000 yuan (Rp21 juta).
Hanya 7 persen yang telah membeli atau berencana membeli rumah dalam tahun ini, sementara 79,9 persen mengatakan mereka tidak berniat untuk membelanjakan uang untuk real estat tahun ini.
Ketika ditanya barang apa yang paling banyak mereka belanjakan, sebagian besar responden menyatakan belanja untuk makanan dan minuman.