Transaksi Non-Tunai di Indonesia Diprediksi Tembus Rp6.604 Triliun di 2025
Pertumbuhan pembayaran non tunai ini diprediksi terus berlanjut hingga tahun 2025 mendatang. Dalam 2 tahun ke depan diprediksi tumbuh 17 persen menjadi USD 421 miliar atau setara Rp6.604,5 triliun.
Laporan e-Conomy SEA menyatakan, pembayaran non tunai di Indonesia tahun ini diperkirakan bisa mencapai USD 266 miliar atau setara Rp4.172,82 triliun. Angka ini naik 13 persen dari dari tahun lalu dalam nilai transaksi bruto (Gross Transaction Value).
Pertumbuhan pembayaran non tunai ini diprediksi terus berlanjut hingga tahun 2025 mendatang. Dalam 2 tahun ke depan diprediksi tumbuh 17 persen menjadi USD 421 miliar atau setara Rp6.604,5 triliun.
-
Siapa yang bisa memanfaatkan kemudahan transaksi di Mobile Banking? Pihak yang memanfaatkan aplikasi mobile bangking bisa melakukan transaksi keuangan apa saja tanpa perlu khawatir tidak adanya mesin ATM terdekat.
-
Bagaimana cara agar transfer uang lebih nyaman dan praktis? Tapi, jangan pusing dulu ya, sebab ada satu solusi yang bisa kamu gunakan untuk mengatasi biaya admin besar setiap kali mau transfer uang. Yup, apalagi kalau bukan menggunakan aplikasi e-wallet.
-
Di mana saja pembayaran pajak mobil online dapat dilakukan? Anda bisa melakukan pembayaran melalui berbagai platform seperti marketplace dan e-wallet.
-
Apa saja hal yang sering dirasakan orang saat transfer uang? Meski begitu, terlepas dari efisiensi yang ditawarkan, tetap saja ada beberapa hal yang bikin banyak orang ketar-ketir saat melakukan transfer uang. Bukannya mengapa, sebab beragam hal ini justru dinilai dapat mengganggu proses transaksi keuangan hingga bikin merugi.
-
Apa keuntungan dari BRImo mobile banking? Itulah kenapa BRImo mobile banking pas buatmu! Download BRImo sekarang di AppStore, PlayStore dan Huawei Appgallery atau cek link berikut: bankbri.co/SemuaPakeBRImo dan rasakan berbagai kemudahan dalam bertransaksi.
-
Kenapa transfer uang bisa bikin orang khawatir? Salah satu alasan mengapa orang-orang kerap khawatir saat mengirim uang adalah karena terkendalanya waktu dan nominal.
Pembayaran non-tunai ini termasuk pemakaian kartu kredit, kartu debit, kartu prabayar, dompet elektronik, dan transfer antar-rekening.
Selain pembayaran non tunai, aktivitas transfer dana selama tahun 2022 juga mengalami peningkatan. Dalam laporan yang sama tercatat transfer dana meningkat 34 persen tahun ini menjadi USD 2 miliar.
Diperkirakan nilai transaksinya pada tahun 2025 mendatang tembus ke angka USD 3 miliar. Mengalami pertumbuhan signifikan yakni 26 persen.
Layanan keuangan lain yang juga tumbuh pesat, yakni Buy Now, Pay Later (BNPL). Tahun ini diperkirakan nilai transaksinya bisa mencapai USD 16 miliar atau tumbuh 66 persen (yoy). Layanan BNPL ini akan terus meningkat hingga tahun 2025 sebesar USD 16 miliar dengan CAGR sebesar 51 persen.
Layanan Keuangan Digital
Sementara itu, aktivitas investor dalam layanan keuangan digital (atau DFS) berfokus terutama pada pembayaran B2B dan layanan pinjaman.
Berdasarkan Asset Under Management, investasi tahun 2022 mencapai USD 2 miliar. Transaksi ini diprediksi mengalami kenaikan hingga 74 persen senilai USD 10 miliar pada tahun 2025 mendatang.
Bank digital, sebagai pendatang baru, memanfaatkan jaringan penjual dan konsumen yang ada untuk menjangkau populasi yang tidak memiliki rekening bank (unbanked) dan memiliki rekening bank dengan layanan terbatas (underbanked).
Sebagai catatan, Indonesia memiliki populasi unbanked dan underbanked tertinggi (sebesar 81 persen) di Asia Tenggara. Hal ini pun emungkinkan bank digital meraih kesuksesan yang lebih tinggi di Indonesia dengan potensi yang besar untuk bertumbuh.
Salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat pada layanan keuangan digital adalah asuransi digital. Sektor ini tumbuh 64 persen (yoy) dan diperkirakan akan mencapai USD 400 juta tahun ini. Pada 2025 mendatang, tidak menutup kemungkinan akan tumbuh USD 1 miliar.
Sebagai informasi, laporan multi-tahunan ini menggabungkan data dari Google Trends, Temasek, dan analisis dari Bain & Company. Selain itu juga memadukan informasi dari berbagai sumber di industri dan wawancara dengan para ahli yang menyoroti ekonomi digital enam negara di Asia Tenggara: Indonesia, Vietnam, Malaysia, Thailand, Singapura dan Filipina.
(mdk/idr)