Arkeolog Temukan Kuburan Massal Misterius Berusia 800 Tahun di Taman, Berisi 123 Mayat Orang Dewasa dan Bocah
Penyebab kematian ratusan orang yang dikuburkan massal ini masih misterius.
Para arkeolog menemukan lubang misterius di sebuah taman yang tak jauh dari Katedral Leicester, Inggris. Lubang tersebut dipenuhi sisa-sisa jenazah 123 pria dan wanita termasuk anak-anak.
Ini adalah salah satu kuburan lubang terbesar yang pernah digali di Inggris yang menunjukkan mayat-mayat tersebut dibuang di sana lebih dari 800 tahun yang lalu, pada awal abad ke-12.
-
Apa yang ditemukan di kuburan massal? Sebanyak 25 tulang pemuda dan remaja laki-laki dengan kondisi terkelupas dan terbakar ditemukan di dalam sebuah parit kering di Kastil St. Louis di Sidon, Lebanon.
-
Apa yang ditemukan di kuburan massal itu? Selain itu, para ilmuwan menemukan berbagai artefak pemakaman, seperti lebih dari 100 gelang dan 27 manik yang terbuat dari cangkang, vas keramik, mangkuk, piring, periuk, kendi kecil, gelas kimia, pot tanah liat, cangkir air, botol, dan toples.
-
Siapa yang menemukan kuburan anak-anak? Kuburan ini ditemukan saat penggalian berlangsung di kota kuno Tenedos, Bozcaada, tenggara Dardanelles.
-
Dimana kuburan massal ditemukan? Dalam Konferensi Alekseyev Readings di Institut Riset Anuchin dan Museum Antropologi Moskow, ilmuwan mengungkapkan ditemukan total 300 mayat pada sembilan liang lahat di Yaroslavl.
-
Bagaimana peneliti mengetahui usia kuburan massal? Namun dengan menggunakan penanggapan radiokarbon, para arkeolog menyatakan kuburan massal ini berasal dari antara akhir tahun 1400-an dan awal tahun 1600-an.
-
Siapa yang menemukan kuburan tersebut? Arkeolog dari Institut Nasional Antropologi dan Sejarah Meksiko (INAH) berhasil menemukan kuburan bangsa Maya yang tersembunyi di dalam gua di kompleks arkeologi di Tulum, Quintana Roo.
“Tulang-tulang pada jasad tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kekerasan, yang membuat kita memiliki dua alasan alternatif untuk kematian ini kelaparan atau wabah penyakit," jelas Mathew Morris, Kepala proyek arkeologi di Universitas Leicester, seperti dikutip dari The Guardian, Senin (18/11).
Penggalian pemakaman massal ini dilakukan saat pemerintah setempat sedang mempersiapkan pembangunan pusat pembelajaran warisan budaya yang baru di katedral.
Sebelumnya, dua belas tahun yang lalu jasad Raja Richard III ditemukan di dekat parkiran mobil kemudian dimakamkan di katedral yang menarik minat para pengunjung hingga sepuluh kali lipat.
Morris dan rekan-rekannya telah menyelesaikan penggalian di lubang tersebut. Mereka menemukan sisa-sisa 1.237 jenazah pria, wanita dan anak-anak yang dikuburkan pada abad ke-19 hingga mereka yang dimakamkan pada awal abad ke-11.
"Ini adalah rangkaian terus-menerus penguburan selama 850 tahun dari satu populasi di satu tempat, dan hal itu jarang terjadi. Hal ini telah menghasilkan sejumlah besar arkeologi" tambah Morris.
Pengecekan Sampel Mayat
Awalnya, tim peneliti berasumsi bahwa orang-orang ini meninggal karena Wabah Hitam yang tiba di Leicester. Namun, hasil uji penanggalan radiokarbon pada tulang-tulang tersebut menunjukkan mayat-mayat tersebut telah dibuang di sana hampir 150 tahun sebelumnya. Wabah Hitam melanda pada tahun 1348, sedangkan mayat-mayat itu sudah ada sekitar awal abad ke-12.
Tim Leicester kemudian mengirimkan sampel dari mayat-mayat di lubang itu ke para ahli genetika dari Institut Francis Crick, di London untuk mencari virus, bakteri atau parasit yang mungkin telah memicu penyakit yang melanda Leicester dan mengungkap misteri ini.
Tidak ada bukti pakaian pada mayat-mayat itu seperti tidak adanya gesper, bros dan tidak ada bukti yang menunjukan bahwa mereka adalah orang yang berjatuhan dan meninggal di jalan sebelum dikumpulkan dan dibuang
Namun, ada tanda-tanda bahwa anggota tubuh mereka masih menyatu, yang menunjukkan bahwa mereka dibungkus kain kafan. Jadi, keluarga mereka dapat mempersiapkan jenazah ini untuk dimakamkan sebelum seseorang dari otoritas pusat mengumpulkan mereka untuk dibawa ke pemakaman.
Meski begitu, alasan penempatan mayat-mayat di lubang kuno tersebut masih menjadi misteri.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti