Jualan kecoak, mahasiswa Taiwan raup keuntungan Rp 1 Miliar
Merdeka.com - Kecoak mungkin merupakan salah satu hewan paling dibenci oleh banyak orang. Tidak ada satu pun yang ingin mendekati hewan dianggap hama itu. Namun, hal itu tidak berlaku buat seorang mahasiswa dari Taiwan bernama Tong.
Di saat orang tak mau mendekat, Tong malah menjadikan hewan menjijikkan itu sebagai sumber penghasilan. Dengan menjadikan kecoak sebagai ladang bisnis, Tong mendapat pengasilan sebesar USD 6.622 atau Rp 88,2 juta tiap bulannya. Dalam satu tahun, dia mendapat USD 80.000 atau Rp 1 miliar.
Dilansir dari laman Asian Correspondent, Senin (7/8), Tong memulai bisnis berternak kecoak setahun lalu di apartemennya. Dia memutuskan menjalani usaha itu setelah tahu banyak orang yang membutuhkan kecoak untuk digunakan sebagai bahan pangan hewan peliharaan. Namun tidak banyak orang yang menjual binatang itu.
-
Dimana kecoak itu ditemukan? 'Dalam dua hingga tiga hari terakhir, pasien mengalami masalah pencernaan dan kembung setelah makan. Saat melakukan pemeriksaan rutin, kami secara tidak sengaja menemukan kecoak itu,' ungkap dokter Shubham Vatsya kepada surat kabar Indian Express.
-
Dimana kecoak biasanya berada? Taburkan di Beberapa Titik
-
Di mana kecoak biasanya ditemukan? Kecoak dapat ditemukan di rumah yang bersih asalkan ada makanan dan air untuk mereka.
-
Dimana keluarga ini meletakkan kecoak? Sebuah keluarga di Meksiko telah diidentifikasi sebagai penipu setelah mereka terekam dalam video meletakkan kecoak di piring mereka saat berada di sebuah restoran.
-
Bagaimana cara petani muda ini menjual petai? 'Tapi karena sistemnya mereka nggak transfer dulu, jadi banyak uang yang macet di sana sehingga kita melakukan sesuatu yang baru dengan menjual petai lewat online,' kata Dyra dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.
-
Bagaimana pasangan ini memulai usaha ternak puyuh? Setelah itu mereka mulai merintis beternak puyuh. Uang Rp10 juta hasil pinjaman dari bank digunakan untuk modal awal serta pembangunan kandang seluas 3x6 meter. 'Untuk mendirikan kandang ini kit acari bahan-bahan yang bekas, biar murah. Cor-corannya bekas, gentengnya bekas, kayu-kayunya. Pokoknya semuanya bekas,' kata Evi dikutip dari kanal YouTube Dari Kami Untuk Kamu.
"Untuk mengatasi kekurangan itu, saya memutuskan untuk berternak sendiri. Tak disangka, tidak sulit untuk melakukannya karena kecoak berkembang biak dengan cepat," katanya kepada China Press.
Tong mengaku awalnya memang sulit berternak kecoak karena seperti orang-orang, dia pun merasa takut dengan binatang itu. Bahkan setiap malam dalam satu bulan sejak dia mulai usaha, dia terus dihantui mimpi buruk tentang kecoak.
"Saya menghasilkan kecoak 30.000 sampai 40.000 ekor kecoak di apartemen saya," ungkapnya.
Pelanggan pertama Tong adalah Tse. Tse membeli semua kecoak yang diternak Tong untuk bahan pangan. Keduanya kemudian memutuskan untuk bekerja sama sampai akhirnya Tse menjadi pemborong kecoak yang diternak Tong.
Sampai saat ini, ada 2,7 juta kecoak dari berbagai spesies yang dikembangbiakkan di perternakan milik Tong.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kini, dia pun mulai menuai hasilnya. Setiap bulan, dia mampu meraup omzet Rp25 juta.
Baca SelengkapnyaHana mulai beternak ayam broiler pada tahun 2008. Untuk memulai usaha itu, ia harus mengorbankan banyak hal
Baca SelengkapnyaPria asal Banyuwangi ini menjadi buruh migran di Taiwan selama 6 tahun.
Baca SelengkapnyaUsahanya membuka peluang lapangan pekerjaan baru bagi teman-teman ataupun lingkungan sekitar.
Baca SelengkapnyaDengan luas tanah yang dia miliki 1,5 hektare, Ujang mampu mendapat keuntungan mencapai Rp300 juta sekali panen.
Baca SelengkapnyaOni Kurniawan, pengusaha peternakan kambing di Tulungagung ceritakan kisah suksesnya yang berawal dari sakit asam lambung.
Baca SelengkapnyaYusuf mengatakan, untuk modal awal usahanya, ia menghabiskan uang Rp4 juta.
Baca SelengkapnyaBerawal dari budi daya lobster di dalam kamar berukuran 3 x 3 meter, ia kini jadi bos lobster di Surabaya.
Baca SelengkapnyaDengan modal yang sedikit, Ragawi mulai menekuni dunia peternakan.
Baca SelengkapnyaIa mengunggah informasi burung murai dagangannya melalui Facebook, YouTube, hingga Instagram
Baca SelengkapnyaMenurut pengakuan Irwan, mencari cacing di wilayah Sulawesi, khususnya Gowa sangat sulit tidak seperti di Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaPemuda 30 tahun ini sempat merasakan jatuh bangun saat membangun usaha ternak ayam kampung ini.
Baca Selengkapnya