Kedok Turki Terbongkar, Tetap Kirim Minyak ke Israel Untuk Bahan Bakar Jet Tempur dan Tank Pasukan Zionis di Gaza
Padahal Turki telah memberlakukan embargo perdagangan dengan Israel sejak Mei 2024.
Sebuah citra satelit menunjukkan Turki masih terus mengirimkan minyak mentah ke Israel meskipun pemerintah negara tersebut telah embargo perdagangan sejak Mei 2024 sebagai respons atas kejahatan perang Israel ke Gaza.
Sekelompok peneliti sekaligus aktivis yang menamai dirinya “Stop Fuelling Genocide”, mengumpulkan data pengiriman dan citra satelit dengan dukungan Progressive Internasional, menunjukkan bahwa sebuah kapal tanker mengirimkan minyak mentah langsung dari pelabuhan Ceyhan di Turki ke sebuah jaringan pipa dekat Ashkelon di Israel.
Pelabuhan tersebut menjadi pemberhentian terakhir dari jalur pipa Baku-Tbilisi-Ceyhan (BTC), yang mengangkut minyak mentah dari Azerbaijan. Minyak tersebut kemudian dikirim dari Terminal Heydar Aliyev di Ceyhan ke Israel.
Laporan investigasi dari Embargo Energi untuk Palestina mengungkap bagaimana minyak mentah yang dipasok oleh jaringan pipa BTC diekstraksi dan digunakan sebagai bahan bakar jet tempur, tank, dan kendaraan militer Israel untuk melakukan Genosida di Gaza.
Pada 28 Oktober, para peneliti tersebut mendapati kapal tanker Seavigour tiba di Haydar Aliyev di Cehyan dengan muatan yang lebih berat. Mereka juga mendapati bahwa kapal tersebut mematikan dan menyalakan citra satelit di beberapa titik lokasi.
"Bukti tersebut hanyalah puncak gunung es dalam kaitannya dengan perdagangan yang sedang berlangsung antara Israel dan Turki," kata Felix, seorang peneliti dari Stop Fuelling Genocide kepada Middle East Eye (MEE) menggunakan nama samaran, seperti dikutip pada Jumat (29/11).
Tanggapan Pemerintah Turki
Oil Change International mengatakan sumber datanya menunjukkan adanya banyak pengiriman dari Ceyhan sejak Mei 2024, laporan tersebut merilis pelacakan minyak ke Israel hingga Juli 2024. Sementara itu, ekspor minyak dari Azerbaijan ke Israel justru meningkat empat kali lipat sejak Januari dari 523.554 ton menjadi 2.372.248 ton pada September.
Saat kelompok tersebut melayangkan aksi protes pada Minggu (10/11), menteri energi Turki justru membantah adanya pengiriman minyak dan menyatakan kapal tanker minyak tersebut telah meninggalkan pelabuhan sejak Mei lalu.
"Genosida Israel di Gaza didasarkan pada rantai pasokan yang luas: senjata dari AS, pesawat pengintai dari Inggris, teknologi mata-mata dari India, minyak dari Azerbaijan, dan pelabuhan di seluruh dunia," kata koordinator umum Progressive International, Varsha Gandikota-Nellutla.
"Setiap negara memiliki kewajiban hukum untuk mencegah genosida, dan setiap pengiriman bahan bakar yang diizinkan melanggar kewajiban itu," imbuhnya.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti