Koran Israel Ungkap Tentara Penjajah Sering Lecehkan Perempuan Palestina di Pos Pemeriksaan Tepi Barat
Seorang tentara Israel menurunkan celananya dan berkata ke seorang perempuan Palestina, "sini, lihat".
Koran Israel, Haaretz melaporkan pada 30 Agustus, para tentara Israel semakin sering melakukan pelecehan seksual terhadap perempuan Palestina di pos pemeriksaan di kota Hebron, Tepi Barat yang diduduki.
Haaretz mengumpulkan banyak kesaksian dari para korban yang tinggal di kota itu, yang pernah dilecehkan tentara penjajah Israel, seperti dikutip dari The Cradle, Minggu (1/9).
Seorang korban mengungkapkan, pada tanggal 17 Agustus di pos pemeriksaan Tamar di Hebron, setelah seorang tentara memeriksa tasnya, tentara tersebut kemudian menurunkan celananya dan bertanya ke korban: "Kamu menginginkannya? Sini dan lihat."
"Karena syok, saya meninggalkan pos pemeriksaan dan kebingungan. Saya merasa seperti seseorang telah menampar saya," ungkap korban kepada Haaretz.
Perempuan muda ini kemudian melaporkan insiden tersebut ke pemimpin komunitas lokal, Basam Abu Aisha, yang kemudian menghubungi pejabat pemerintahan sipil senior Israel. Pejabat ini kemudian mendampingi korban ke pos pemeriksaan di mana dia menunjuk tentara yang melecehkannya.
Abu Aisha kemudian dikepung oleh delapan tentara dan diancam oleh petugas administrasi sipil, Shadi Shubash, yang mengatakan kepadanya bahwa kesaksian perempuan muda itu adalah sebuah "kebohongan" dan memperingatkannya untuk tidak "terlibat".
"Saya kelelahan dan depresi karenanya. Sekarang lebih mudah bagi saya, tapi ketika saya ingin melewati pos pemeriksaan, saya khawatir hal yang sama akan terulang lagi," kata korban kepada Haaretz.
Makin Memburuk
Perempuan lain juga mengungkapkan pelecehan yang dialami di pos pemeriksaan di kota itu, menyatakan pelecehan yang dilakukan tentara Israel semakin memburuk dalam beberapa pekan terakhir.
Salah satu perempuan muda mengungkapkan, seorang tentara Israel memotret dirinya dan kakaknya saat mereka berada di pos pemeriksaan yang sama. Tentara itu kemudian melakukan panggilan video dengan temannya.
"Mereka mulai mengajak kami bicara dan mengatakan kami cantik, lalu memotret kami dan mengatakan: 'Lihat ini, lihat betapa cantiknya mereka'," ungkap perempuan tersebut.
Seorang korban lainnya melaporkan, seorang tentara Israel merazia ponselnya sambil memegang tangannnya.
"Dia memegang tangan saya dan meminta saya membuka ponsel saya. Saya bilang ini foto-foto pribadi saya; mengapa saya harus memperlihatkannya ke mereka?" cetus gadis berjilbab tersebut.
Gadis ini mengatakan terdapat banyak foto tanpa jilbab di galerinya.
"Dia (tentara Israel) itu melihat semuanya. Dia lihat foto demi foto. Dia pegang tangan saya selama 15 menit dan memeriksa ponsel saya."
Pelecehan Verbal
Korban lain melaporkan kerap mengalami pelecehan verbal di pos pemeriksaan dan sekarang mengaku takut menyeberang sendiri di perbatasan.
Penduduk Hebron juga melaporkan, setelah detektor logam dipasang pada tanggal 7 Oktober, perempuan kadang-kadang diharuskan melepas pakaian mereka. Dalam beberapa kasus, perempuan melaporkan diperintahkan untuk melepas jilbab mereka.
Sebelumnya, perempuan Palestina biasa merekam tentara di pos pemeriksaan untuk mendokumentasikan perilaku mereka. Namun sejak perang genosida Israel di Gaza, salah satu warga sekitar ditangkap sekitar sepekan setelah mendokumentasikan perilaku seorang tentara, dan sejak itu, warga bersaksi bahwa mereka terlalu takut untuk merekam perilaku para tentara.
Seorang perempuan lain dari Hebron menjelaskan, ketika dia memasuki pos pemeriksaan, tentara memanggil namanya dan menggunakan bahasa kasar dan berbau seksual untuk mempermalukannya. Mereka akan mengatakan hal-hal seperti "kelamin ibumu", "pelacur", dan "burungku", termasuk melalui pengeras suara di pos pemeriksaan. Tentara juga melakukan gerakan seksual dengan tangan mereka.
“Bukan hanya satu tentara,” tambahnya. "Terkadang seseorang berkata, 'Berikan nomor teleponmu.' Anak-anak perempuan mulai takut pergi ke pos pemeriksaan sendirian."
Remaja putri lainnya mengungkapkan, ketika dia dalam perjalanan ke sekolah, detektor logam di pos pemeriksaan berbunyi. Para tentara memintanya melepas jaket dan lewat. Tapi detektornya terus berdengung. Tentara itu kemudian memintanya melepas jilbabnya, dan dia menolak. Setelah campur tangan aktivis sosial di lingkungan sekitar, mereka akhirnya membiarkan gadis itu lewat.