Lebih Dulu Ketimbang Prabowo, Jepang Sudah Punya Program Makan Siang Gratis Sejak 1899, Ini yang Bisa Dipelajari Indonesia
Program makan siang gratis di Jepang, kyushoku, sudah dilaksanakan dari 1899 hingga sekarang. Apa yang bisa Indonesia pelajari dari program ini?
Presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto, akan meluncurkan program Makan Bergizi Gratis setelah dilantik pada November 2024. Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, menyatakan bahwa pemerintah berencana mendirikan lembaga untuk mengelola program tersebut.
Uji coba untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah dimulai di Kota Tangerang, Banten, dan direncanakan akan berlanjut hingga pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
-
Bagaimana caranya liburan gratis ke Jepang? Cukup transaksi di D-Bank PRO sehari sekali, maka kamu berkesempatan untuk liburan ke Jepang selama beberapa hari.
-
Kapan Jepang mulai menjajah Indonesia? Proses masuknya Jepang ke Indonesia berawal pada masa Perang Dunia II pada tahun 1942.
-
Dimana kebiasaan makan Jepang untuk umur panjang muncul? Dilimpahi dengan daerah pegunungan yang sumur serta garis pantai yang panjang, masyarakat Jepang memiliki banyak kekayaan bahan pangan dengan kualitas luar biasa.
-
Di mana Jepang pertama kali mendarat di Indonesia? Kota yang pertama kali diduduki Jepang saat memasuki Indonesia adalah Tarakan.
-
Kapan Pasar malam Jakarta di zaman Jepang diadakan? Diadakan pada 25 Juni 1943 Menurut keterangan yang dihimpun, pasar malam ini dilangsungkan pada tanggal 25 Juni 1943.
-
Mengapa Jepang memberikan insentif uang? Jepang, yang mengalami penurunan populasi signifikan setiap tahunnya, menemukan solusi dengan memberikan insentif uang tunai di beberapa daerah.
Nurdin, Penjabat Wali Kota Tangerang, menjelaskan bahwa fase uji coba ini akan berlangsung selama tiga bulan untuk mengidentifikasi kemungkinan hambatan serta tantangan sebelum program MBG dilaksanakan secara resmi oleh pemerintah pusat. "Simulasi dimulai pada tanggal 1 Agustus, dan uji coba berlangsung dari tanggal 5 hingga 9 Agustus, dengan semua sekolah sudah ditentukan. Setelah itu, kami akan menjalankan fase 'pembiasaan' selama tiga bulan," jelas Nurdin.
Selama fase 'pembiasaan', setiap sekolah akan mendapatkan jatah makan bergizi gratis secara bergiliran setiap hari. Dalam periode tiga bulan ini, hampir seratus sekolah dasar dan menengah pertama akan terlibat. Pemerintah Kota Tangerang melaksanakan langkah pembiasaan makan siang gratis untuk memahami hambatan dan tantangan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan program MBG, baik dari sisi siswa yang menerima makanan, maupun dari UMKM yang menyediakan menu.
"Kami ingin menemukan peluang yang ada, sehingga kami bisa memperpanjang fase ini menjadi tiga bulan," tambahnya. Pemkot Tangerang juga telah menunjuk UMKM sebagai penyedia makanan bergizi. Saat ini, terdapat lebih dari 300 UMKM di Kota Tangerang, tetapi hanya 167 yang memiliki sertifikat dan izin yang layak. Hanya UMKM yang memenuhi syarat ini yang akan dilibatkan.
"Kami akan menyiapkan lima pilihan menu, dan jika ada menu yang tidak disukai siswa, kami akan menggantinya," ujarnya.
Sama halnya dengan Prabowo yang menyediakan makanan untuk siswa, Jepang juga memiliki program serupa yang dikenal dengan nama kyushoku. Apa itu program kyushoku dan bagaimana cara kerjanya? Atase Pers Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, Ryutaro Kubo, menjelaskan tentang program makanan gratis ala Jepang ini dalam acara Liputan6 Update beberapa waktu lalu.
"Di Jepang, program makan bergizi gratis yang disebut kyushoku telah ada sejak tahun 1899 di Prefektur Yamagata. Pada tahun 1923, pemerintah Jepang mulai memberikan dukungan kepada sekolah-sekolah dalam kebijakan untuk program kyushoku, sehingga program ini menyebar ke seluruh Jepang hingga saat ini," ungkap Kubo mengenai asal-usul program makan siang gratis tersebut. Kubo meyakini bahwa Indonesia dapat mempelajari program kyushoku ini dan mendorong kolaborasi lebih lanjut antara Indonesia dan Jepang di masa depan.
"Saya sangat yakin bahwa ada banyak manfaat bagi Indonesia untuk mempelajari dan menerapkan konsep kyushoku Jepang, serta mengembangkan kerjasama dengan pemerintah Jepang," tuturnya.
Misi Kyushoku: Lebih dari sekadar menyajikan makanan, tetapi juga memberikan pendidikan
Menurut Kubo, program kyushoku awalnya dirancang untuk mendukung siswa-siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu. Ia menjelaskan bahwa "kyushoku dimulai pada tahun 1899 sebagai inisiatif untuk murid-murid dari keluarga yang tidak mampu. Mereka menerima kyushoku secara gratis.
Hingga kini, program kyushoku tetap berlangsung dan beradaptasi dengan kebutuhan yang ada." Meskipun tujuan awal program ini cukup sederhana, saat ini kyushoku bertujuan untuk memenuhi berbagai sasaran yang lebih luas. Ini menjadikan kyushoku bukan sekadar program makan siang gratis, tetapi juga sebagai sarana pendidikan bagi siswa-siswa Jepang dalam berbagai aspek. Kubo menyebutkan bahwa berdasarkan undang-undang mengenai kyushoku di sekolah yang ditetapkan pada tahun 1954, terdapat tujuh tujuan yang ingin dicapai, yaitu:
- Menjaga dan meningkatkan kesehatan melalui asupan gizi yang seimbang.
- Memperdalam pengetahuan tentang makanan serta mengembangkan kemampuan untuk membuat pilihan yang sehat dan kebiasaan makan yang baik.
- Meningkatkan kemampuan bersosialisasi dan bekerja sama.
- Memperluas pemahaman mengenai manfaat alam, serta menumbuhkan rasa hormat terhadap kehidupan dan lingkungan, serta sikap untuk berkontribusi dalam pelestarian lingkungan.
- Mengetahui bahwa pola makan yang baik didukung oleh usaha banyak orang dan mengungkapkan rasa terima kasih kepada mereka.
- Memahami budaya makan yang telah ada sejak lama.
- Memperoleh pemahaman yang jelas mengenai produksi, distribusi, dan konsumsi makanan.
Sistem Makanan Sekolah di Jepang
Kyushoku tidak sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah Jepang, melainkan memerlukan kontribusi kecil dari orang tua atau wali siswa. "Pemerintah daerah bertanggung jawab untuk menutupi biaya yang diperlukan, seperti pengeluaran untuk fasilitas dan pegawai.
Namun, orang tua/wali hanya perlu menanggung biaya bahan-bahan, dan itu pun dalam jumlah yang sedikit," jelas Kubo. Meskipun orang tua/wali siswa diharuskan untuk berkontribusi, terdapat bantuan bagi keluarga yang kurang mampu. Kubo menambahkan, "bagi orang tua/wali yang kesulitan membayar bahan-bahan, mereka dapat menerima bantuan dari pemerintah daerah." Ketika ditanya mengenai proses dan skema penyediaan kyushoku untuk siswa-siswa di Jepang, Kubo mengemukakan empat poin berikut:
- Menu makanan harus disusun sesuai dengan standar gizi yang ditetapkan oleh pemerintah pusat atau kementerian, dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan siswa. Menu tersebut harus mencakup makanan pokok (seperti roti, nasi, dan mie), susu, serta lauk pauk (seperti ayam dan ikan).
- Kyushoku digunakan di sekolah sebagai alat pendidikan. Setiap pemerintah daerah memanfaatkan bahan-bahan lokal yang khas dari daerah tersebut.
- Persiapan kyushoku terdiri dari tiga jenis. Pertama, makanan dimasak di dapur sekolah untuk siswa. Kedua, makanan disiapkan di dapur gabungan yang memasak untuk beberapa sekolah dan mendistribusikannya ke masing-masing sekolah. Ketiga, makanan dimasak oleh dapur gabungan dari perusahaan swasta dan disajikan dalam bentuk lunchbox.
- Di sekolah, siswa sendiri yang bertanggung jawab untuk mendistribusikan kyushoku secara bergiliran. Bagi siswa, kyushoku bukan sekadar waktu makan siang, tetapi juga kesempatan penting untuk belajar tentang kolaborasi, kesopanan, kedisiplinan, dan kemandirian.
Telah berlangsung lebih dari seratus tahun, Kyushoku tetap bertahan dengan kokoh
Kyushoku yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1899 masih berlangsung hingga saat ini. Namun, terdapat periode di mana kyushoku harus dihentikan sementara.
"Program kyushoku terpaksa dihentikan selama Perang Pasifik hingga tahun 1945. Setelah perang berakhir, pedoman untuk melanjutkan kyushoku ditetapkan pada tahun 1946, sehingga program ini dapat dilanjutkan," jelas Kubo.
Meskipun mengalami jeda tersebut, kyushoku tetap menjadi bagian dari kebijakan pemerintah Jepang dan kehidupan sehari-hari siswa-siswi di Jepang. Kubo menjelaskan bahwa kebijakan ini dapat berjalan secara berkelanjutan karena program ini juga berfungsi sebagai sarana pendidikan bagi siswa.
Pendidikan ini menjadi faktor yang memungkinkan siswa-siswi Jepang untuk mempertahankan kyushoku hingga generasi selanjutnya.
"Saya ingin menekankan bahwa jika hanya makanan yang didistribusikan, program ini akan berakhir ketika anggaran habis. Sebaliknya, jika program seperti kyushoku yang telah diterapkan di Jepang juga diterapkan di Indonesia, siswa tidak hanya akan mendapatkan makan siang gratis yang bergizi, tetapi juga akan diajarkan tentang pola makan sehat, serta belajar nilai-nilai kolaborasi, kesopanan, kedisiplinan, dan kemandirian. Dengan demikian, mereka dapat menerapkan nilai-nilai tersebut kepada generasi selanjutnya. Oleh karena itu, menurut Jepang, pengembangan sumber daya manusia juga akan terjamin," tambah Kubo.