Nenek Moyang Manusia 'Lucy' yang Hidup 3 Juta Tahun Lalu Punya Badan Atletis & Tegap
Merdeka.com - Studi baru yang menggunakan rekonstruksi otot 3D tingkat lanjut mengungkapkan bahwa Lucy, fosil Australopithecus afarensis berusia 3,2 juta tahun, berjalan tegap dan memiliki tubuh atletis atau berotot.
Rilis Universitas Cambridge menjelaskan bagaimana penelitian ini menarik perhatian karena berpotensi membentuk ulang pemahaman kita terkait transisi dari nenek moyang kera ke manusia awal.
Penelitian ini, yang melibatkan tim ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu, diterbitkan dalam jurnal ilmiah prestisius Royal Society Open Science. Studi ini juga memberikan pencerahan terkait kemampuan dan adaptasi luar biasa dari nenek moyang kita, disertai representasi visual untuk menunjukkan temuan ini.
-
Mengapa penelitian ini penting untuk memahami manusia purba? Temuan ini membantu menentukan 'keadaan yang tepat di mana beberapa fosil manusia modern paling awal yang ditemukan di Asia Tenggara tersimpan jauh di dalam' gua tersebut.
-
Mengapa penelitian ini penting untuk memahami Neanderthal? Dengan adanya penelitian semacam ini, membantu untuk menilai proses pubertas pada sepupu dekat kita, manusia Neanderthal, untuk melihat 'apakah mereka mengalami pematangan seksual dan 'kedewasaan' dengan cara yang sama,' kata Lewis.
-
Mengapa temuan ini penting untuk studi Homo sapiens? Ujung batu kecil merupakan bukti penting, karena komponen lain dari teknologi memanah, seperti kayu, serat, kulit, resin, dan otot, bersifat sementara dan jarang ditemukan utuh di situs Paleolitikum Eropa.
-
Mengapa penemuan ini penting bagi pemahaman tentang Neanderthal? 'Penemuan ini berkontribusi pada pemahaman kita tentang perilaku berburu Neanderthal dan pentingnya peralatan tulang dalam repertoar teknologi mereka,' kata pemimpin studi, Mateo-Lomba.
-
Siapa yang meneliti nenek moyang makhluk hidup? Moody dan rekan-rekannya telah melangkah lebih jauh. Mereka fokus pada lima set gen 'paralog', atau duplikat, yang ditemukan pada banyak bakteri dan archaea, menunjukkan bahwa penggandaan terjadi sebelum LUCA terpecah dan berkembang biak.
-
Mengapa penemuan ini penting untuk memahami evolusi hewan? 'Ketika saya sering melamun tentang satu fosil yang paling ingin saya temukan, saya selalu memikirkan larva arthropoda, karena data perkembangan sangat penting untuk memahami evolusi mereka,' jelas penulis utama studi dan ahli paleontologi di Universitas Durham Inggris, Martin Smith.
Dikutip dari Ancient Origins, Kamis (15/6), Dr Ashleigh Wiseman memodelkan 3D otot kaki dan panggul hominin Australopithecus afarensis menggunakan pemindaian 'Lucy', spesimen fosil terkenal yang ditemukan di Ethiopia pada pertengahan 1970-an.
Australopithecus afarensis adalah spesies manusia awal yang hidup di Afrika Timur 3 juta tahun lalu. Hominid ini dianggap lebih pendek dari Homo sapiens, sekitar 1,1 meter dengan wajah mirip kera dan otak yang lebih kecil.
Australopithecus afarensis diketahui bisa berjalan dua kaki tapi disesuaikan dengan tempat tinggal di pohon dan sabana, membantu spesies tersebut bertahan hidup selama hampir 1 juta tahun.
Tetapi bertentangan dengan kepercayaan sebelumnya bahwa Lucy memiliki postur yang lebih mirip kera, rekonstruksi otot 3D mengungkapkan Lucy berjalan tegak, dengan kepala terangkat tinggi dan tulang belakang serta kaki lurus, lebih mirip manusia modern.
Temuan ini menawarkan tonggak penting dalam evolusi manusia, yang menunjukkan bahwa Lucy mampu melakukan gerakan bipedal dalam waktu lama.
"Kemampuan Lucy berjalan tegak hanya bisa diketahui dengan merekonstruksi jalur dan ruang yang ditempati otot di dalam tubuh," kata Wiseman.
Selain itu, analisis mengungkapkan tubuh bagian atas Lucy atletis dan berotot terutama di bahu dan lengannya. Ciri-ciri ini menunjukkan bahwa dia memiliki kekuatan luar biasa, berpotensi beradaptasi untuk memanjat dan memanipulasi objek di lingkungannya.
Kombinasi bipedalisme dan kekuatan tubuh bagian atas ini memberikan gambaran sekilas yang menarik tentang kemampuan fisik hominid awal.
Metodologi penelitian melibatkan teknik pencitraan canggih untuk membuat model 3D yang rumit dari tulang Lucy dan jaringan lunak di sekitarnya. Dengan membandingkan rekonstruksi ini dengan anatomi manusia modern, para peneliti dapat membuat kesimpulan berdasarkan informasi tentang struktur otot dan kemampuan fungsionalnya.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Melalui rekonstruksi digital otot-otot nenek moyang manusia awal, penelitian memberi petunjuk bagaimana evolusi manusia.
Baca SelengkapnyaPenelitian terbaru di jurnal Innovation ungkap evolusi pergerakan manusia. Tim ilmuwan gunakan fosil kera prasejarah, Lufengpithecus 6 juta tahun. Simak disini
Baca SelengkapnyaStudi awal menyatakan nenek moyang seluruh makhluk hidup ini berasal dari 3,8 miliar tahun lalu.
Baca SelengkapnyaTemuan baru ini membantah keyakinan sebelumnya bahwa manusia pertama yang mampu menggunakan alat atau perkakas adalah manusia purba jenis Homo.
Baca SelengkapnyaPara ilmuwan terus mengungkap misteri tentang nenek moyang terakhir yang menghubungkan manusia dengan kera.
Baca SelengkapnyaFosil yang dianalisis peneliti milik Lufengpithecus, yang ditemukan di Yunan, China.
Baca SelengkapnyaKerangka manusia purba ini, yang dikenal sebagai tulang Jebel Irhoud, ditemukan di Maroko
Baca SelengkapnyaPenemuan fosil kera di sebuah situs arkeologi di Turki yang berusia 8,7 juta tahun mengguncang teori-teori lama tentang asal-usul manusia.
Baca SelengkapnyaJejak kaki ini ditemukan di pulau Kreta, Mediterania.
Baca SelengkapnyaBahasa telah ada delapan kali lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.
Baca SelengkapnyaArkeolog di Kenya menemukan fosil tulang rahang dari spesies hominin yang hidup 4,3 juta tahun lalu.
Baca SelengkapnyaKapan tepatnya nenek moyang manusia meninggalkan Afrika dan menyebar ke seluruh dunia masih menjadi perdebatan para arkeolog.
Baca Selengkapnya