Patahkan Teori Darwin, Nenek Moyang Manusia Ternyata Berasal dari Eropa, Bukan Afrika
Merdeka.com - Analisis baru dari fosil yang ditemukan tahun 1990-an di desa Nikiti, Yunani utara mendukung gagasan kontroversial bahwa kera, nenek moyang manusia, berkembang di Eropa tenggara, bukan Afrika.
Fosil berusia 8 sampai 9 juta tahun itu pertama kali dikaitkan dengan kera yang telah punah yang disebut Ouranopithecus.
Tim yang dipimpin David Begun dari Departemen Antropologi Universitas Toronto baru-baru ini menganalisis fosil tersebut dan memastikan bahwa fosil itu kemungkinan milik hewan jantan dari spesies baru.
-
Dimana nenek moyang manusia dan kera hidup? LCA diyakini hidup selama Zaman Miosen, sekitar 23 juta hingga 5 juta tahun yang lalu.
-
Apa bentuk fisik nenek moyang manusia dan kera? LCA kemungkinan besar adalah hewan berkaki empat yang mampu memanjat secara vertikal dan berayun seperti kera.
-
Bagaimana fosil kera ini ditemukan? Fosil ini ditemukan di lokasi fosil Çorakyerler dekat Çankırı dan peneliti mendapat dukungan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Turki.
-
Apa nama fosil kera yang ditemukan? Studi ini menyarankan kemungkinan nenek moyang manusia dan kera Afrika berevolusi di Eropa sebelum mereka bermigrasi ke benua Afrika antara sembilan hingga tujuh juta tahun lalu.
-
Dimana fosil nenek moyang manusia ditemukan? Dua fosil Laos--berupa tulang kaki dan bagian dari tulang tengkorak kepada--ditemukan di Gua Tam Pa Ling. Situs arkeologi itu ditemukan pada 2009 ketika bagian lain dari tengkorak kepala itu ditemukan.
-
Dimana fosil kera ini ditemukan? Penemuan ini, yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Communications Biology pada 23 Agustus, memicu re-evaluasi konsep-konsep seputar evolusi manusia yang selama ini sudah mapan.
Dengan memeriksa rahang atas dan bawah kera Eropa purba, tim peneliti menyatakan bahwa nenek moyang umat manusia mungkin telah berevolusi di Eropa sebelum bermigrasi ke Afrika, berpotensi menjungkirbalikkan konsensus ilmiah yang telah ada sejak zaman Darwin.
Pada 1871, Darwin menyatakan bahwa semua hominin, termasuk manusia modern dan yang telah punah, merupakan keturunan Afrika. Teori ini diterima secara luas sampai hari ini.
Di sisi lain, Darwin juga berspekulasi bahwa hominin juga bisa berasal dari Eropa, di mana fosil sebagian besar kera ditemukan. Analisis baru oleh Begun dkk mendukung teori ini.
Walaupun Begun tidak percaya bahwa kera di Yunani itu adalah hominin, dia berspekulasi itu bisa merepresentasikan kelompok yang berasal dari wilayah di mana hominin berkembang.
Tim penelitian yang dipimpin Begun memastikan pada 2017 bahwa kera berusia 7,2 juta tahun yang disebut Graecopithecus yang juga hidup di Yunani bisa jadi seorang hominin.
Dalam kasus ini, kera Nikiti berusia 8 juta sampai 9 juta tahun merupakan nenek moyang hominin pertama, Graecopithecus, sebelum hominin bermigrasi ke Afrika tujuh juta tahun lalu.
Menurut sebuah laporan di jurnal New Scientist, Begun meramalkan bahwa konsep baru ini akan ditolak oleh banyak ahli yang percaya pada asal-usul hominin Afrika, namun dia juga berharap skenario baru tersebut setidaknya dipertimbangkan.
Begun menunjukkan bahwa Eropa Tenggara pernah diduduki nenek moyang hewan seperti jerapah dan badak.
"Secara luas disepakati bahwa ini adalah fauna yang ditemukan dari sebagian besar yang kita lihat di Afrika saat ini," jelasnya kepada New Scientist.
"Jika kijang dan jerapah bisa masuk ke Afrika 7 juta tahun yang lalu, mengapa kera tidak?"
Tidak semua antropolog setuju dengan Begun dan kesimpulan timnya. Seperti dicatat oleh New Scientist, kera Nikiti mungkin sama sekali tidak berkerabat dengan hominin. Ini mungkin telah mengembangkan ciri-ciri serupa secara mandiri, mengembangkan gigi untuk makan makanan serupa atau mengunyah mirip hominin awal.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penemuan fosil kera di sebuah situs arkeologi di Turki yang berusia 8,7 juta tahun mengguncang teori-teori lama tentang asal-usul manusia.
Baca SelengkapnyaTengkorak ini ditemukan terjepit di dinding teratas Gua Apidima di Yunani.
Baca SelengkapnyaBatu ini juga menyoroti asal-usul manusia yang pertama kali mendiami Eropa.
Baca SelengkapnyaDNA ini berasal dari kerangka manusia yang ditemukan di sebuah gua di Jerman.
Baca SelengkapnyaSetelah Homo Sapiens muncul di Afrika sekitar 300.000 tahun yang lalu, para ilmuwan memahami para manusia purba hidup bersama dengan hominin lainnya.
Baca SelengkapnyaSelama beberapa dekade, Afrika Timur dianggap sebagai tempat kelahiran spesies kita. Fosil-fosil dari Maroko menunjukkan hal yang sebaliknya.
Baca SelengkapnyaKemana perginya Homo sapiens setelah dari Afrika telah menjadi teka-teki besar dalam studi evolusi manusia selama bertahun-tahun.
Baca SelengkapnyaArkeolog di Kenya menemukan fosil tulang rahang dari spesies hominin yang hidup 4,3 juta tahun lalu.
Baca SelengkapnyaJejak kaki ini ditemukan di pulau Kreta, Mediterania.
Baca SelengkapnyaTim peneliti yang menganalisis fosil ini mengatakan Homo Bodoensis merupakan leluhur langsung manusia yang tinggal di Afrika, sebelum digantikan Homo Sapien.
Baca SelengkapnyaKapan tepatnya nenek moyang manusia meninggalkan Afrika dan menyebar ke seluruh dunia masih menjadi perdebatan para arkeolog.
Baca SelengkapnyaTulang ini ditemukan di situs Paleolitikum terluas, yang ada di Prancis.
Baca Selengkapnya