Penelitian Ungkap Cara Otak Manusia Memperbaiki Diri Setelah Cedera
Walaupun manusia mampu menyembuhkan luka pada kulit dengan regenerasi sel kulit baru, proses serupa tidak berlangsung pada cedera otak.
Banyak organisme memiliki kemampuan regeneratif yang luar biasa, seperti kemampuan untuk menumbuhkan kembali kaki dan ekor. Beberapa spesies ikan dan salamander bahkan dapat menghasilkan sel otak baru untuk memperbaiki bagian yang mengalami kerusakan. Kemampuan ini memberikan mereka keunggulan dalam beradaptasi dengan lingkungan yang keras dan menghadapi berbagai tantangan.
Namun, sayangnya, mamalia, termasuk manusia, memiliki kemampuan regenerasi yang terbatas, terutama dalam hal perbaikan jaringan otak.Dilansir Science Focus, Selasa (22/10/2024), hewan vertebrata lain dapat terus mengganti neuron sepanjang hidup mereka, sedangkan mamalia mengalami penurunan kemampuan ini seiring bertambahnya usia.
-
Bagaimana otak memperbaiki diri? Ketika otak mengalami cedera, ia berusaha untuk melewati sel-sel yang rusak dengan membentuk koneksi baru antara neuron, sehingga fungsi yang hilang dapat dipulihkan.
-
Bagaimana para peneliti menemukan bukti penyusutan otak manusia? Para peneliti menggunakan analisis titik perubahan untuk memperkirakan waktu perubahan evolusi otak hominin.
-
Kenapa otak manusia bisa beradaptasi? Ini merupakan salah satu bentuk adaptasi yang menunjukkan fleksibilitas otak manusia.
-
Bagaimana amusia memengaruhi otak? Pemindaian otak menunjukkan bahwa otak orang yang mengalami amusia menerima dan merespons informasi nada, tetapi informasi tersebut tidak sampai ke kesadaran. Neuron-neuron merespons perbedaan nada yang tidak dapat mereka bedakan sendiri.
-
Apa dampak baik bagi otak jika regenerasi selnya optimal? Jika regenerasi otak berjalan secara optimal, fungsi kognitif otak akan bekerja secara baik. Dampaknya, daya ingat, konsentrasi, hingga koordinasi gerak tubuh dapat terjaga secara baik.
-
Apa yang diteliti tentang dampak benturan kepala terhadap kecerdasan? Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mengalami cedera kepala yang serius memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan kognitif jangka panjang, seperti kesulitan dalam mengingat, berkonsentrasi, dan memecahkan masalah.
Walaupun manusia dapat memperbaiki luka pada kulit dengan menumbuhkan sel-sel kulit yang baru, proses serupa tidak terjadi pada cedera otak. Lantas, bagaimana otak manusia memperbaiki diri setelah mengalami kerusakan?
Setiap sel otak memiliki ribuan koneksi yang berbeda, dan otak memiliki kemampuan untuk melakukan perutean ulang yang cukup luas. Ketika otak mengalami cedera, ia berusaha untuk melewati sel-sel yang rusak dengan membentuk koneksi baru antarneuron untuk mengembalikan fungsi yang hilang. Ini adalah bentuk adaptasi yang menunjukkan fleksibilitas otak manusia.
Pada kasus cedera otak yang parah, perubahan bentuk yang dramatis dapat terjadi, bahkan dapat mengalihkan seluruh fungsi ke bagian otak yang berbeda. Misalnya, fungsi pendengaran dapat dialihkan ke korteks visual, dan sebaliknya. Fenomena ini memperlihatkan bagaimana otak manusia berupaya untuk mempertahankan fungsinya meskipun dalam keadaan rusak.
Neuroplastisitas
Proses neuroplastisitas berlangsung ketika manusia belajar keterampilan baru. Neuroplastisitas ini dipengaruhi sel saraf dan juga sel pendukung yang dikenal sebagai sel glial. Sel glial memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung pembentukan koneksi baru serta memperbaiki myelin, yang merupakan lapisan pelindung di sekitar serat saraf yang berfungsi untuk mempercepat impuls saraf.
Tanpa adanya myelin yang sehat, komunikasi antara sel saraf dapat terganggu, yang berpotensi mempengaruhi fungsi otak secara keseluruhan. Selain itu, akson yang mengirimkan sinyal juga memiliki kemampuan untuk menghasilkan cabang baru selama badan utama sel saraf masih dalam keadaan utuh. Hal ini menambah kemampuan otak untuk memperbaiki diri dan beradaptasi terhadap pengalaman baru serta kerusakan yang terjadi.
Tidak hanya kulit, beberapa bagian tubuh manusia juga memiliki kemampuan untuk melakukan regenerasi. Contohnya, hati memiliki kemampuan luar biasa untuk melakukan perbaikan diri. Hati dapat menghasilkan jaringan sel baru meskipun sebagian dari jaringannya telah mati, asalkan organ tersebut tidak mengalami penyakit sirosis atau kanker hati.
Kemampuan regeneratif ini menjadikan hati sebagai organ vital yang berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Selain itu, tubuh manusia juga mampu memperlebar arteri jika terjadi penyumbatan. Proses ini dikenal dengan angiogenesis, yang memungkinkan tubuh untuk membangun arteri baru agar aliran darah dapat kembali normal.
Namun, tidak semua orang dapat mengalami angiogenesis ini; hanya mereka yang memiliki kondisi tubuh yang sehat dengan kadar kolesterol rendah yang dapat melakukannya. Apabila kadar kolesterol tinggi, proses pembesaran dan pembentukan arteri baru dapat terhambat karena sel darah mungkin tersumbat.