Tanda mata buat Orang Sangir
Merdeka.com - Pidinsia Barahama Pareda terdiam ketika ditanya apakah dia bisa berbahasa Indonesia. Tak lama kemudian dia menggelengkan kepala, tandak tidak bisa. Cuma 16 orang sejawatnya yang mengangkat tangan dan mengaku bisa berbahasa Indonesia.
Pareda adalah satu dari sekian banyak Orang Sangir, sebutan bagi penduduk Pulau Balut, Filipina. Dia adalah generasi ketiga keturunan orang Indonesia yang menyeberang dan menetap ke Pulau Balut. Dia pun tidak bisa menuturkan bahasa Cebuano atau Tagalog.
Menurut Pareda, orang tuanya memang sudah menetap lama di sana. Mereka bekerja memanen kelapa buat dibikin kopra dan menjadi nelayan. Dari cerita dan silsilah, Pareda dan Orang Sangir lainnya datang dari Pulau Sangihe di Sulawesi Utara. Kalau menurut cerita sesepuh, pendahulu mereka saat melaut melihat pulau itu dan singgah buat beristirahat sebelum kembali. Kemudian, di lain waktu, beberapa dari mereka pindah membawa serta keluarga dan memulai kehidupan baru di Pulau Balut.
-
Siapa yang tinggal di Pulau Sibandang? 4 Marga Batak Di Pulau Sibandang, terdapat empat marga Batak yang menetap di sana, yaitu marga Ompusunggu, Rajagukguk, Simaremare, dan Siregar dengan jumlah penduduk mencapai 1.200 jiwa.
-
Siapa saja penduduk Pulau Masakambing? Mengutip Instagram @jantungnusantara, penduduk pulau ini merupakan suku Bugis dan suku Madura.
-
Siapa penduduk asli Pulau Selayar? Wilayah ini dihuni oleh penduduk asli yang dikenal dengan Suku Selayar.
-
Bagaimana pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun? Pertumbuhan penduduk periode 2020-2045 rata-rata sebesar 0,67 persen setiap tahun.
-
Siapa yang menghuni pemukiman? Analisis genetik pada tulang manusia yang digali menunjukkan hubungan erat antara penduduk pemukiman ini dengan kelompok lain di China selatan dan Asia Tenggara.
-
Siapa yang menjadi juru bicara Indonesia di PBB? Untuk memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia melalui jalur diplomasi, Presiden Soekarno meminta LN Palar untuk menjadi juru bicara Indonesia di pertemuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Hal itu bisa terjadi sebelum Indonesia dan Filipina menetapkan batas negara. Kini pelintas batas di laut tidak bisa semudah dulu.
Balut dan Sarangani adalah dua pulau besar di Provinsi Davao, Filipina. Menurut penelitian Lembaga Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), ada sekitar 8,745 warga keturunan Indonesia menetap di Pulau Sangir.
Pareda mengaku tidak tahu berapa tepatnya usianya. Dia mengaku cuma ingat lahir pada 1960.
Pareda kini sudah tidak perlu risau, sebab pemerintah Indonesia memutuskan memberikan dokumen kependudukan berupa akta kelahiran dan tanda pengenal lainnya bagi mereka. Hal yang tidak pernah terjadi di masa lalu. Sebab, pemerintah Filipina menganggap mereka bukan warga negara.
"Kami diberi tahu kalau akta baptis saja sudah cukup," kata Pareda, seperti dilansir dari laman Al Jazeera, Senin (20/11).
Walau demikian, seiring waktu pejabat setempat meminta mereka membikin tanda pengenal. Namun, setelah membayarkan sejumlah uang, dokumen itu tak juga terbit. Dia diminta membikin Sertifikat Pencatatan Orang Asing (ACR). Namun, buat menebusnya dia harus datang ke Pulau Mindanao dan harus merogoh kocek cukup dalam buat membayar ongkos perjalanan. Apalagi mereka juga harus rutin membayar iuran ACR saban tahun. Padahal, pendapatan mereka tidak mencukupi.
Konsul Jenderal Indonesia untuk Filipina, Berlian Napitupulu, menyatakan saat ini pemerintah akan menerbitkan akta kewarganegaraan bagi Orang Sangir. Hal itu supaya identitas mereka jelas dan tidak bermasalah di kemudian hari. Menurut dia, sejak akhir 2016, sudah tiga ribu Orang Sangir mendapat akta kependudukan.
Napitupulu menawarkan kalau ada Orang Sangir ingin pulang kampung ke Sangihe, maka seluruh perjalanan mereka akan ditanggung. Dia menjanjikan kehidupan di sana akan membaik lantaran Presiden Joko Widodo lagi senang-senangnya membangun.
"Indonesia sudah berubah sekarang," ujar Napitupulu.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengungsi Rohingya yang selamat mengatakan kapal tersebut sebenarnya mengangkut 151 orang, sedangkan yang sudah berhasil diselamatkan baru 75 orang.
Baca SelengkapnyaMenurut Kapolri sejumlah warga Rohingya yang mengungsi sudah adanya kesepakatan sebelumnya.
Baca SelengkapnyaSebanyak 156 pengungsi Rohingya mendarat di Desa Karang Gading, Labuhan Deli, Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut).
Baca SelengkapnyaPencari suaka itu dibawa ke gedung Direktorat Jenderal Imigrasi untuk didata.
Baca SelengkapnyaMahfud MD sedang mencari jalan keluar mengenai pengungsi Rohingya yang terus bertambah datang ke Indonesia
Baca SelengkapnyaMomen lawa Presiden Soeharto berkunjung ke kamp pengungsi Vietnam beredar di media sosial.
Baca SelengkapnyaRatusan pengungsi Rohingya kembali tiba di Aceh. Hingga Minggu pagi, para pengungsi ini masih berkumpul di pinggir pantai, setelah turun dari sebuah kapal kayu.
Baca SelengkapnyaJokowi menyebut, pemerintah Indonesia akan menindak tegas pelaku TPPO.
Baca SelengkapnyaNelayan Aceh melakukan penyelamatan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka saat cuaca buruk.
Baca SelengkapnyaMereka mendesak UNHCR dan IOM untuk segera memindahkan pengungsi Rohingya dari Aceh.
Baca SelengkapnyaProses evakuasi itu memanfaatkan semua alutsista kapal penyeberangan laut.
Baca Selengkapnya