Ini 7 Tradisi Kebiri dari Berbagai Kebudayaan yang Bikin Ngilu
Merdeka.com - Pengebirian atau dikenal juga sebagai gonadectomy adalah prosedur pemotongan genital guna menghilangkan fungsi biologis. Biasanya tindakan ini dimaksudkan sebagai hukuman terhadap pelaku kejahatan atau orang-orang yang dianggap melanggar norma. Seperti hukuman kebiri kimia yang baru-baru ini dijatuhkan kepada seorang pelaku kejahatan paedofilia
Namun di beberapa kebudayaan, kebiri merupakan bagian dari tradisi yang berusia ratusan tahun. Berikut ini beberapa di antaranya yang sempat terekam sejarah.
Praktik kebiri kasim di China
-
Kapan tradisi ini dimulai? Tradisi undangan berhadiah kopi saset hingga bumbu masak telah lama digunakan masyarakat Majalengka sebelum melangsungkan hajatan.
-
Kapan tradisi ini pertama kali muncul? Menurut sejarah, tradisi itu muncul pertama kali saat Ki Ageng Gribig baru pulang dari Makkah usai melaksanakan ibadah haji.
-
Siapa yang terlibat dalam tradisi ini? Setelah itu, tuan rumah akan mengundang tetangga untuk mengikuti acara kepungan dengan menyantap tumpeng tawon.
-
Mengapa tradisi ini dilestarikan? Tradisi itu dilestarikan untuk mengenang penyebar agama Islam di Jatinom, Ki Ageng Gribig.
-
Siapa yang memulai tradisi ini? Tradisi itu berasal dari seorang tokoh syiar Islam di Klaten bernama Ki Ageng Gribig.
-
Kapan tradisi ini dilakukan? Tradisi ini diketahui sudah berkembang sejak tahun 1950-an, dan jadi salah satu hajat desa yang selalu ramai didatangi oleh warga.
Pengebirian kasim merupakan bagian dari tradisi di China kuno. Praktik ini dijalankan selama beberapa dinasti. Saat itu, pengebirian adalah syarat untuk mendapatkan pekerjaan di istana sebagai kasim. Sebab seorang kasim kadang bisa memperoleh kekuasaan yang besar di dalam istana. Dilansri Beijing Made Easy, Kasim mendapat kepercayaan besar dari kaisar karena kemungkinan besar mereka tidak akan tergoda untuk merebut kekuasaan dan memulai sebuah dinasti.
Dilansir China Underground, ada dua cara untuk melakukan pengebirian pada calon kasim. Teknik pertama adalah dengan melakukan proses kebiri saat seseorang sudah dewasa. Cara kedua adalah dengan melakukan kebiri saat calon kasim masih anak-anak. Area genital dijepit setidaknya tiga kali sehari hingga pertumbuhannya terhambat. Dengan cara ini, bocah lelaki yang dikebiri akan memiliki karakteristik feminin seperti suara kecil dan tidak adanya jakun.
Kebiri sukarela sekte Cybele
Yang satu ini lebih miris lagi, pasalnya para pengikut sekte Cybele dari masa Romawi kuno melakukan kebiri terhadap diri sendiri secara sukarela.
Menurut buku On Roman Time karya Salzman, setiap tanggal 24 Maret anggota sekte ini merayakan Dies sanguinis atau 'hari Darah'. Pada hari tersebut para pemuja Cybele dan Attis mempersembahkan darah mereka sendiri. Beberapa bahkan melakukan pengebirian terhadap diri sendiri. Praktik pengebirian ini umunya dilakukan oleh warga Galli.
Pada tahun 101 SM, pemerintah Romawi melarang praktik kebiri ini dan memerintahkan pengorbanan hewan sebagai gantinya.
Praktik kebiri naesi di Kerajaan Korea
Naesi, kasim dari Korea zaman kerajaan juga mengalami pengebirian. Pelayan anggota kerajaan dan pejabat negara ini mulai dikenal pada masa Dinasti Goryeo. Pada tahun 1392 ketika Dinasti Joseon berkuasa, para naesi berada dalam naungan satu departemen khusus dan terdiri dari dua tingkatan golongan, yaitu sangseon dan naegwan.
Menurut buku Children in Slavery Through the Ages, legenda mengatakan kalau proses kebiri para naesi dilakukan dengan cara meruapi alat kelamin anak laki-laki dengan kotoran manusia dan menyuruh anjing untuk menggigitnya.
Pada masa Dinasti Yuan, kasim menjadi komoditas yang diinginkan untuk upeti, dan gigitan anjing digantikan dengan teknik bedah yang lebih canggih.
Kebiri sukarela sekte Skoptsy
Skoptsy merupakan sebuah sekte sekretif pada masa pemerintahan Tsar Rusia. Nama Skoptsy berasal dari istilah kuno Rusia 'skopets' yang berarti 'dia yang dikebiri'. Sekte ini dikenal karena praktik pengebirian secara sukarela yang dilakukan oleh anggota pria maupun wanita.
Orang-orang Skoptsy percaya bahwa setelah pengusiran dari Taman Eden, Adam dan Hawa memiliki bagian dari buah terlarang yang dicangkokkan ke tubuh mereka, yaitu testis dan payudara. Dengan penghapusan organ-organ seksual tersebut, mereka beranggapan kalau manusia akan terhindar dari dosa berupa nafsu.
Gerakan ini muncul pada akhir abad 18. Namun keberadaannya ditentang oleh pihak kerajaan dan kemudian pemerintah Uni Soviet. Setelah abad 20, gerakan sekte ini tak lagi terdengar.
Pengebirian kasim di Vietnam
Kerajaan Vietnam kuno mengadopsi sistem kasim dan teknik pengebirian dari China. Pada masa itu, satu-satunya pria yang boleh tinggal di istana adalah raja. Menurut Vietnam Heritage Magazine, para kasim bertugas sebagai pelayan untuk anggota keluarga kerajaan yang wanita. Mereka menjalankan aktivitas yang umum dilakukan pelayan wanita, yaitu memijat, memakaikan riasan, dan mempersiapkan para selir sebelum berhubungan badan dengan raja.
Para kasim diharuskan menjalani proses kebiri untuk mencegah kemungkinan perselingkuhan dengan salah satu wanita di istana. Proses pengebirian dilakukan dengan memotong seluruh alat kelamin, termasuk penis dan testikel dengan pisau tajam. Sebelumnya sang calon kasim diikat di atas meja dan alat kelaminnya disterilkan dengan air merica. Setelah dipotong, sebuah tabung kemudian dimasukkan ke dalam uretra untuk memungkinkan buang air kecil selama penyembuhan.
Tradisi pengebirian sekte Valesian
Sama seperti Skoptsy, Valesian adalah sekte yang menganjurkan pengebirian terhadap diri sendiri. Menurut buku A Brief History Of Castration karya Victor T. Chenney, sekte ini didirikan oleh Valesius, seorang filsuf Timur Tengah pada abad 2 Masehi.
Menurut buku Panarion Epiphanius, anggota sekte tidak diperbolehkan makan daging sampai mereka sudah dikebiri, karena mereka yang tidak dikebiri bisa terbangkitkan nafsu seksualnya setelah menyantap daging.
Selain melakukan praktik kebiri terhadap diri sendiri, sekte Valesian dikenal karena sering melakukan pengebirian paksa kepada para musafir yang lewat ke daerah mereka.
Itulah beberapa tradisi pengebirian yang sempat dipraktikkan di berbagai kebudayaan. Sekarang praktik ini sudah banyak ditinggalkan karena dianggap melanggar hak asasi manusia.
Castrato di gereja-gereja Eropa
Sampai abad 19, di Eropa masih terdapat praktik castratism pada anak-anak di bawah umur. Ini adalah praktik pengebirian terhadap para penyanyi pria saat mereka belum mencapai pubertas. Tujuannya adalah untuk mempertahankan kualitas suara penyanyi. Pasalnya para musisi ini biasanya kesulitan untuk menyanyikan nada-nada tinggi begitu memasuki usia remaja.
Para penyanyi yang menjalani castratism disebut castrato. Castrato sering dijumpai sampai abad 18, karena pada masa itu wanita masih dilarang bernyanyi di gereja. Praktik ini mulai memudar pada awal abad 19. Menurut Alessandro Moreschi and the World of the Castrato, castrato terakhir yang suaranya didokumentasikan adalah Alessandro Moreschi. Dia bertugas sebagai penyanyi di paduan suara Kapel Sistina. Moreschi meninggal pada tahun 1922.
Jangan Lewatkan:
Ikuti Polling Setuju Atau Tidak Paedofil Dihukum Kebiri Kimia? Klik disini
Baca juga:Ini alasan kenapa bendera setengah tiang jadi tanda berkabungTradisi tari caci, simbol ksatria di Manggarai NTTMengenal famadihana, tradisi karak jenazah di MadagaskarDesember mendatang, Aceh punya kalender sendiriMengenal Lasing, tradisi mengilaukan gelang kuningan khas Suku Abui (mdk/tsr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tujuan praktik penumbalan manusia ini masih menjadi misteri.
Baca SelengkapnyaBerikut daftar teknik pengobatan ekstrem di zaman kuno. Mana yang lebih mengerikan?
Baca SelengkapnyaMeskipun terdengar menyakitkan, tradisi ini tetap dijunjung tinggi dan diwariskan secara turun-temurun.
Baca SelengkapnyaBanyak peneliti, termasuk arkeolog yang menemukan bukti bahwa perhiasaan seperti tindik telah dipakai oleh manusia sejak zaman dulu.
Baca SelengkapnyaDalam budaya China, diyakini bahwa kemalangan dapat dicegah melalui pelaksanaan tradisi atau ritual tertentu.
Baca SelengkapnyaPerempuan Mentawai yang memiliki gigi runcing akan dianggap memiliki nilai lebih.
Baca SelengkapnyaMelihat tradisi unik kebo-keboan yang ada di Banyuwangi, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaMalu atau "Malee" dalam bahasa Aceh bagi mereka adalah suatu hal yang harus ditutupi atau "ditelan" dan tidak boleh diketahui orang lain.
Baca SelengkapnyaTindik tubuh bagian dari tren, namun perlu diperhatikan risikonya.
Baca SelengkapnyaKambing kendit adalah jenis kambing yang dijual dengan harga tinggi.
Baca SelengkapnyaSejumlah metode pengobatan menyeramkan di masa lalu ternyata masih diterapkan di kedokteran masa kini.
Baca SelengkapnyaTradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai yang ada di Bengkulu yang dilaksanakan pada malam menjelang Idulfitri.
Baca Selengkapnya