Mengunjungi Sanyodo Shoten, Toko Buku Tertua di Shibuya yang Jadi Penyelamat Warga saat Perang Dunia II
Ini adalah toko buku tertua di Shibuya yang berhasil selamat dari serangan udara di masa Perang Dunia II.
Ini adalah toko buku tertua di Shibuya yang berhasil selamat dari serangan udara di masa Perang Dunia II.
Mengunjungi Sanyodo Shoten, Toko Buku Tertua di Shibuya yang Jadi Penyelamat Warga saat Perang Dunia II
Kalau berjalan-jalan di area Omotesando, Shibuya, Anda bisa mengamati street fashion para pemuda dan pemudi Tokyo yang begitu variatif. Ada yang tampil dengan Harajuku style, gaya Lolita, hingga Gyaru dengan riasannya yang medok.
Toko-toko brand high end seperti YSL, Chanel, dan Dior berderet dari pangkal hingga ujung. Jika sudah mencapai ujung, sempatkan untuk mampir ke Sanyodo Shoten atau Sanyodo Book Store.
Ini adalah toko buku tertua di Shibuya yang berhasil selamat dari serangan udara di masa Perang Dunia II.
-
Dimana letak Shinjuku Gyoen? Shinjuku Gyoen adalah taman seluas 58,3 hektar yang membentang dari Shibuya sampai Shinjuku.
-
Dimana Shinjuku Gyoen berada? Area Shinjuku Gyoen sangat luas, membentang dari wilayah Shinjuku sampai Shibuya.
-
Kenapa Shinjuku Gyoen terkenal? Berkat film-film Makoto Shinkai, tak sedikit turis yang sengaja mencari lokasi-lokasi nyata di filmnya saat berkunjung ke Jepang.
-
Kenapa Shinjuku Gyoen menjadi populer? Keindahan tamannya bahkan sempat menjadi latar film animasi karya Makoto Shinkai, Garden of Words.
-
Dimana Hisahito mengunjungi Museum Peringatan Perdamaian? Dalam perjalanan sekolahnya ke Prefektur Okinawa pada bulan November, sang pangeran mengunjungi Museum Peringatan Perdamaian Prefektur Okinawa dan gua-gua alam yang berfungsi sebagai rumah sakit militer pada akhir Perang Dunia II.
-
Siapa yang membangun Shinjuku Gyoen? Awalnya, taman ini adalah kediaman klan Naitō dari Tsuruga pada zaman Edo (nama Tokyo dahulu).
Toko ini juga sempat menjadi tempat berlindung puluhan warga dari serangan udara yang meluluhlantakkan Shibuya.
Yuk, simak beberapa informasi tentang Sanyodo Shoten atau Sanyodo Book Store!
Toko Buku Vintage di Antara Toko-Toko Brand Fashion Dunia
Sanyodo Shoten berdiri sejak 1891.
Toko ini sudah beroperasi selama 130 tahun dan masih bertahan hingga sekarang.
Toko buku tertua di Shibuya ini tampil mencolok di antara toko-toko brand fashion yang bernuansa modern.
Bangunan toko terletak di dekat Stasiun Subway Omotesando, berdiri persimpangan Omotesando yang ditandai lentera batu kuno.
Tampak luarnya khas, karena berdinding bata merah dan terlihat kontras dengan gedung-gedung modern di sekelilingnya.
Toko Buku di Lantai Pertama, Galeri dan Kafe dengan View Omotesando di Lantai Dua
Bangunan Sanyodo Shoten atau Sanyodo Book Store memang tak lagi sebesar dulu, karena tergeser dan tergusur pembangunan infrastruktur kota.
Luas bangunannya saat ini tinggal seperempat bangunan aslinya. Walaupun begitu, toko ini masih mempertahankan desain lawasnya. Tembok bata merah yang tak terpoles masih menghiasi dindingnya.
Kalau dulu bagian samping gedung dihiasi mural seperti di buku cergam anak-anak, kini dinding tersebut sudah menjadi papan iklan untuk gerai brand Loewe di sebelahnya.
Bangunan toko terdiri dari dua lantai. Lantai pertama difungsikan sebagai toko buku.
Suasananya nyaman dan tenang.
Buku-buku tertata rapi, meskipun koleksinya tak sebanyak toko buku besar seperti Kinokuniya.
Bagian atas Sanyodo Book Store Omotesando difungsikan sebagai galeri dan kafe.
Pengunjung bisa menikmati secangkir kopi sambil mengamati hiruk-pikuk Omotesando dari jendela.
Pernah Menyelamatkan Puluhan Warga dari Serangan Udara saat Perang Dunia II
Sanyodo Book Store Omotesando didirikan oleh Manno Sonjiro pada 1891.
Setelah menjual surat kabar selama bertahun-tahun, ia memutuskan untuk membuka toko buku.
Saat Sanyodo Shoten didirikan, kawasan tersebut bahkan belum dinamai Omotesando. Meiji-jingu yang jadi salah satu kuil paling ramai wisatawan di kawasan tersebut juga belum berdiri.
Pada 1931, bangunan toko Sanyodo Shoten digeser untuk memberi ruang buat pelebaran jalan Miyuki-dori.
Bangunannya ikut direnovasi, ditambahkan kerangka baja sebagai penguat.
Struktur bangunan toko yang baru terbukti kuat.
Sanyodo Shoten masih berdiri tegak saat serangan udara meratakan kawasan Aoyama dan Omotesando pada masa Perang Dunia II.
Saat Shibuya digempur dari udara, warga berlarian menyelamatkan diri.
Beberapa di antaranya memutuskan untuk bersembunyi di dalam toko buku.
Tak butuh waktu lama, mereka mulai kehabisan napas. Pasalnya, area sekitar toko sudah menjadi lautan api.
Warga mengoper teko berisi air dan minum secara bergantian sepanjang malam agar tak kehabisan napas.
Keesokan harinya setelah api mulai padam, mereka baru berani keluar dari toko.
Saat itu, lentera batu di dekat toko sudah dipenuhi jenazah yang hangus.
Kini, Sanyodo Shoten memang sudah mati-matian bertahan di tengah kompetisi dengan toko buku modern dan lapak buku online.
Walaupun begitu, perannya sebagai saksi bisu Perang Dunia II membuat warga setempat masih menginginkan keberadaan toko ini.