Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Langkah Menyadarkan Terhadap Phobia PKI

Langkah Menyadarkan Terhadap Phobia PKI Kilas balik tragedi PKI di Magetan. ©2021 Merdeka.com/Imam Mubarok

Merdeka.com - Sejarah kelam bangsa Indonesia tidak lepas dari peristiwa pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di tahun 1948. Tidak hanya di Madiun, tragedi tersebut juga menjalar ke Kabupaten Magetan. Kemudian berlanjut dengan peristiwa G30S di tahun 1965. meski sudah lama berlalu, nyatanya kejadian tersebut masih membekas dan membuat traumatik hingga saat ini.

Choirul Anam atau akrab disapa Gus Aan, menilai adanya fenomena masyarakat saat ini mewaspadai bangkitnya komunis lantaran sikap phobia karena peristiwa kelam yang pernah terjadi.

Gus Aan adalah salah satu pengasuh Ponpes Cokro Kertopati Takeran Magetan yang juga menantu KH Zuhdi Tafsir. Gus Aan keturunan dari kiai Ponpes Tegalrejo Magetan, yang merupakan cikal bakal Ponpes Takeran Magetan.

"Kita memiliki rumah besar namannya NKRI pasca peristiwa 1948 peristiwa 1965. Semua orang mewaspadai bangkitnya komunis. Karena kita phobia atau latah dengan komunis. Karena phobia, maka orang menjadikan Pancasila sebagai ideologi. Mulai kapan pancasila menjadi ideologi? itu pandangan saya sebagai anak bangsa. Dan sejak peristiwa itu kita hingga saat ini hanya menjadi garda terdepan untuk melawan bangkitnya komunis," kata Gus Aan kepada merdeka.com.

Ditambahkan, selain PKI bangsa Indonesia juga pernah kecolongan peristiwa DI/TII. "Jadi kita ndak pernah tahu siapa sebenarnya yang akan merongrong NKRI ini. Kita persilakan masuk, mereka yang kita anggap teman, ternyata lawan. Yang kita kita bombardir tidak bisa masuk, ternyata malah membela NKRI," bebernya.

Kondisi seperti ini menurutnya membuat beberapa orang menjadi apatis. Gus Aan bercerita, setiap tahun didatangi orang untuk membuat buku.

"Bikin makalah ya ujung-ujungnya cari uang. Karena momentum 1948 dan 1965 kan traumatik yang berkepanjangan. Dan beliaunya Gus Dur ingin menyudahi itu, cuman kiai-kiai sepuh kita punya trauma yang luar biasa. Kembali lagi karena kita latah, phobia terlalu berlebih, fokus ke PKI, mereka tidak lagi fokus kepada HTI, atau paham-paham yang lain yang sebenarnya pengen mengganti pancasila," terang Gus Aan.

Bahkan menurutnya, ada di antara masyarakat yang tidak bisa membedakan komunis saat ini. Bahkan orang-orang yang dicurigai sebagai komunis justru malah berteriak-teriak tentang Pancasila.

"Orang-orang yang kita khawatirkan merongrong NKRI justru saat ini berteriak tentang Pancasila hari ini. Sedangkan orang-orang yang sok islami, sok nasionalis malah ingin menjungkalkan NKRI ini. Dan saat ini kita semakin ambigu membedakan itu. Jalan satu-satunya saya selalu bicara tinggalannya Diponegoro masih ada yakni Sawo, ya sudah Sawu sufufakum (rapatkan barisan). Rapatnya barisan di mana? ya di pesantren," tandasnya.

Gus Aan mencontohkan anak-anaknya tokoh PKI dan Pahlawan Revolusi saat ini bersatu membentuk yayasan.

"Mereka yang di atas saja bisa rekonsiliasi, sementara kita yang di bawah phobia atau traumatiknya masih tinggi. Enggak akan mungkin selama TAP MPRS ini enggak dicabut, tidak akan mungkin PKI secara partai dan palu arit secara logo akan bangkit di Indonesia. Kecuali ideologinya, siapa yang bisa melarang orang berideologi, wong orang bermimpi saja ideologi kok. Persoalannya sekarang ketika PKI tidak direkonsiliasi atas nama negara maka akan seperti ini terus," ungkapnya.

Gus Aan mencontohkan, ketika ada orang nyalon bupati atau presiden, kemudian muncul kampanye hitam yang menyebutkan calon A atau B anaknya PKI. "Jika seperti itu terus maka kita tidak akan pernah dewasa. Afrika saja Apartheid sudah hilang, kita masih belum bisa hilang dengan politik ini. Jokowi berapa tahun dia di-bully bahwa dia keturunan PKI. Pakde Karwo juga baru selesai, semua lawan-lawan politik akan membenturkan itu," tambahnya.

Langkah penyadaran phobia terhadap PKI saat ini sedang dilakukan Gus Aan sebagai penerus Ponpes Takeran. Salah satunya harus berpandangan secara universal dan tidak parsial.

"Saya tegaskan kepada para santri, kalau saat ini fokus hanya kepada PKI, jangan salah jika Freeport akan habis ditambang, demikian juga di Bojonegoro, Tuban habis loh minyaknya. Sekarang yang lagi viral yang diungkapkan Krisdayanti, gaji DPR kayak gitu. Sekarang pertanyaannya yang mau membunuh negara ini PKI atau orang-orang dalam sendiri," terang Gus Aan.

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Foto Langka Suasana Mencekam Jakarta Usai Penculikan para Jenderal di Tragedi G30S, TNI dengan Tank Kuasai Ibu Kota & Buru PKI
Foto Langka Suasana Mencekam Jakarta Usai Penculikan para Jenderal di Tragedi G30S, TNI dengan Tank Kuasai Ibu Kota & Buru PKI

Simak foto langka suasana di Jakarta usai tragedi G30S. Banyak tank berkeliaran memburu anggota PKI.

Baca Selengkapnya
Tokoh PKI Tak Mempan Ditembak, ini Yang Dilakukan TNI
Tokoh PKI Tak Mempan Ditembak, ini Yang Dilakukan TNI

TNI versus Tokoh PKI Kebal Peluru, apa yang dilakukan untuk melawan PKI?

Baca Selengkapnya
Bikin Merinding, Ini Gorong-gorong Saksi Bisu Kekejaman PKI yang Bantai Bupati Blora Mr Iskandar
Bikin Merinding, Ini Gorong-gorong Saksi Bisu Kekejaman PKI yang Bantai Bupati Blora Mr Iskandar

Ini menjadi tempat pembantaian yang membuat bupati Blora pertama sebagai korban.

Baca Selengkapnya
Pemberontakan Silungkang, Bentuk Protes Eksploitasi Kolonial di Kalangan Warga Sumatra Barat
Pemberontakan Silungkang, Bentuk Protes Eksploitasi Kolonial di Kalangan Warga Sumatra Barat

Perlawanan yang dilakukan kaum PKI terhadap pemerintah Hindia Belanda ini pecah di Minangkabau atau tepatnya di daerah Silungkang dekat tambang Sawahlunto.

Baca Selengkapnya
Peristiwa 1 Oktober: Hari Kesaktian Pancasila, Berikut Sejarah dan Para Tokohnya
Peristiwa 1 Oktober: Hari Kesaktian Pancasila, Berikut Sejarah dan Para Tokohnya

Peringatan 1 Oktober Hari Kesaktian Pancasila dimaksudkan untuk mengenang kembali sejarah dalam mempertahankan ideologi bangsa.

Baca Selengkapnya
Monumen Ini Jadi Saksi Bisu Kejamnya Pembantaian PKI di Wonogiri, Begini Kisah di Baliknya
Monumen Ini Jadi Saksi Bisu Kejamnya Pembantaian PKI di Wonogiri, Begini Kisah di Baliknya

Tercatat dalam peristiwa itu, sebanyak kurang lebih 65 orang terbunuh.

Baca Selengkapnya
Gagah Berseragam Didampingi Istri, Intip Potret Lawas Jenderal Besar TNI, Sosoknya Selalu Dikenang
Gagah Berseragam Didampingi Istri, Intip Potret Lawas Jenderal Besar TNI, Sosoknya Selalu Dikenang

Potret lawas mendiang Jenderal Besar AH Nasution saat masih berseragam militer bersama istrinya.

Baca Selengkapnya
FOTO: Memperingati Hari Kesaktian Pancasila di Museum Pancasila Sakti
FOTO: Memperingati Hari Kesaktian Pancasila di Museum Pancasila Sakti

Museum Pancasila Sakti menjadi saksi bisu dari G30S/PKI.

Baca Selengkapnya
Revolusi Sosial Sumatra Timur, Peristiwa Kelam Maret 1946 yang Berujung Pembantaian
Revolusi Sosial Sumatra Timur, Peristiwa Kelam Maret 1946 yang Berujung Pembantaian

Revolusi Sosial Sumatra Timur kisah kelam pembantaian kesultanan Melayu.

Baca Selengkapnya
Jenderal AH Nasution Menangis saat Pemakaman Kapten Pierre Tendean, Sang Ibu Peluk Erat Peti Jenazah
Jenderal AH Nasution Menangis saat Pemakaman Kapten Pierre Tendean, Sang Ibu Peluk Erat Peti Jenazah

Tangis kesedihan pecah saat pemakaman Kapten Pierre Tendean korban peristiwa G30S PKI.

Baca Selengkapnya
Bak Masih Hidup, Video Pimpinan PKI DN Aidit Bicara Menjelaskan Perjalanan Hidupnya Direkayasa AI
Bak Masih Hidup, Video Pimpinan PKI DN Aidit Bicara Menjelaskan Perjalanan Hidupnya Direkayasa AI

D.N.Aidit merupakan salah satu tokoh komunisme di Indonesia. Tak banyak orang yang tahu perihal kehidupannya.

Baca Selengkapnya
Tak Mengerti Politik, Satu Desa Nyaris 100% Pilih PKI, ini Penyebabnya
Tak Mengerti Politik, Satu Desa Nyaris 100% Pilih PKI, ini Penyebabnya

Hampir seluruh penduduk desa memilih PKI dalam Pemilu 1955. Padahal tak pernah ada kampanye di desa terpencil itu.

Baca Selengkapnya