Mohamad Ali, Mantan Tukang Cendol Difabel Penakluk Tentara Gurkha
Merdeka.com - Mohamad Ali dikenal sebagai pejuang tangguh yang sangat ditakuti militer Belanda di Cianjur. Berbagai cara dilakukan untuk menghabisinya hingga akhirnya dia tertangkap dan ditembak mati.
Oleh: Hendi Jo
Jembatan itu terpuruk dimakan zaman. Selain sisinya yang sudah tak bertangan lagi, badan jalannya pun banyak berlubang dan ditumbuhi rerumputan liar. Sementara itu jauh di bawahnya, Sungai Cisokan menganga lebar dengan aliran airnya yang berwarna kecokelatan.
-
Apa itu polio? Polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus polio dan bisa menyebabkan kelumpuhan permanen pada anak-anak.
-
Kapan Ali lahir? Ali lahir di Ka'bah pada hari Jumat tanggal 13 Rajab tahun 21 sebelum hijrah atau sekitar tahun 599 Masehi.
-
Siapa yang mengajari Raja Ali Haji di masa kecilnya? Masa kecil RAH begitu dekat dengan sang ayah, ia yang mengajarkan pendidikan dasar. Lebih dari itu, RAH juga mendapatkan pelajaran dari lingkungan Istana Kesultanan Riau-Lingga di Pulau Penyengat.
-
Siapa yang berisiko terkena polio? Polio umumnya menyerang anak usia di bawah 5 tahun (balita), terutama yang belum menjalani imunisasi polio. Namun, orang dewasa dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti mereka yang positif HIV, juga rentan terhadap virus ini. Selain itu, orang yang tinggal di daerah dengan sanitasi buruk atau akses air bersih yang terbatas, wanita hamil, dan mereka yang belum divaksinasi memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi virus polio.
-
Apa saja gejala polio? Gejala penyakit polio dapat bervariasi dari ringan hingga parah dan terbagi menjadi dua jenis utama: polio nonparalisis dan polio paralisis. Gejala polio nonparalisis meliputi: Demam: Suhu tubuh meningkat.Sakit kepala: Rasa nyeri di area kepala.Radang tenggorokan: Kemerahan dan nyeri pada tenggorokan.Muntah: Refleks muntah yang sering terjadi.Otot terasa lemah: Kelemahan pada otot tanpa kelumpuhan.Kaku di bagian leher dan punggung: Kesulitan menggerakkan leher dan punggung karena kekakuan.Nyeri dan mati rasa di bagian lengan atau tungkai: Sensasi tidak nyaman pada lengan atau kaki.
-
Siapa yang rentan terkena polio? Polio memang dapat menyerang siapa saja, tetapi umumnya virus polio menyerang anak usia di bawah 5 tahun (balita), terutama yang belum menjalani imunisasi polio.
Di situlah, puluhan tahun lalu banyak para pejuang republik yang menemui ajalnya di tangan para serdadu Belanda.
"Salah satunya adalah Mohamad Ali, salah seorang komandan laskar Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI) di Cianjur," ungkap Raden Makmur, kelahiran 1931.
BBRI adalah organ perjuangan nasional yang didirikan oleh Dokter Muwardi di Jakarta pada 1946 dan berpindah ke Surakarta usai Jakarta diduduki Belanda. Organ kaum nasionalis yang awalnya menginduk kepada Partai Nasional Indonesia (PNI) itu, lantas membentuk banyak cabang termasuk di Cianjur.
Awalnya tukang Cendol
Karena kharisma-nya, Mohamad Ali lantas diangkat sebagai pimpinan BBRI Cianjur. Pemuda kelahiran Kampung Sukasari (Ciranjang) sebelum perang itu seorang pedagang es cendol.
Banyak sesepuh Cianjur mengenang Ali sebagai lelaki bertubuh kecil dan berjalan pincang karena penyakit polio sejak kecil. Namun jangan ragukan keberanian Ali.
"Dia itu diibaratkan sebagai bantengnya kaum republik di Cianjur saat itu," kenang Raden Makmur yang juga eks anggota BBRI Cianjur.
Menurut Makmur, komandannya tersebut memang memiliki watak seorang pemimpin yang istimewa karena sangat berwibawa. Ali dikenal kerap menjalankan terlebih dahulu apa yang dia perintahkan. Misalnya saat dalam pertempuran: dia bilang maju, maka dia akan maju duluan ke depan.
Pada awal 1946, ketika Ali menduduki posisi sebagai Komandan Kompi II Batalyon ke-3 Resimen ke-3 Divisi III BBRI, dia kerap memimpin anak buahnya mencegat konvoi-konvoi tentara Sekutu (Inggris) di sepanjang Jalan Raya Bandung.
Menghancurkan Pasukan Gurkha
Salah satu prestasi Kompi II adalah ketika berhasil menghancurkan satu unit pasukan Inggris dari Gurkha Rifles di Ciranjang.
"Dalam pertempuran itu, kami berhasil menawan lima tentara Gurkha," kenang Raden Makmur.
Usai Inggris hengkang, pada 1947 BBRI dilebur ke dalam TNI. Ali sendiri kemudian dipindahkan ke pasukan Divisi Siliwangi yang berpangkalan di Sukanagara. Dia tetap memimpin pasukannya melawan tentara Belanda di wilayah pegunungan selatan Cianjur.
"Dia diberi pangkat sebagai letnan muda,” tulis sebuah dokumen berjudul Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Rakyat di Ciranjang yang disusun oleh Nasilan dan kawan-kawan.
Tertangkap Belanda dan Dieksekusi Mati
Pasca agresi militer Belanda ke-1, pada akhir 1947, Ali mendapat tugas untuk mengunjungi simpul-simpul Siliwangi di Bandung yang sempat tercerai-berai. Saat di kota pendudukan Belanda itulah, gerak-geriknya tercium oleh agen intelijen Belanda bernama Salim.
"Dia berhasil diciduk di Kampung Sayati, dekat Cigereleng, Bandung," ungkap Nasilan.
Mohamad Ali kemudian dibawa ke Selakopi, Cianjur. Di markas NEFIS (Badan Pelayanan Intelijen Belanda) itu dia mendapat perlakuan kasar. Dia dipukuli dan disetrum oleh tiga interogator NEFIS Cianjur yang dikenal kejam yakni Barjah, Ali dan Djadjuli.
Suatu malam pada Februari 1948, Ali tiba-tiba dibawa dari tahanan dan diangkut dengan sebuah truk militer yang kemudian bergerak ke arah timur. Begitu sampai di Jembatan Cisokan, mobil pun behenti. Tanpa banyak cakap, dia diseret oleh dua serdadu Belanda dan langsung dieksekusi dengan beberapa tembakan.
"Mayatnya dibuang ke Kali Cisokan dan tak pernah ditemukan hingga kini," ujar Nasilan.
Kematian Ali diketahui oleh seorang pejuang bernama Tatang Iskandar beberapa minggu kemudian. Begitu mendapat informasi itu, dia lantas memberitahu Nyi Canah, istri Ali sekaligus keponakan Tatang sendiri.
Nyi Canah menerima kabar itu dengan tegar. Dia hanya bisa mengeluarkan air mata sambil mengelus rambut Ciah dan Engkus (dua anaknya dari Ali) dengan penuh kasih sayang.
"Ya begitulah resiko yang harus diterima seorang istri pejuang," ujar Raden Makmur.
Untuk mengenang kepahlawanan Mohamad Ali, pemerintah Kabupaten Cianjur pada 1960an, lantas menabalkan namanya untuk dua ruas jalan. Satu di pusat kota, satu lagi di Kecamatan Ciranjang yang merupakan kampung halaman Mohamad Ali. (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di tengah keterbatasan, sosok Sukarno begitu menginspirasi di Pekan Paralimpiade Nasional (PEPARNAS) XVII Solo 2024.
Baca SelengkapnyaPotret perjuangan seorang polisi disabilitas saat akan ikuti ujian perwira.
Baca SelengkapnyaPotret sosok yang kecilnya makan ubi dan jagung namun bisa menjadi seorang Jenderal TNI.
Baca SelengkapnyaKepala Staf Kepresidenan, Moeldoko menceritakan cerita masa kecilnya yang tak mampu beli beras hingga harus ke sawah setiap pagi.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang prajurit TNI yang kini sukses padahal dulu adalah anak sekolah yang sering bolos.
Baca SelengkapnyaAnak bungsu dari 9 bersaudara ini bercita-cita jadi TNI sejak kelas 3 SD.
Baca SelengkapnyaKeluarga merasa bahagia karena Joni akan menjalani sejumlah terapi agar bisa lulus dalam seleksi calon anggota TNI AD.
Baca SelengkapnyaSimak kisah seorang kolonel TNI yang berhasil jadi perwira meski sang ayah hanya berpangkat kopral.
Baca SelengkapnyaTak kenal menyerah, sosok anggota TNI ini mengaku sempat gagal 10 kali sebelum akhirnya menjadi abdi negara.
Baca SelengkapnyaSeleksi prajurit digelar di bawah seleksi Kodam IX/Udayana.
Baca SelengkapnyaSering mendapat cemoohan, penjual ikan cupang ini akhirnya berhasil menjadi anggota polisi.
Baca SelengkapnyaUnggahan terbaru Kopral Bagyo sampaikan nasihat untuk para prajurit muda TNI.
Baca Selengkapnya