Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Perang Tak Seimbang di Sanga-Sanga Kalimantan: Tentara Belanda vs Pejuang Indonesia

Perang Tak Seimbang di Sanga-Sanga Kalimantan: Tentara Belanda vs Pejuang Indonesia Monumen Perjuangan Merah Putih di Sanga-Sanga. ©2022 Merdeka.com

Merdeka.com - Perjuangan revolusi melawan tentara NICA yang juga diboncengi oleh Belanda, dapat dikatakan terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Tanpa terkecuali di wilayah Kalimantan.

Di wilayah ini terdapat beberapa gerakan seperti BPPD, BPRI, dan kelompok R.Budiono. Tepat pada Januari 1946, para pemuda Sanga-Sanga di Kalimantan Timur mendirikan organisasi perjuangan yang disebut Badan Penolong Perantauan Djawa (BPPD).

Badan ini pada mulanya dimaksudkan secara sosial, tetapi memiliki tujuan utama menentang penjajahan. Selain itu, terdapat pula organisasi Pemberontak Rakyat Indonesia (PRI) yang pada perjalanannya berubah menjadi BPRI dengan perjuangan yang berfokus pada bidang militer.

Organisasi ini dipimpin oleh Sukasno yang juga didampingi oleh Susilo serta Ahmadun. Di sisi lain, terdapat badan yang berisi anggota KNIL, Badan ini dipimpin oleh R.Budiono.

Menurut catatan A.H. Nasution dalam buku Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid III, gerakan-gerakan ini bergerak secara ilegal.

Serangan Terhadap NICA

Pada tanggal 15 Januari 1947, para pemuda yang dipimpin oleh R.Budiono memulai aksi rencana penyerangan terhadap tangsi tentara NICA. Serangan itu ditetapkan tanggal 16 menjelang tanggal 17 Januari 1947. Akan tetapi, rencana tersebut telah diketahui lebih dahulu oleh pihak Belanda.

Maka dari itu, pimpinan rencana tersebut diundur. Penundaaan tersebut membuat pihak Belanda lebih hati-hati. Pada tanggal 24 menjelang 25 Januari 1947 polisi Belanda menggerebeg markas pertahanan pemuda di Jembatan Tujuh.

Beberapa dokumen yang memuat sebagian rencana penyerangan juga daftar organisasi, jatuh ke tangan Belanda. Alhasil, Belanda melakukan pembersihan kota Sanga-Sanga. Beberapa tokoh pemuda tertangkap.

Kendati demikian, Herman Ruturambi tetap mampu menggerakkan para pemuda yang ada di Sanga-Sanga untuk memberontak terhadap NICA pada 26 Januari 1947. Pada dini hari tanggal 27 Januari tangsi dari Belanda diserbu dan berhasil dikuasai. Tentara Belanda dan KNIL yang tidak pro-revolusi ditawan dan kota Sanga-sanga pun berhasil dikuasai para pejuang.

Namun, keberhasilan itu tidak berumur panjang. Seperti yang diungkapkan dalam buku Sejarah TNI Jilid I, baru tiga jam kota Sanga-sanga memperoleh kemerdekaan, pasukan Belanda dengan Kapal Zaza datang dan menduduki kota tersebut.

Pertempuran pun terjadi di muara sungai Sanga-sanga. Selang satu jam, Belanda berhasil dipukul mundur. Keesokan harinya, 28 Januari 1947, Belanda dengan kekuatan gabungan kembali menyerang. Pertempuran terjadi hingga matahari terbenam. Para pejuang terpaksa mengungsi ke Luis dan Tanjung Priok.

Serangan Balasan Para Pejuang

Para pejuang pun merencanakan serangan balasan yang akan dilakukan pada 29 Januari 1947. Tanpa disangka-sangka, Belanda mendatangkan bantuan yang lebih besar. Ada empat kapal dari Samarinda dan Balikpapan.

Kapal itu adalah fregat Zeerend yang berlabuh di Sanga-sanga dan mengadakan serangan tembak ke daratan. Lalu, kapal pemburu Semeru dan dua buah landing craft bekas Jepang juga mendaratkan pasukan di muara Sanga-sanga. Setelah mendarat mereka segera melepaskan tembakan ke kiri dan kanan sungai.

Kondisi antara Belanda dan pihak pejuang tidak seimbang. Namun, para pejuang tetap tidak meninggalkan medan perang. Pertempuran berlangsung selama 8 jam. Dalam pertempuran itu, Belanda disokong oleh 350 orang dengan senjata tercanggih, sedangkan pihak pejuang RI hanya berjumlah 200 orang dengan senjata yang kurang memadai.

Selain itu, pasukan Belanda juga memiliki pengalaman bertempur selama Perang Dunia II, sementara para pejuang baru saja berkenalan dengan senjata.

Pertempuran berakhir dengan hasil direbutnya kembali kota Sanga-sanga oleh NICA. Para pejuang yang masih ada berusaha bertahan di hutan. Di samping itu, terdapat pejuang yang gugur seperti R. Budiono.

Sebagian pejuang, seperti Herman Ruturambi dan Sukasno berusaha menuju Banjarmasin. Akan tetapi, mereka berhasil ditangkap Belanda di Muara Teweh. Mereka dibebaskan pada 24 November 1949.

Reporter Magang: Muhammad Rigan Agus Setiawan (mdk/noe)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Penuh Perjuangan, Begini Penampakan Para Pejuang Tanah Air yang Tertangkap Belanda pada Masa Revolusi
Penuh Perjuangan, Begini Penampakan Para Pejuang Tanah Air yang Tertangkap Belanda pada Masa Revolusi

Sebuah video memperlihatkan para pejuang tanah air pada masa revolusi yang tertangkap oleh tentara Belanda.

Baca Selengkapnya
Hulptroepen, Pasukan Pribumi yang Malah Bantu Belanda Memenangkan Perang Jawa
Hulptroepen, Pasukan Pribumi yang Malah Bantu Belanda Memenangkan Perang Jawa

Banyaknya anggota hulptroepen dari Minahasa tidak terlepas dari peran komandannya, yakni Dotulong.

Baca Selengkapnya
Jejak Peninggalan Pertempuran Tengaran di Semarang, Melihat Tempat Ibadah Para Pejuang hingga Markas Belanda
Jejak Peninggalan Pertempuran Tengaran di Semarang, Melihat Tempat Ibadah Para Pejuang hingga Markas Belanda

Pertempuran Tengaran terjadi pada masa Agresi Militer II, tepatnya sekitar tanggal 25 Mei 1947

Baca Selengkapnya
Kisah Umat Islam Tanah Air di Balik Agresi Militer Belanda I, Perang saat Puasa sambil Dihujani Timah Panas dan Bom
Kisah Umat Islam Tanah Air di Balik Agresi Militer Belanda I, Perang saat Puasa sambil Dihujani Timah Panas dan Bom

Pada 1947, umat islam Tanah Air berperang melawan Belanda pada hari ketiga puasa.

Baca Selengkapnya
15 Januari 1949: Mengenang Peristiwa Situjuah Berdarah, Tewaskan Banyak Pejuang PDRI
15 Januari 1949: Mengenang Peristiwa Situjuah Berdarah, Tewaskan Banyak Pejuang PDRI

74 tahun berlalu, ini kisah Peristiwa Situjuah yang renggut banyak pejuang Pemerintah Darurat RI.

Baca Selengkapnya
Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, Ini Sejarah dan Para Tokoh Penggagasnya
Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, Ini Sejarah dan Para Tokoh Penggagasnya

Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah sebuah upaya besar dalam perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.

Baca Selengkapnya
Kolonel & Jenderal Tak Berani, Kapten Baret Merah Terjun Pimpin Operasi Tempur di Papua
Kolonel & Jenderal Tak Berani, Kapten Baret Merah Terjun Pimpin Operasi Tempur di Papua

Jenderal, Kolonel, Letnan kolonel tak ada yang berani mengacungkan tangan. Pilihan jatuh pada seorang kapten baret merah.

Baca Selengkapnya
Sejarah Medan Area, Pertempuran Pemuda Indonesia Melawan Sekutu Pasca Kemerdekaan
Sejarah Medan Area, Pertempuran Pemuda Indonesia Melawan Sekutu Pasca Kemerdekaan

Konflik bermula ketika seorang penghuni hotel merampas dan menginjak-injak lencana merah putih yang dipakai oleh pemuda Indonesia.

Baca Selengkapnya
Horor di Rawagede, Ratusan Warga Tewas Dibantai Pasukan Elite Belanda
Horor di Rawagede, Ratusan Warga Tewas Dibantai Pasukan Elite Belanda

Pasukan elite baret hijau Belanda membantai ratusan warga Rawagede, Karawang. Ini pengakuan saksi tentang kejadian mengerikan itu.

Baca Selengkapnya
Penuh Rintangan Berat, Begini Detik-Detik Penyerbuan Tentara Belanda dari Salatiga ke Yogyakarta pada Agresi Militer II
Penuh Rintangan Berat, Begini Detik-Detik Penyerbuan Tentara Belanda dari Salatiga ke Yogyakarta pada Agresi Militer II

Masyarakat setempat bersikap wajar dalam bereaksi terkait adanya konvoi itu.

Baca Selengkapnya
Mengenang Peristiwa Serangan Umum Surakarta, Bersatunya Rakyat dalam Pertempuran 4 Hari
Mengenang Peristiwa Serangan Umum Surakarta, Bersatunya Rakyat dalam Pertempuran 4 Hari

Serangan yang berlangsung selama 4 hari berturut-turut di Solo ini berhasil menyatukan seluruh elemen masyarakat melawan gempuran pasukan penjajah.

Baca Selengkapnya
Peristiwa Pertempuran di Tebing Tinggi, Perjuangan Berdarah Pemuda Indonesia Melawan Penjajah
Peristiwa Pertempuran di Tebing Tinggi, Perjuangan Berdarah Pemuda Indonesia Melawan Penjajah

Peristiwa berdarah di Tebing Tinggi, merupakan perjuangan para pemuda melawan penjajah pasca kemerdekaan Indonesia.

Baca Selengkapnya