Jadi Cerita Turun-Temurun, Warga Desa di Garut Ini Dilarang Pelihara Burung Beo
Merdeka.com - Kampung Cilayung di Desa Karyamukti, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, Jawa Barat memiliki kisah masa lalu yang masih dipercaya secara turun temurun. Di sana terdapat urban legend tentang warga setempat yang tak boleh memelihara burung beo. Dipercaya, ini terkait pesan leluhur atas peristiwa memilukan yang pernah terjadi di masa lampau.
Dalam kanal YouTube Petualangan Alam Desaku yang dikutip Merdeka, Rabu (3/5), kisah tersebut disampaikan oleh warga setempat. Menurut kisahnya, di zaman dahulu terdapat keluarga dari sebuah kerajaan yang pernah berdiri di sana. Mereka sempat diterpa isu fitnah yang salah satunya melibatkan burung beo.
Sejak urban legend itu terkenal, masyarakat setempat memercayai jika memelihara burung tersebut akan membuat sebuah peristiwa yang tidak mengenakkan.
-
Apa mitos burung perkutut di Sumut? Burung perkutut adalah salah satu jenis burung yang memiliki makna dan mitos yang kaya dalam budaya Jawa dan beberapa budaya lain di Asia Tenggara. Dalam tradisi Jawa, burung perkutut diyakini memiliki kekuatan mistis dan sering dianggap sebagai pembawa pesan dari alam gaib.
-
Di mana mitos burung perkutut populer? Burung perkutut adalah salah satu jenis burung yang memiliki makna dan mitos yang kaya dalam budaya Jawa dan beberapa budaya lain di Asia Tenggara.
-
Kenapa Pangeran Diponegoro memelihara perkutut katuranggan? Ada keyakinan dalam masyarakat Jawa bahwa barangsiapa memelihara perkutut katuranggan, maka ia akan mendapatkan rezeki melimpah. Tak heran jika sejak dulu kala banyak bangsawan yang memelihara burung ini.Salah satunya, Pangeran Diponegoro.
-
Siapa yang pertama kali menyebarkan mitos burung kedasih? Tidak diketahui pasti siapa yang pertama kali menyebarkannya sehingga ada pula masyarakat yang tidak memercayainya.
-
Dimana burung prasejarah ini ditemukan? Imparavis attenboroughi ditemukan di wilayah timur laut Tiongkok pada sekitar 120 juta tahun yang lalu atau pada masa Kapur Awal.
-
Siapa yang memberi burung beo Soeharto? Menurut Issantoso, burung tersebut konon merupakan pemberian dari salah satu teman Pak Harto.
“Jadi di kampung ini terdapat kisah dari seorang perempuan bernama Ambu Siti Ningrum yang dulu pernah diselingkuhi, kabar ini didapat dari seekor burung beo,” kata salah satu warga setempat, Rosidah.
Burung Beo Membawa Kabar Fitnah
Suasana Jalan Setapak Menuju Kampung Cilayung di Garut ©2023 YouTube Petualangan Alam Desaku/ Merdeka.com
Ambu Siti Ningrum merupakan istri pertama dari seorang tokoh dari sebuah kerajaan kecil yang pernah berdiri di Kampung Cilayung. Ia mendapatkan fitnah dari istri muda suaminya yang disampaikan melalui burung beo.
Awalnya, istri muda bercerita kepada burung beo jika Ambu Siti Ningrum telah berselingkuh hingga pesan tersebut disampaikan kepada suaminya yang merupakan raja. Mendengar kabar dari burung itu, sang raja yang bernama Eyang Waliyudin Patijayakusumah marah besar kepada istri tuanya tersebut.
Ketika itu, Ambu Siti Ningrum diminta untuk berani mengucapkan sumpah serapah jika dirinya tidak melakukan perselingkuhan itu.
Ada Dugaan Ingin Menguasai Harta
Menurut kepercayaan, muncul dugaan jika istri muda yang melakukan fitnah ingin menguasai harta dari kerajaan tersebut. Ketika itu, sang istri muda terus memojokkan Ambu Siti Ningrum hingga ia merasakan sakit hati yang teramat sangat.
Untuk menghilangkan rasa sakitnya, Ambu Siti Ningrum sempat menenangkan diri ke Gunung Uyung, dan duduk di sebuah tempat yang teduh dan saat matahari terbenam. Di sana, kondisi istri pertama itu makin kacau karena terus menerus difitnah.
Atas kejadian itu, Ambu Siti Ningrum lantas sakit hati dengan fitnah tersebut dan akhirnya berani mengucap sumpah.
“Jadi berkat rasa sakit yang amat mendalam, Ambu Siti Ningrum ini lantas menyendiri ke sebuah tempat bernama Gunung Layung,” kata Rosidah lagi.
Bersumpah Tidak Berselingkuh
Rasa kesalnya makin memuncak lantaran rumah tangganya semakin tidak stabil. Fitnah terus datang, sehingga membuat suaminya tidak percaya lagi. Di akhir kisah, Ambu Siti Ningrum akhirnya tegas bersumpah bahwa ia tidak berselingkuh.
Ia juga meminta disembelih oleh suaminya jika ia benar melakukan tindakan demikian, darah yang keluar itu berwarna merah. Namun jika ia tidak berselingkuh, darah yang akan keluar adalah putih mirip air beras.
Setelahnya ia betul-betul disembelih oleh suaminya, hingga darah yang keluar adalah berwarna putih sehingga membantah tuduhan tersebut.
“Jadi setelah dilakukan oleh suaminya (disembelih) keluarlah darah berwarna putih, yang artinya Ambu Siti Ningrum tidak berselingkuh. Saat ini terdapat petilasannya juga tak jauh dari sini,” kata Rosidah lagi.
Warga Tak Boleh Pelihara Burung Beo
Usai peristiwa itu, para leluhur kemudian tidak mengizinkan keturunannya untuk memelihara burung beo. Ini karena unggas tersebut dianggap membawa petaka bagi rumah tangga raja tersebut.
Dituturkan Rosidah, burung beo menjadi pantangan yang tak boleh dilanggar. Jika terdapat warga setempat yang berani melawan petuah itu, kejadian tak diinginkan bahkan sampai kematian bisa terjadi bagi pemilik.
“Jadi ini seperti pantangan, jika ada warga yang memiliki burung beo umurnya tidak akan panjang,” ungkapnya.
Kemudian, pantangan lainnya adalah bahwa kaum perempuan di sana tidak boleh memiliki rambut yang panjangnya melebihi tubuh. Artinya, ketika rambutnya sudah bisa digulung seperti bola, harus dipotong.
“Jadi kalau rambutnya sudah bisa digulung seperti bola karena panjang sekali itu tidak boleh,” katanya.
Alasan ini dipercaya untuk menghormati mendiang Ambu Siti Ningrum yang dahulu memiliki rambut demikian. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kepercayaan masyarakat itu ke bermula dari cerita seorang wanita nernama Ambarwati yang telah disakiti hatinya oleh pejabat tinggi Belanda di awal abad 19.
Baca SelengkapnyaKampung ini punya mitos yang diduga ditakuti para pejabat. Kabarnya, tak ada pejabat yang berani datang ke kampung ini.
Baca SelengkapnyaMitos larangan menikah tak hanya berlaku pada orang Jawa dan Sunda, ternyata sesama suku Jawa pun ada yang terlarang menikah.
Baca SelengkapnyaMasyarakat adat Baduy sejak dahulu tidak ada yang memelihara kambing.
Baca SelengkapnyaBeberapa cerita rakyat mitos di Indonesia masih dipercaya masyarakat.
Baca SelengkapnyaKonon perkutut jenis ini punya berbagai keistimewaan
Baca SelengkapnyaSalah seorang pencari rumput mengaku pernah melihat sosok kera putih yang besarnya seukuran kambing dewasa.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan goa di Kabupaten Tuban yang dahulu pernah dipakai persembunyian di zaman Belanda, kini penuh dengan kelelawar.
Baca SelengkapnyaDesa Bedulu di Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar diduga kuat merupakan salah satu desa yang menjadi pusat peradaban Bali pada masa silam.
Baca SelengkapnyaLambat laun fungsi Babancong kemudian bergeser menjadi podium untuk berpidato dan memberi pengumuman dari bupati maupun anggota kawedanan kabupaten.
Baca SelengkapnyaSekilas bentuk batu mirip atap tenda hajatan yang memanjang. Kabarnya, bentuk ini dikaitkan dengan kejadian pemilik pesta pernikahan yang mendapat kutukan.
Baca SelengkapnyaKawasan konservasi itu memiliki wilayah geografis perbukitan. Di dalamnya terdapat banyak keragaman flora dan fauna.
Baca Selengkapnya