Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Jadi Cerita Turun-Temurun, Warga Desa di Garut Ini Dilarang Pelihara Burung Beo

Jadi Cerita Turun-Temurun, Warga Desa di Garut Ini Dilarang Pelihara Burung Beo Suasana Kampung Cilayung di Garut. ©2023 YouTube Petualangan Alam Desaku/ Merdeka.com

Merdeka.com - Kampung Cilayung di Desa Karyamukti, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, Jawa Barat memiliki kisah masa lalu yang masih dipercaya secara turun temurun. Di sana terdapat urban legend tentang warga setempat yang tak boleh memelihara burung beo. Dipercaya, ini terkait pesan leluhur atas peristiwa memilukan yang pernah terjadi di masa lampau.

Dalam kanal YouTube Petualangan Alam Desaku yang dikutip Merdeka, Rabu (3/5), kisah tersebut disampaikan oleh warga setempat. Menurut kisahnya, di zaman dahulu terdapat keluarga dari sebuah kerajaan yang pernah berdiri di sana. Mereka sempat diterpa isu fitnah yang salah satunya melibatkan burung beo.

Sejak urban legend itu terkenal, masyarakat setempat memercayai jika memelihara burung tersebut akan membuat sebuah peristiwa yang tidak mengenakkan.

“Jadi di kampung ini terdapat kisah dari seorang perempuan bernama Ambu Siti Ningrum yang dulu pernah diselingkuhi, kabar ini didapat dari seekor burung beo,” kata salah satu warga setempat, Rosidah.

Burung Beo Membawa Kabar Fitnah

suasana kampung cilayung di garut

Suasana Jalan Setapak Menuju Kampung Cilayung di Garut ©2023 YouTube Petualangan Alam Desaku/ Merdeka.com

Ambu Siti Ningrum merupakan istri pertama dari seorang tokoh dari sebuah kerajaan kecil yang pernah berdiri di Kampung Cilayung. Ia mendapatkan fitnah dari istri muda suaminya yang disampaikan melalui burung beo.

Awalnya, istri muda bercerita kepada burung beo jika Ambu Siti Ningrum telah berselingkuh hingga pesan tersebut disampaikan kepada suaminya yang merupakan raja. Mendengar kabar dari burung itu, sang raja yang bernama Eyang Waliyudin Patijayakusumah marah besar kepada istri tuanya tersebut.

Ketika itu, Ambu Siti Ningrum diminta untuk berani mengucapkan sumpah serapah jika dirinya tidak melakukan perselingkuhan itu.

Ada Dugaan Ingin Menguasai Harta

Menurut kepercayaan, muncul dugaan jika istri muda yang melakukan fitnah ingin menguasai harta dari kerajaan tersebut. Ketika itu, sang istri muda terus memojokkan Ambu Siti Ningrum hingga ia merasakan sakit hati yang teramat sangat.

Untuk menghilangkan rasa sakitnya, Ambu Siti Ningrum sempat menenangkan diri ke Gunung Uyung, dan duduk di sebuah tempat yang teduh dan saat matahari terbenam. Di sana, kondisi istri pertama itu makin kacau karena terus menerus difitnah.

Atas kejadian itu, Ambu Siti Ningrum lantas sakit hati dengan fitnah tersebut dan akhirnya berani mengucap sumpah.

“Jadi berkat rasa sakit yang amat mendalam, Ambu Siti Ningrum ini lantas menyendiri ke sebuah tempat bernama Gunung Layung,” kata Rosidah lagi.

Bersumpah Tidak Berselingkuh

Rasa kesalnya makin memuncak lantaran rumah tangganya semakin tidak stabil. Fitnah terus datang, sehingga membuat suaminya tidak percaya lagi. Di akhir kisah, Ambu Siti Ningrum akhirnya tegas bersumpah bahwa ia tidak berselingkuh.

Ia juga meminta disembelih oleh suaminya jika ia benar melakukan tindakan demikian, darah yang keluar itu berwarna merah. Namun jika ia tidak berselingkuh, darah yang akan keluar adalah putih mirip air beras.

Setelahnya ia betul-betul disembelih oleh suaminya, hingga darah yang keluar adalah berwarna putih sehingga membantah tuduhan tersebut.

“Jadi setelah dilakukan oleh suaminya (disembelih) keluarlah darah berwarna putih, yang artinya Ambu Siti Ningrum tidak berselingkuh. Saat ini terdapat petilasannya juga tak jauh dari sini,” kata Rosidah lagi.

Warga Tak Boleh Pelihara Burung Beo

Usai peristiwa itu, para leluhur kemudian tidak mengizinkan keturunannya untuk memelihara burung beo. Ini karena unggas tersebut dianggap membawa petaka bagi rumah tangga raja tersebut.

Dituturkan Rosidah, burung beo menjadi pantangan yang tak boleh dilanggar. Jika terdapat warga setempat yang berani melawan petuah itu, kejadian tak diinginkan bahkan sampai kematian bisa terjadi bagi pemilik.

“Jadi ini seperti pantangan, jika ada warga yang memiliki burung beo umurnya tidak akan panjang,” ungkapnya.

Kemudian, pantangan lainnya adalah bahwa kaum perempuan di sana tidak boleh memiliki rambut yang panjangnya melebihi tubuh. Artinya, ketika rambutnya sudah bisa digulung seperti bola, harus dipotong.

“Jadi kalau rambutnya sudah bisa digulung seperti bola karena panjang sekali itu tidak boleh,” katanya.

Alasan ini dipercaya untuk menghormati mendiang Ambu Siti Ningrum yang dahulu memiliki rambut demikian. (mdk/nrd)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Dendam Ambarwati, Melarang Pejabat Pemerintah TNI-Polri Masuk Wilayah Tales Kediri
Dendam Ambarwati, Melarang Pejabat Pemerintah TNI-Polri Masuk Wilayah Tales Kediri

Kepercayaan masyarakat itu ke bermula dari cerita seorang wanita nernama Ambarwati yang telah disakiti hatinya oleh pejabat tinggi Belanda di awal abad 19.

Baca Selengkapnya
Kampung di Banjarnegara Ini Konon Ditakuti Pejabat Negara, Begini Faktanya
Kampung di Banjarnegara Ini Konon Ditakuti Pejabat Negara, Begini Faktanya

Kampung ini punya mitos yang diduga ditakuti para pejabat. Kabarnya, tak ada pejabat yang berani datang ke kampung ini.

Baca Selengkapnya
Konon Warga Lamongan Dilarang Menikah dengan Warga Kediri, Ini Kisah di Baliknya
Konon Warga Lamongan Dilarang Menikah dengan Warga Kediri, Ini Kisah di Baliknya

Mitos larangan menikah tak hanya berlaku pada orang Jawa dan Sunda, ternyata sesama suku Jawa pun ada yang terlarang menikah.

Baca Selengkapnya
Tak Ada Kambing Peliharaan di Baduy, Ternyata Ini Alasan di Baliknya
Tak Ada Kambing Peliharaan di Baduy, Ternyata Ini Alasan di Baliknya

Masyarakat adat Baduy sejak dahulu tidak ada yang memelihara kambing.

Baca Selengkapnya
Cerita Rakyat Mitos Populer di Indonesia, Menarik Disimak
Cerita Rakyat Mitos Populer di Indonesia, Menarik Disimak

Beberapa cerita rakyat mitos di Indonesia masih dipercaya masyarakat.

Baca Selengkapnya
Mengenal Perkutut Katuranggan, Hewan Favorit Pangeran Diponegoro
Mengenal Perkutut Katuranggan, Hewan Favorit Pangeran Diponegoro

Konon perkutut jenis ini punya berbagai keistimewaan

Baca Selengkapnya
Hutan Keramat di Semarang Ini Dipercaya Jadi Lokasi Kerajaan Kera, Jarang Dijamah Manusia
Hutan Keramat di Semarang Ini Dipercaya Jadi Lokasi Kerajaan Kera, Jarang Dijamah Manusia

Salah seorang pencari rumput mengaku pernah melihat sosok kera putih yang besarnya seukuran kambing dewasa.

Baca Selengkapnya
Goa Ini Dulunya jadi Tempat Persembunyian Zaman Belanda, Sekarang Penuh Kelelawar dan Ikan yang Tak Boleh Dimakan
Goa Ini Dulunya jadi Tempat Persembunyian Zaman Belanda, Sekarang Penuh Kelelawar dan Ikan yang Tak Boleh Dimakan

Sebuah video memperlihatkan goa di Kabupaten Tuban yang dahulu pernah dipakai persembunyian di zaman Belanda, kini penuh dengan kelelawar.

Baca Selengkapnya
Potret Desa Bedulu Pusat Peradaban Bali Masa Silam, Tempat Tinggal Raja yang Pernah Berkuasa Lebih dari 400 Tahun
Potret Desa Bedulu Pusat Peradaban Bali Masa Silam, Tempat Tinggal Raja yang Pernah Berkuasa Lebih dari 400 Tahun

Desa Bedulu di Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar diduga kuat merupakan salah satu desa yang menjadi pusat peradaban Bali pada masa silam.

Baca Selengkapnya
Kisah Bangunan Babancong, Jadi Podium Bersejarah Khas Garut
Kisah Bangunan Babancong, Jadi Podium Bersejarah Khas Garut

Lambat laun fungsi Babancong kemudian bergeser menjadi podium untuk berpidato dan memberi pengumuman dari bupati maupun anggota kawedanan kabupaten.

Baca Selengkapnya
Kisah di Balik Batu Betarup yang Melegenda di Sambas, Konon Bentuk Kutukan Warga Miskin yang Tak Diundang Pesta
Kisah di Balik Batu Betarup yang Melegenda di Sambas, Konon Bentuk Kutukan Warga Miskin yang Tak Diundang Pesta

Sekilas bentuk batu mirip atap tenda hajatan yang memanjang. Kabarnya, bentuk ini dikaitkan dengan kejadian pemilik pesta pernikahan yang mendapat kutukan.

Baca Selengkapnya
Desa di Kulon Progo Ini Jadi Wilayah Konservasi yang Dikelola secara Mandiri, Dihuni hingga 105 Jenis Burung
Desa di Kulon Progo Ini Jadi Wilayah Konservasi yang Dikelola secara Mandiri, Dihuni hingga 105 Jenis Burung

Kawasan konservasi itu memiliki wilayah geografis perbukitan. Di dalamnya terdapat banyak keragaman flora dan fauna.

Baca Selengkapnya