Jadi Saksi Perkembangan Islam di Priangan Sejak 1881, Intip Uniknya Ponpes Sukamiskin
Merdeka.com - Aktivitas menjemur pakaian hingga alat salat menjadi pemandangan sehari-hari dari Pondok Pesantren Sukamiskin di Jalan Raya Timur (A.H Nasution) No. 128, Kelurahan Sukamiskin Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung, Jawa Barat. Di balik khasnya suasana di sana, lembaga pendidikan itu ternyata jadi yang tertua di tatar priangan karena sudah eksis sejak medio 1881.
Kiprahnya sebagai tempat menimba ilmu agama tidak diragukan lagi. Lokasi ini menjadi salah satu saksi perkembangan Agama Islam di masa penjajahan Belanda.
Seperti tertulis di penelitian yang dimuat oleh UIN Sunan Gunung Jati Bandung, dilansir Minggu (9/4), tempat ini juga menjadi saksi lahirnya tokoh-tokoh progresif Islam Sunda macam KH Abdullah Mubarak yang merupakan pendiri Pondok Pesantren Suryalaya Tasik sampai KH Zaenal Mustofa yang merupakan pahlawan nasional asal Jawa Barat.
-
Apa nama sekolah elit peninggalan Belanda di Bandung? Pada masanya, sekolah itu bernama Hogere Burger School (HBS).
-
Bagaimana Jawa menjadi pusat pendidikan di Indonesia? Pulau Jawa dikenal sebagai pusat pendidikan di Indonesia, dengan sejumlah besar institusi pendidikan tinggi terkemuka yang menarik mahasiswa dari seluruh negeri dan bahkan dari luar negeri.
-
Bagaimana Islam masuk ke Indonesia? Proses perkembangan Islam di Indonesia sendiri tidak dilakukan dengan kekerasan atau kekuatan militer, melainkan secara damai dan melalui berbagai jalur seperti perdagangan, perkawinan, pendirian lembaga pendidikan, dan lain sebagainya.
-
Bagaimana Islam menyebar di Indonesia? Penyebaran Islam di Indonesia pun cukup luas mulai dari Jawa hingga Sumatera, Sulawesi hingga Papua, dan dari pulau-pulau kecil di timur hingga pulau-pulau besar di barat, Islam telah meresap dalam kehidupan dan kebudayaan masyarakat Indonesia dengan cara yang berbeda-beda.
-
Apa teori masuknya Islam di Indonesia? Proses Masuknya Islam ke Indonesia Menurut Teori Gujarat Teori Gujarat merupakan teori tertua yang menjelaskan tentang Islamisasi di Indonesia.
-
Siapa yang menyebarkan Islam di Bengkulu? Melansir dari situs indonesia.go.id, Festival Tabot pertama kali dipentaskan oleh Syeh Burhanuddin atau dikenal dengan Imam Senggolo pada tahun 1685. Ia merupakan tokoh penyebar agama Islam pertama di tanah Bengkulu.
Hingga saat ini, Pondok Pesantren Sukamiskin masih menjadi daya tarik bagi masyarakat di Jawa Barat untuk memperdalam ilmu agama Islam. Berikut keunikan selengkapnya.
Berdiri di Abad ke-19
©2023 YouTube Suara Santri/ Merdeka.com
Menilik sejarahnya, ponpes ini mulanya didirikan oleh Muhammad bin Alqo di abad ke-19. Sebelum mendirikannya, si empunya memiliki misi untuk menerjemahkan nilai dan norma antara agama Islam dengan keseharian masyarakat sekitar sebagai motivasi sosial.
Ini semakin didukung dengan konsep ketradisionalan yang diajarkan di ponpes ini, mengajarkan tentang kerendah hati dan saling membantu antar sesama.
Sejalan dengan tujuan dari pendirian ponpes di awal yakni menerapkan ilmu Thoriqoh, atau jalan menuju keridhoan Allah atau memiliki tujuan hidup untuk meraih Ma’rifat-Nya. Santri-santrinya lantas diarahkan untuk secara maksimal untuk mengenal Allah melalui suluk-suluk yang dibacakan setiap waktunya.
Mempertahankan Gaya Bangunan Lawas
Merujuk ANTARA, Pondok Pesantren Sukamiskin ini juga memiliki keunikan di bangunannya. Tampak dinding-dinding di sekitar lokasi memiliki desain khas kolonial lawas, dengan motif kubah yang mulai usang.
Kemudian ciri khas lawasan lainnya terlihat jelas di bangunan utama pesantren yang dibuat dengan dinding juga bermotif berundak (kubah). Bagunan ini memiliki gaya struktur khas Eropa Belanda, dengan tembok bermotif batunya.
Saat awal-awal pendiriannya, metode pembelajaran yang diterapkan adalah menggunakan bahasa Sunda untuk pembacaan kitab kuningnya. Namun lama kelamaan kurikulumnya dibuat terarah, dengan materi-materi yang lebih luas.
Adapun penamaan Sukamiskin disarikan dari bahasa Arab, yakni “Suq” dan “Misk” yang artinya minyak wangi. Ini direpresentasikan sebagai tempat yang menebar keharuman karena mengenalkan agama Islam secara dalam kepada masyarakat.
Jadi Saksi Perkembangan Islam di Tanah Priangan
Sebagai permulaan, Pondok Pesantren Sukamiskin mulanya hanyalah sebuah musala kecil. Ketika itu banyak masyarakat yang perlahan-lahan tertarik untuk belajar mengaji di bawah asuhan Muhammad bin Alqo.
Lambat laun, musala sederhana itu diubah menjadi bangunan yang lebih besar hingga menjadi tempat belajar agama yang mumpuni. Bacaan-bacaan wirid setelah salat, serta shalawat menjadi yang khas di sini.
Itu yang menarik minat masyarakat Sunda untuk belajar agama. Sebagai tempat belajar, Ponpes Sukamiskin juga tidak terlepas dari berbagai terror termasuk dari kalangan penjajah. Ini yang membuat bangunan tersebut sempat hancur karena dibom oleh mereka.
Oleh pengurus selanjutnya, bangunan pondok akhirnya berhasil didirikan kembali. Hingga saat ini, pondok tersebut masih mempertahankan pembacaan kitab kuning dan mengaji dengan langgam Sunda yang unik.
Pengurus Ponpes Sukamiskin
©2023 YouTube Suara Santri/ Merdeka.com
Adapun kepengurusan Ponpes Sukamiskin diawali oleh Kiai Muhammad bin Alqo selama 36 tahun, lalu dilanjutkan oleh Kiai Kholil yang merupakan menantunya. Kemudian diikuti oleh KHR Ahmad Dimyati.
Setelahnya, kepengurusan kembali dilanjutkan oleh putranya yakni Kiai Ahmad Haedar Dimyati. Di masa ini, pembaharuan kembali dilakukan, salah satunya adalah dengan menggunakan Bahasa Indonesia untuk menyampaikan materi pembelajaran.
Haedar Dimyati wafat, dan kepemimpinan digantikan oleh sang istri R.H. Siti Romlah. Terakhir, kepemimpinan diserahkan kepada KH. R. Abdul Aziz Haedar bin KH. R. Haedar Dimyati. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masjid ini dulu sering mengadakan pengajian sebagai salah satu cara melawan kolonial Belanda.
Baca SelengkapnyaBangunan yang hampir seluruh bagiannya menggunakan kayu itu menjadi bagian dari sejarah masuknya Islam di Sumbar yang berlangsung sejak ratusan tahun.
Baca SelengkapnyaDulunya masjid ini menjadi salah satu rumah ibadah terbesar di Minangkabau dan menjadi sentra pengembangan dakwah Islam.
Baca SelengkapnyaMenurut kisahnya, Kecamatan Lemah Abang memiliki cerita sejarah yang kuat, namun sekarang terlupakan.
Baca SelengkapnyaOrganisasi Sumatra Thawalib berkontribusi besar bagi perkembangan Islam di Nusantara.
Baca SelengkapnyaSimak cara penyebaran Islam di Indonesia berikut ini beserta sejarah masuknya.
Baca SelengkapnyaDi Desa Astana, peninggalan kejayaan Islam era lampau masih bisa dilihat seperti makam Sunan Gunung Jati, Petilasan Syekh Datul Kahfi, sampai Keraton Pakungwati
Baca SelengkapnyaJauh sebelum adanya Taman Siswa yang didirikan Ki Hajar Dewantara, sudah ada sekolah dari Minangkabau yang memasukkan pelajaran Islam kepada siswa.
Baca SelengkapnyaDesa ini dikenal sebagai pusat peradaban sejak zaman Hindu Buddha di Indonesia
Baca SelengkapnyaMasjid tersebut kabarnya tak pernah menjadi sasaran penghancuran, atau penyerangan dari pasukan militer Belanda maupun pendudukan Jepang.
Baca SelengkapnyaMasjid ini memiliki kesamaan dengan Masjid Agung Palembang pada segi arsitektur.
Baca SelengkapnyaSosoknya cukup berpengaruh dalam perkembangan Agama Islam di Cirebon
Baca Selengkapnya