Kisah Bocah SD di Lebak Rela Jadi Pemulung Setiap Pulang Sekolah, Ingin Bantu Ekonomi Keluarga
Nabila dengan tulus ikhlas memulung sampah, dan tak terpikir untuk bermain layaknya anak sekolah seusianya. Ia berharap, upaya ini bisa sedikit meringankan.
Masih mengenakan seragam Sekolah Dasar (SD), Nabila tampak semangat memungut botol plastik hingga kertas karton yang berserakan di jalanan.
Sepulang sekolah, siswi kelas 3 SD di Desa Sindangsari, Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak ini selalu menyisihkan waktu untuk mengais sampah yang bisa dijual kembali.
-
Siapa pemulung di Palembang yang punya saudara kaya? Seorang pemulung asal Palembang harus hidup di jalan padahal memiliki keluarga yang kaya raya.
-
Bagaimana Saung Garpu membantu anak pemulung? Kini para orang tua bersyukur anak-anaknya bisa belajar di tempat Nurida sehingga bisa mendapatkan akses pendidikan dengan lebih mudah.
-
Kenapa anak ini harus kerja? Di usianya masih masih belia, RA yang duduk di kelas 6 Sekolah Dasar (SD) ini harus merasakan kerasnya hidup. Ia harus menjadi tulang punggung keluarga dan merawat orang tuanya.
-
Mengapa pemuda itu bekerja di pedesaan? Menurut pemberitahuan perekrutan yang diterbitkan pada Januari, dua orang akan direkrut untuk bekerja di kota-kota di wilayah Lingbi.
-
Bagaimana anak ini mencari uang? Mampu mengumpulkan uang hingga Rp150 ribu untuk digunakan membantu orang tua yang berprofesi sebagai nelayan.
-
Kenapa Febby Rastanty mengajak anak-anak di kampung pemulung? Febby memanfaatkan momen tiup lilin ulang tahunnya dengan berbagi kebahagiaan bersama anak-anak di kampung pemulung.
Nabila dengan tulus ikhlas memulung sampah, dan tak terpikir untuk bermain layaknya anak sekolah seusianya. Ia berharap, upaya kecil ini bisa sedikit meringankan perekonomian yang serba pas-pasan.
Kisahnya kemudian memicu rasa prihatin, sekaligus memotivasi lantaran semangatnya amat kuat dalam membantu kedua orang tuanya tanpa mengabaikan cita-cita. Berikut informasi selengkapnya.
Tak Malu Menenteng Karung
Sehari-hari, Nabila biasa menenteng karung yang cukup besar sebagai tempat untuk menampung sampah. Dirinya juga tak merasa malu saat membawa karung tersebut ke sekolahnya.
Meski hasilnya tidak seberapa, ia tidak pernah menyerah dan selalu berusaha untuk berkeliling ke permukiman warga berharap menemukan plastik yang masih bernilai jual.
Nabila acapkali mengabaikan cuaca terik Kabupaten Lebak, demi mendapat lebih banyak botol plastik bekas.
Membantu Sang Ayah yang Sakit
Sementara itu ayah Nabila, Ending, mengaku tidak tega dengan kondisi anaknya yang harus mengais sisa sampah dengan cara memulung.
Namun, ia juga tak bisa berbuat banyak lantaran hal itu berangkat dari keinginan sang anak agar ayahnya bisa beristirahat setelah terkena musibah kecelakaan saat bekerja.
“Tidak tega, melihat anak saya mengambil bekal botol air mineral,” tutur Ending, mengutip Youtube SCTV Banten, Selasa (27/8).
Sang Ayah Tak Bisa Bekerja
Ending diketahui mengalami kecelakaan kerja saat tengah bertugas di toko bahan bangunan. Ketika itu dirinya bersama rekan tengah menggulung seng, namun terkena kaki.
Akibat kejadian itu, Ending tak bisa bekerja dengan. Jangankan mencari nafkah, ia pun kini harus berjalan memakai alat bantu karena terasa sakit.
“Ini kaki saya kena seng, sudah sekitar tiga bulan. Dulu saya kerja di toko bahan bangunan,” kata Ending.
Berharap Ada Uluran Tangan
Ending berharap jika dirinya bisa segera sembuh dari sakitnya sehingga tanggung jawab sebagai kepala keluarga bisa kembali ia jalankan.
Dia juga tak ingin berlama-lama menyaksikan sang anak membantu mencari nafkah. Ending hanya ingin anaknya bisa fokus bersekolah dan meraih cita-citanya.
Karena kondisinya ini, Ending dan Nabila menanti uluran tangan dari pihak terkait agar kondisinya bisa kembali pulih. Ending pun masih kesulitan menjalani pengobatan dengan layak, karena keterbatasan ekonomi.