Melihat Tradisi Pindahan Rumah Ala Orang Betawi Tempo Dulu, Wajib Lihat Cermin Sebelum Beraktivitas di Luar
Setelah menempati rumah baru, orang Betawi juga wajib membawa sejumlah peralatan rumah tangga salah satu cermin sebagai bentuk mawas diri sebelum beraktivitas.
Tahukah kamu bahwa orang Betawi tempo dulu tak bisa sembarangan pindah rumah? Setidaknya ada beberapa prosesi yang harus dilalui agar selamat dan mendatangkan keberkahan saat berganti tempat tinggal.
Setelah menempati rumah baru, orang Betawi wajib membawa sejumlah peralatan rumah tangga salah satu adalah cermin. Ada kepercayaan bahwa orang yang menempati rumah, harus memiliki cermin dan melihatnya sebelum beraktivitas.
-
Apa tradisi unik pindah rumah di Jawa? Dari banyaknya tradisi yang ada, slup-slupan jadi salah satu yang masih dilakukan sampai sekarang. Prosesi pindahan ala masyarakat Jawa ini menjadi tradisi khas dan sakral di Desa Sangiran, Sragen, Jawa Tengah. Punya makna sebagai awal yang baru sekaligus harapan biar para penghuni rumah diberikan keselamatan.
-
Apa makna tradisi Nyambat di Betawi? Namun tradisi Nyambat yang dimiliki warga Betawi bukanlah bentuk ekspresi kekesalan maupun mengeluh, melainkan sebuah aktivitas sosial gotong royong.
-
Kenapa orang tua Betawi melakukan Ketupat Lepas? Tradisi ketupat lepas jadi bukti rasa sayang orang tua ke anaknya. Terdapat berbagai tradisi lawas yang dimiliki oleh masyarakat Betawi, salah satunya ketupat lepas. Ini bukan budaya makan bareng ketupat nasi, atau membagikannya ke warga. Melainkan sebagai pengiring nazar dari para orang tua terhadap anak-anak mereka.
-
Bagaimana budaya Betawi menjaga silaturahmi? Tradisi berlebaran masyarakat Betawi berlangsung hingga pekan ketiga di bulan Syawal. Budaya itu tidak hanya digunakan untuk memperkuat tali silaturahim saja, tetapi juga melanjutkan puasa syawalan.
-
Apa itu ketapel Betawi? Ketapel menjadi permainan tradisional yang legendaris di Jakarta.
-
Bagaimana cara warga memindahkan rumah? Secara kompak, warga memindahkan rumah dari Kampung Wates ke kampung lain dan akan berkumpul untuk memakan makanan tradisional secara bersama-sama di lokasi pemindahan.
Sayangnya, kearifan lokal ini sudah jarang diterapkan karena perkembangan zaman. Padahal, orang-orang Betawi zaman dulu amat menjunjung tradisi nenek moyang, sebagai salah satu bekal kehidupan.
Adapun tradisi pindahan ini berlaku bagi pasangan pengantin yang baru menikah agar tidak nunut dengan orang tua masing-masing. Berikut informasinya.
Wajib Memberitahu Tetangga
Mengutip tulisan Abdul Chaer dalam Betawi Tempo Doeloe: Menelusuri Sejarah Kebudayaan Betawi, prosesi pertama yang wajib disiapkan untuk berpindah tempat tinggal adalah mengabari tetangga.
Menurut Chaer, mengabarkan kepada tetangga merupakan langkah penting agar mereka tidak mencari keberadaannya di kemudian hari. Lalu, ini juga sebagai cara berpamitan serta memohon doa restu agar proses menjalani kehidupan baru menjadi lancar.
“Beberapa hari sebelum acara pindah, keluarga yang pindah memberitahukan kepada tetangga-tetangga dan kerabat bahwa akan pindah rumah. Ini sekaligus cara untuk memohon doa restu dan tidak terjadi halangan apapun,” kata Chaer.
Dikawal Tetangga
Saat hari perpindahan tempat tinggal, biasanya akan ada tetangga yang mendatangi rumah anggota keluarga tersebut.
Warga yang tinggal di sisi kanan, kiri, depan dan belakang akan dengan senang hati membantu kepindahannya dengan membara barang-barang besar seperti lemari, televisi, kulkas, kasur serta perabotan rumah lainnya.
“Mereka akan mengucapkan doa dan selamat berpindah rumah, termasuk membantu membawakan barang-barang yang akan dijadikan perabotan di rumah yang akan ditempati,” katanya.
Harus Bawa Gentong Beras
Bagi masyarakat Betawi, terdapat barang-barang lainnya yang harus dibawa selain perabot rumah tangga. Alat-alat termasuk ‘sakral’ karena sangat dibutuhkan keberadaannya sebagai bekal hidup dan kebutuhan pokok.
Alat-alat tersebut di antaranya, pendaringan atau alat penampung beras berbahan gentong. Bagi masyarakat Betawi, beras merupakan simbol kemakmuran. Ini menjadikan pendaringan wajib dibawa agar pasangan tersebut dapat hidup dan makmur di rumah baru.
“Ada kepercayaan, konon jika gentong itu sering dilongok-longok, maka beras akan cepat habis. Untuk menyiasati apakah masih ada atau habis, orang Betawi cukup merabanya saja,” tulis Chaer.
Sediakan Lampu Gembreng
Orang Betawi suka cahaya terang, itulah mengapa dalam tradisi pindah rumah harus disertakan lampu gembreng atau lampu tempel. Biasanya, lampu digantung atau ditempel di tembok dengan bahan bakarnya minyak tanah atau bensin.
Bukan tanpa alasan mengingat sekarang sudah musim lampu listrik, sebab orang Betawi memaknai lampu ini sebagai penerang hati. Ketika hati dalam keadaan gelap dan dikuasai amarah, lampu dipercaya bisa menjadi cahaya terang yang menenangkan.
“Lampu ini, selain berfungsi sebagai penerang juga berfungsi sebagai penerang hati dan kedamaian, karena ruangan yang terang akan lebih nyaman, aman dan damai,” tambah Chaer.
Cermin Tak Boleh Terlewat
Satu hal sakral lain yang harus dibawa dan ada bagi orang Betawi yang akan pindah rumah adalah cermin. Cermin biasanya cukup penting dan dibutuhkan untuk melihat penampilan sebelum beraktivitas ke luar rumah.
Sisi penting cermin juga terkait kepercayaan warga setempat, karena cermin menjadi simbol mawas diri introspeksi bagi anggota keluarga Betawi. Itulah mengapa, orang Betawi seolah harus bercermin sebelum beraktivitas di luar atau berbicara dengan orang lain.
“kaca dan cermin melambangkan bahwa orang Betawi harus selalu ngaca dulu sebelum mengatakan apa-apa. Artinya lihatlah dulu diri sendiri sebelum menyatakan pendapat dan mengomentari orang lain,” kata Chaer.
Selain cermin, beberapa benda ini juga menjadi penting seperti bumbu dapur, tempat sirih dan peralatan peribadatan. Saat malam pertam rumah ditempati, orang Betawi akan melakukan syukuran dengan mengadakan pembacaan Surat Yasin dan Al Khafi hingga malam berikutnya sampai beberapa hari dilakukan tahlilan agar betah ditempati.