Kisah Pemandian Tjihampelas di Bandung, Jadi Kolam Renang Pertama di Indonesia
Merdeka.com - Kolam renang bisa menjadi sarana liburan yang mengasyikkan bagi keluarga. Banyak fasilitas yang bisa dinikmati, seperti pelampung, ban air hingga permainan luncur favorit anak-anak. Namun tahukah di mana kolam renang pertama yang dibangun di Indonesia? Jawabannya ada di Kota Bandung, Jawa Barat. Kolam renang ini bernama Pemandian Tjihampelas (sekarang Cihampelas).
Di masa lalu, lokasi tersebut menjadi tempat favorit bagi warga Eropa yang singgah maupun tinggal di Kota Kembang. Pemandian Tjihampelas didirikan tahun 1902, dan dikomersilkan untuk penduduk pribumi di masa penjajahan Jepang.
Sayangnya, kejayaan kolam renang dan pemandian Tjihampelas tidak bertahan lama dan beralih fungsi menjadi bangunan hotel sejak tahun 2010 lalu. Berikut rangkuman kisahnya:
-
Kapan 'Kota Kembang' populer? Lagu pop Bandung legendaris ini pernah booming pada tahun 1968 dan menjadi salah satu karya ikonik di sana.
-
Kenapa orang Eropa senang di Bandung? Mereka, merasakan seolah 'pulang kampung' saat berada di sana.
-
Kapan permukiman kuno ini didirikan? Permukiman kuno yang ditemukan berasal dari berbagai periode, tertua berusia 6.000 tahun.
-
Kapan Bandung disebut Kota Kembang? Dari para jutawan gula inilah muncul sebutan De Bloem der Indische Bergsteden alias Bunganya Kota Pegunungan di Hindia Belanda.
-
Siapa yang pertama kali sebut Bandung Kota Kembang? Dari para jutawan gula inilah muncul sebutan De Bloem der Indische Bergsteden alias Bunganya Kota Pegunungan di Hindia Belanda.
-
Kapan Palembang didirikan? 16 Juni 682 Masehi Berdasarkan catatan yang terdapat pada prasasti Kedukan Bukit, kota ini didirikan pada 16 Juni 682 Masehi.
Mulanya adalah Kolam Ikan
©2022 NIMH Collectie via YouTube Bagus Darmadi / Merdeka.com
Melansir laman komunitasaleut, Pemandian Tjihampelas didirikan oleh seorang istri pemilik hotel kenamaan di Bandung bernama Nyonya Homann.
Nyonya Homann sadar banyak turis Eropa dan warga Belanda yang rindu kampung halaman dengan kolam renang mewah, yang saat itu belum ada di Hindia Belanda. Akhirnya ia membuat tempat berendam dengan mengalihfungsikan kolam ikan hias yang terletak di sekitar hotel.
Warga pribumi sebetulnya telah lama memanfaatkan empang-empang di persimpangan kampung untuk berenang. Namun lokasi tersebut sangat tidak disukai orang Belanda.
Dikhususkan bagi Warga Belanda dan Eropa
Keberadaannya cukup dikagumi pada masa itu, ditambah dengan desain arsitektur yang berpadu antara gaya klasik abad ke-19. Dari segi fasilitas, Pemandian Tjihampelas sangat lengkap.
Dulu, terdapat 3 buah kolam berstandar internasional, dengan ukuran 25x50 meter dan kedalaman 1,2 sampai 2 meter. Lalu, kolam kedua berukuran 12x12 meter dan memiliki kedalaman 1,1 meter. Kolam ketiga memiliki ukuran 8x3 meter, dengan dalam 80 senti khusus untuk anak-anak.
Selain itu, pihak hotel juga menyediakan fasilitas antar jemput menggunakan pedati khusus guna menambah antusias turis luar untuk berkunjung ke Bandung.
Berjasa Mencetak Atlet Belanda dan Nasional
Kolam Pemandian Tjihampelas sekitar tahun 2010 ©2015 Merdeka.com/Astri Agustina
Pemandian Tjihampelas di masa jayanya juga memiliki jasa yang besar bagi Hindia Belanda, dan Republik Indonesia pasca kemerdekaan. Salah satu atlet Belanda bernama Pet Stam pernah berlatih di kolam Tjihampelas untuk mengikuti Olimpiade Berlin tahun 1936. Stam berhasil mencatat rekor 0:59.9 untuk renang 100 meter gaya bebas dan, berhasil mengangkat nama negeri Belanda.
Di tahun 1950-an, dua atlet renang Jawa Barat bernama Susanti Wangsawiguna dan Wijaya Aulia juga lahir dari Pemandian Tjihampelas. Keduanya berhasil menjadi andalan Indonesia mewakili kejuaraan nasional maupun internasional. Sejumlah klub renang juga pernah lahir dari lokasi tersebut seperti Bandoengse Zwem Bond, Osvia, Mulo, Kweekschool dan Aquarius
Terbengkalai di Akhir Tahun 1950Menyadur dari artikel Merdeka.com edisi 22 Oktober 2015, keberadaan kolam tersebut berakhir di tahun 2010, yang sebelumnya terbengkalai dari tahun 1950an. Kini sisa Pemandian Tjihampelas sudah tidak ada dan berganti bangunan hotel yang menjulang tinggi di Jalan Cihampelas Belakang, No 10.
Walau kini tinggal cerita, Pemandian Tjihampelas masih bisa dikenang melalui jejak nama yang kini dijadikan kawasan Jalan Cihampelas. Konon, nama tersebut berasal dari pohon Hampelas yang merupakan sejenis pohon dedaunan kasar dan bisa digunakan sebagai penggosok. Sumber air yang digunakan untuk mengisi kolam juga berasal dari pohon yang tumbuh di sekitar lokasi. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kolam renang ini jadi yang populer di Batavia saat itu.
Baca SelengkapnyaBendungan ini dulu jadi lokasi prewedding favorit para penjajah Belanda.
Baca SelengkapnyaKeindahan Situ Bagendit rupanya sudah mencuri perhatian orang Belanda sejak awal 1900-an. Ketika itu, banyak menir dan noni berwisata sembari menaiki perahu.
Baca SelengkapnyaSebelum menjadi pesanggrahan bupati, tempat ini sangat sepi
Baca SelengkapnyaSalah satu jejak peninggalan kolonial Belanda ada di Tapanuli Selatan berupa kolam renang.
Baca SelengkapnyaTaman yang berlokasi di kawasan Menteng ini menawarkan keasrian dan kesejukan di tengah pusat Ibu Kota.
Baca SelengkapnyaTaman ini sering menjadi tempat berkumpul bagi komunitas lokal, pelajar, dan keluarga yang ingin menikmati waktu bersama.
Baca SelengkapnyaRupanya perkebunan tertua yang ada di Indonesia terletak di kaki Gunung Kerinci, Kecamatan Kayu Aro, Provinsi Jambi.
Baca SelengkapnyaBendungan Pleret merupakan bendungan tertua di Kota Semarang
Baca SelengkapnyaPada masanya, kolam ini tampak sangat megah. Namun kini difungsikan sebagai kolam pemancingan.
Baca SelengkapnyaSumber air panas ternyata masih bisa ditemui di sekitar pemandian itu
Baca SelengkapnyaDahulu Cianjur pernah maju saat menjadi ibu kota Jawa Barat, komoditas kopi dan tehnya jadi andalan Eropa.
Baca Selengkapnya