Peristiwa 24 Maret 1792: Wafatnya Sri Sultan Hamengkubuwono I
Merdeka.com - Hari ini, tanggal 24 Maret 1792, terjadi peristiwa penting di Yogyakarta. Pada tanggal tersebut, Sri Sultan Hamengkubuwono I, yang sekaligus menjadi pendiri Keraton Yogyakarta, meninggal dunia setelah memerintah sejak tahun 1755.
Dilansir dari laman kratonjogja.id, Sri Sultan Hamengkubuwono I, yang dikenal juga sebagai Pangeran Mangkubumi, lahir pada tanggal 5 Agustus 1717 dengan nama Bendara Raden Mas (BRM) Sujono. Beliau adalah putra Sunan Amangkurat IV melalui garwa selir yang bernama Mas Ayu Tejawati.
Sedari kecil, BRM Sujono dikenal cakap dalam olah keprajuritan. Beliau mahir berkuda dan bermain senjata. Selain itu, beliau juga dikenal sangat taat beribadah sembari tetap menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Budaya Jawa.
-
Siapa yang membangun Keraton Yogyakarta? Kemudian pada bulan April 1755, Sultan HB I membangun Kraton Yogyakarta.
-
Kapan Sri Sultan HB I pindah ke Yogyakarta? Tepat hari ini, 7 Oktober pada 1756Sri Sultan Hamengku Buwono I pindah dari Kebanaran menuju Yogyakarta.
-
Dari mana Sri Sultan HB I pindah ke Yogyakarta? Tepat hari ini, 7 Oktober pada 1756Sri Sultan Hamengku Buwono I pindah dari Kebanaran menuju Yogyakarta.
-
Siapa yang pernah mendiami Istana Negara Yogyakarta? Gubernur Belanda yang pernah mendiami tempat itu antara lain J.E Jasper (1926-1927), PRW van Gesseler Verschuur (1929-1932), H.M de Kock (1932-1935), J. Bijilevel (1935-1940), dan L. Adam (1940-1942).
-
Kenapa Sri Sultan HB I pindah ke Yogyakarta? Setelah itu, nama Yogyakarya sebagai ibu kota kerajaannya menjadi lebih populer.
-
Apa yang dilakukan Hamengku Buwono I untuk menjaga keamanan Yogyakarta? Dalam menentukan posisi Keraton Yogyakarta, menurut catatan itu, beliau mempertimbangkan letak dan keadaan lahan agar berpotensi menyejahterakan dan memberi keamanan untuk penduduk Yogyakarta.
Berkat kecakapan yang dimiliki, beliau diangkat menjadi Pangeran Lurah, yaitu pangeran yang dituakan di antara para putera raja, ketika paman beliau yang bernama Mangkubumi meninggal pada tanggal 27 November 1730.
Perjuangan Membela Bumi Mataram
Era tahun 1740 menjadi masa-masa berat bagi bumi Mataram. Banyak pemberontakan yang terjadi, seperti Geger Pacina yang dipimpin oleh Sunan Kuning dibantu Pangeran Sambernyawa, hingga gerakan-gerakan sporadis yang dipimpin oleh Pangeran Sambernyawa sendiri. Akibatnya, Kraton harus dipindahkan dari Kartasura ke Surakarta pada tanggal 17 Februari 1745.
Untuk memadamkan pemberontakan Sambernyawa, Raja Mataram saat itu mengadakan sayembara yang dimenangkan oleh Pangeran Mangkubumi. Pangeran Mangkubumi bermaksud untuk mengendalikan pesisir utara Jawa sebagai langkah strategis mengurangi pengaruh VOC di bumi Mataram. Namun, karena adanya penghianatan dan kecurangan oleh Patih Pringgoloyo yang didukung VOC, strategi ini menemui jalan buntu.
Dari peristiwa tersebut, Pangeran Mangkubumi memutuskan untuk memulai serangan terbuka terhadap VOC. Keputusan tersebut juga mendapat dukungan dari Pangeran Sambernyawa. Bersama-sama, mereka akhirnya berhasil membebaskan beberapa daerah dari cengkeraman VOC.
Berdirinya Kasultanan Yogyakarta
Berkat perjuangan Pangeran Mangkubumi dan Sambernyawa, hampir seluruh wilayah Kerajaan Mataram berada di bawah kekuasaan Pangeran Mangkubumi. Akibatnya, terjadi perubahan kepemimpinan di tubuh VOC kala itu.
Nicholas Hartingh diberi tampuk kepimpinan sebagai Gubernur Jawa Utara yang berkedudukan di Semarang memiliki ide untuk menyelesaikan masalah. Dengan cara mendekati Pangeran Mangkubumi dan menawarkan jalan perdamaian.
Pada tanggal 23 September 1754, pertemuan antara Hartingh dengan Pangeran Mangkubumi membuahkan hasil. Kesepakatan yang diperoleh merupakan rancangan awal dari perjanjian yang kemudian dikenal sebagai Palihan Nagari.
Hasil kesepakatan ini disampaikan kepada Gubernur Jenderal dan Paku Buwono III. Kemudian butir-butir kesepakatan dituangkan dalam naskah Perjanjian Giyanti. Dan akhirnya, pada tanggal 13 Februari 1755, Perjanjian Giyanti ditandatangani oleh pihak-pihak terkait.
Dengan ditandatanganinya perjanjian tersebut, babak awal Kasultanan Yogyakarta pun dimulai. Pada 13 Maret 1755, Pangeran Mangkubumi dinobatkan sebagai raja pertama Ngayogyakarta Hadiningrat dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat
Dalam Babad Nitik Ngayogya, kebijaksanaan dan kearifan Sultan Hamengku Buwono I digambarkan dengan jelas. Disebutkan juga kecerdasan beliau terkait ilmu tata kota dan arsitektur. Dalam catatan tersebut beliau mempertimbangkan letak dan keadaan lahan yang berpotensi menyejahterakan dan memberi keamanan untuk penduduk Yogyakarta ketika menentukan posisi Keraton Yogyakarta.
Keraton Yogyakarta yang berdiri kokoh hingga saat ini berada pada posisi yang sangat strategis. Batas-batas alam berupa Kali Code di sebelah timur dan Kali Winongo di sebelah barat. Di sebelah utara dibatasi oleh Gunung Merapi, sementara di selatan berbatasan dengan pantai Laut Selatan.
Arsitektur dari Keraton Yogyakarta juga sepenuhnya dirancang oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I. Bahkan, semua hiasan dan juga tumbuh-tumbuhan yang ditanam di kompleks keraton dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki nilai filosofis dan spiritual yang tinggi.
Sri Sultan Hamengku Buwono I wafat pada tanggal 24 Maret 1792, dan dimakamkan di Astana Kasuwargan, Pajimatan Imogiri.
(mdk/ank)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sri Sultan Hamengku Buwono I adalah pelopor dalam berdirinya Kesultanan Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaSelain Pendiri dan Raja Pertama Kesultanan Yogyakarta, Hamengku Buwono I juga sosok arsitek kerajaan.
Baca SelengkapnyaSitus itu dulunya menjadi tempat peristirahatan kuda yang dibangun Susuhunan Pakubuwono II
Baca SelengkapnyaPagelaran dan Sitihinggil telah terbentuk walau masih sederhana.
Baca SelengkapnyaDari bangunan megah berbentuk kerajaan Belanda ini dapat dilihat perubahan pemerintahan Banten dari kesultanan menjadi karesidenan.
Baca SelengkapnyaDi belakang masjid, terdapat makam Panembahan Purbaya I, putra dari Panembahan Senopati
Baca SelengkapnyaPenetapan hari lahir itu didasarkan pada pembentukan daerah itu menjadi kabupaten oleh Sultan Hadiwijaya
Baca SelengkapnyaPangeran Antasari adalah salah seorang Pahlawan Nasional yang memiliki peran besar dalam sejarah perjuangan Kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaMakam itu merupakan persemayaman Raja Amangkurat I yang merupakan anak dari Sultan Agung Hanyokrokusumo
Baca SelengkapnyaAkta kelahiran Raja Hayam Wuruk ditemukan tertimbun di bawah reruntuhan abu gunung api.
Baca SelengkapnyaAda peristiwa kelam di balik sejarah pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta. Simak selengkapnya.
Baca SelengkapnyaKerajaan Mataram Islam adalah salah satu kerajaan terbesar yang pernah berdiri di Pulau Jawa, Indonesia.
Baca Selengkapnya