Gelar Pameran, Begini Cara Keraton Jogja Kisahkan Kembali Geger Sepehi
Merdeka.com - Geger Sepehi pada tahun 1812 merupakan salah satu peristiwa kelam dalam sejarah perjalanan Keraton Yogyakarta. Dalam peristiwa ini, Keraton Yogyakarta dijarah habis-habisan oleh tentara Inggris.
Penyerangan ini menyebabkan banyak anggota keluarga keraton yang tewas. Namun sesungguhnya, jumlah korban tewas pasti dari pihak keraton angkanya tidak diketahui.
Peristiwa Geger Sepehi itu diceritakan kembali oleh Keraton Yogyakarta pada 28 Oktober 2022 nanti dalam sebuah pameran bertajuk “Sumakala: Dasawarsa Temaram Yogyakarta”.
-
Dimana Segarayasa di Keraton Kotagede? Memasuki era Mataram Islam, tradisi Segarayasa dimulai lagi dan diterapkan di Keraton Kotagede.
-
Siapa yang membangun Segarayasa di Keraton Yogyakarta? Saat Pangeran Mangkubumi membangun Keraton Yogyakarta, ia juga membangun dua buah danau buatan dengan sebuah pulau dan istana di tengahnya.
-
Apa yang terjadi pada Keraton Surabaya? Sayangnya, pada tahun 1625, Surabaya jatuh ke tangan kerajaan Mataram.
-
Apa isi dari Museum Kenangan Semeru? Museum ini berisi barang-barang kenangan, seperti foto dokumentasi, peralatan rumah tangga, tempat tidur, sofa, dan lain-lainnya.
-
Apa bentuk Segarayasa di Keraton Surakarta? Saat pindah ke Keraton Surakarta, pihak keraton juga mendirikan danau buatan yang dinamakan Tamansari Bandengan. Lokasinya berada di barat Sasana Narendra atau Ndalem Nganjrah Sari. Tamansari Bandengan dibangun pada tahun 1750. Bentuknya persegi panjang dengan kolam air di tengahnya.
-
Siapa yang membangun Keraton Yogyakarta? Kemudian pada bulan April 1755, Sultan HB I membangun Kraton Yogyakarta.
“Momentum ini merupakan upaya Keraton Yogyakarta untuk merekonstruksi ulang kisah-kisah Sultan terdahulu,” kata Penghageng KHP Nitya Budaya Keraton Yogyakarta GKR Bendara dikutip dari ANTARA pada Senin (17/10).
Lantas seperti apa nantinya pameran itu bakal ditampilkan? Berikut selengkapnya:
Peristiwa Kelam
©2020 liputan6.com
GKR Bendara mengatakan, setelah peristiwa Geger Sepehi, Keraton Yogyakarta mengalami masa yang kelam. Menurutnya, berbagai desakan politik dari Pemerintahan Inggris terhadap Sultan Hamengku Buwono III saat itu berdampak pada ketidakstabilan ekonomi sebab seluruh biaya perang yang ditimbulkan akibat gempuran Inggris ke Yogyakarta harus ditanggung oleh Keraton Yogyakarta. Sedangkan kondisi karut-marut tersebut harus disaksikan oleh GRM Ibnu Djarot, putra mahkota yang masih belia.
Titik klimaksnya, pangeran harus menyaksikan sendiri saat ayahnya meninggal setelah dua tahun bertahta sehingga putra mahkota yang kala itu masih berusia 10 tahun harus menggantikan kedudukan Sultan dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono IV.
“Meskipun kedua Sultan, yakni Sultan ketiga dan Sultan keempat mengalami kondisi yang sulit, tetapi berbagai prestasi dalam pemerintahan maupun pembangunan kebudayaan di keraton turut disumbangkan,” kata GKR Bendara.
Tantangan Tersendiri
©Instagram/gkrbendara
GKR Bendara mengatakan, pameran “Sumakala” tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Keraton Yogyakarta dan tim pameran sebab setelah peristiwa itu, kondisi keraton benar-benar porak poranda. Sementara itu, benda budaya, kekayaan material, hingga pusaka yang dimiliki keraton kala itu dijarah habis-habisan oleh prajurit Sepoy.
“Sumber-sumber mengenai pemerintahan keraton pada awal abad ke-19 praktis tidak banyak ditemukan. Di sinilah keraton mencoba membaca ulang sejarah semasa 1812-1822 dan mewujudkannya dalam bentuk visual,” kata GKR Bendara.
Karya yang Dipamerkan
©Instagram.com/ezaae
Beberapa karya pada masa kedua Sultan yang akan dipamerkan antara lain tari Bedhaya Durmakina, Babad Ngayogyakarta, dan kereta kebesaran dari masing-masing sultan. Selain itu, kegiatan pendukung juga akan digelar pada pameran itu antara lain napak tilas kediaman putra mahkota, menjelajahi ruas penyerangan Geger Sepehi, hingga berbagai diskusi dan lokakarya berkaitan dengan tema pameran.
“Sebagai institusi budaya sekaligus museum yang inklusif, Keraton Yogyakarta juga menggandeng komunitas untuk bekerja sama dalam penyelenggaraan pameran,” kata Bendara. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Belum banyak orang tahu sosok Sumodiningrat. Ia merupakan tokoh di balik peristiwa Geger Sepehi 1812.
Baca SelengkapnyaPameran itu digelar dalam rangka Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan HB X
Baca SelengkapnyaPrasasti yang menandai lahirnya Kabupaten Trenggalek ini sangat berarti bagi masyarakat setempat.
Baca SelengkapnyaKeraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta menggelar rangkaian hajad dalem Sekaten.
Baca SelengkapnyaAcara Grebeg Maulud digelar setiap tahun. Setiap perayaan itu menyimpan momen sejarahnya masing-masing.
Baca SelengkapnyaPagelaran dan Sitihinggil telah terbentuk walau masih sederhana.
Baca SelengkapnyaDalam waktu singkat, isi gunungan tumpeng habis diserbu masyarakat yang tampak sangat antusias.
Baca SelengkapnyaSimak cerita di balik tempat bersejarah dan saksi bisu ditangkapnya Pangeran Diponegoro.
Baca SelengkapnyaMengawali acara besar Grebeg Mulud, Keraton Yogyakarta melakukan tradisi menyebar udhik-udhik. Animo masyarakat untuk mengikuti prosesi ini cukup besar.
Baca SelengkapnyaBanyak makna filosofis yang terkandung dalam tradisi ini
Baca SelengkapnyaKupatan Jolosutro merupakan tradisi yang telah berlangsung lama di daerah Piyungan, Bantul..
Baca SelengkapnyaKampung Wisata Taman Sari merupakan salah satu situs sejarah.
Baca Selengkapnya