Intip Buah Tangan Napoleon Bonaparte untuk Raja Pakubuwana di Radya Pustaka
Merdeka.com - Melihat masa lalu akan lebih jelas jika berkunjung ke Museum. Aneka benda bersejarah dapat dengan mudah dijumpai, dilihat dengan seksama bentuk dan fungsinya di masa lalu. Salah satu tempat yang menyimpan seluk beluk sejarah ialah Museum Radya Pustaka, museum tertua di Indonesia di dalamnya terdapat peninggalan masa Mataram Kuno dan Mataram Islam. Tak hanya itu, terselip hubungan Kerajaan Mataram dengan Bangsa Eropa melalui artefaknya yang tersimpan rapi.
Tidak lain ialah buah tangan Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte I tersimpan rapi di dalam museum bersejarah ini. Raja Keraton Solo kala itu berkuasa Pakubuwana IV memiliki hubungan cukup baik dengan Napoleon Bonaparte. Benda peninggalan Kaisar Prancis kepada Raja Pakubuwana berupa kado dalam bentuk piala porselen nan indah beserta kotak musik yang mewah pada zamannya.
Museum Radya Pustaka berdiri tepat di depan Jalan Slamet Riyadi, Surakarta. Di masa lalu, jalan ini merupakan batas wilayah hukum Kerajaan Mataram Keraton Kasunanan dan Keraton Mangkunegaran.
-
Kenapa sejarah itu penting? Peristiwa tersebut dipelajari agar dapat dijadikan pelajaran, sehingga kesalahan yang sama tidak terulang di masa mendatang.
-
Kenapa penting untuk mengingat masa lalu? Jangan ragu untuk menengok masa lalu. Di situlah kau belajar akan arti kehidupan.
-
Kapan masa lalu sebaiknya dikenang? Kemarin adalah kenangan dan pelajaran, hari ini tantangan yang harus diselesaikan.
-
Kapan Bung Karno menyerukan untuk tidak melupakan sejarah? Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.
-
Bagaimana kita bisa belajar dari sejarah? Melalui sejarah, kita dapat memahami apa yang telah terjadi, sekaligus mempelajari cara menyelesaikan persoalan yang pernah muncul di masa lampau.
-
Bagaimana sejarah diartikan? Sejarah memiliki beragam pengertian atau definisi dari para ahli.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Inilah wujud piala keramik pemberian Napoleon, tersimpan rapi di dalam sebuah almari kaca tembus pandang. Nampak di sampingnya sebuah layar yang menampilkan lukisan sosok Napoleon Bonaparte dengan seragam kekaisaran dan bintang kehormatannya.
Porselen inilah saksi bisu hubungan Prancis dengan tanah Jawa. Memang pada tahun 1788 sejatinya Belanda sedang menjajah Nusantara. Namun kala itu Belanda sedang dikuasai oleh Napoleon Bonaparte. Hubungan Napoleon dengan tanah Jawa memang berlangsung pada zaman kekuasaan Raja Pakubuwana IV.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Porselen berwarna cokelat tua dengan motif bunga berwarna emas nampak elegan. Piala keramik ini diserahterimakan oleh Kaisar Napoleon Bonaparte kepada Raja Pakubuwana IV pada tahun 1811. Kala itu bertepatan dengan momen merayakan hari kelahiran putra sang kaisar Prancis ternama tersebut. Selain itu, peninggalan ini juga menjadi bukti hubungan persahabatan yang baik antara Kaisar Prancis dan Raja Pakubuwana IV.
Bentuk piala porselen ini mirip sebuah vas dengan bagian kaki, bagian tengah yang melembung dan bagian atasnya berupa corong. Piala porselen ini memiliki tinggi kurang lebih 50 cm, ditempatkan pada sebuah meja kayu membuatnya nampak rapi.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Pada masanya, alat musik barat memang masih terbatas. Layaknya mesin yang masih dalam tahap perkembangan. Kala itu Raja Pakubuwana IV juga mendapat hadiah berupa kotak musik berjenis Orgel. Alat musik kuno ini berwujud mirip seperti organ. Namun di dalamnya menggunakan pipa-pipa besi untuk menghasilkan bunyi.
Bentuk orgel buah tangan Napoleon ini begitu indah, dihiasi bunga-bunga imitasi di atasnya. Nampak kusam, namun bunga-bunga inilah yang dulu menjadi keistimewaan orgel asal Eropa ini. Di setiap sisinya lukisan bunga lengkap dengan dedaunan dan hewan seperti kupu-kupu dan lebah yang beterbangan. Sama halnya dengan piala porselen, kotak musik orgel kini juga terlindungi oleh kaca tembus pandang.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Selain dua saksi bisu sejarah hubungan peradaban Eropa dengan Raja Solo tersebut, di dalam Museum Radya Pustaka juga dapat ditemui berbagai jenis senjata perang, wayang kulit mataram, hingga artefak bersejarah lainnya. Berbagai jenis arca batu peninggalan Mataram Kuno juga menjadi koleksi Museum Radya Pustaka.
Kilas balik peninggalan sejarah tersebut terawat dengan aman di dalam museum. Destinasi wisata edukasi ini kerap menjadi alternatif wisata sejarah saat berkunjung ke Kota Solo. (mdk/Ibr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Nenek moyang Sunda zaman dahulu menginginkan tanah kelahirannya aman dan tidak diambil bangsa asing.
Baca SelengkapnyaKumpulan kata-kata mengenang masa lalu yang menyentuh hati dan sanubari.
Baca SelengkapnyaKetika mendengar kata sejarah, sering kali kita membayangkan buku tebal berisi cerita lama.
Baca SelengkapnyaJaket Bung Karno, Komitmen Pemimpin Daerah Lanjutkan Perjuangan Sejahterakan Masyarakat
Baca SelengkapnyaHal itu dikatakan Ganjar saat menyambangi Museum Roemah Voorzitter Van Het BPUPKI-Dr KRT Radjiman Widiyodiningrat, Widodaren, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaMeski sudah mulai luntur, namun ada kalimat petuah-petuah Jawa yang patut dicermati.
Baca SelengkapnyaBujangga Manik terus berpetualang dan mencatatnya di naskah daun palem yang sudah disiapkan.
Baca SelengkapnyaDi puncak gunung ini, ratusan anggota Brimob melalui berbagai tempaan dan upacara untuk mendapatkan baret biru.
Baca SelengkapnyaSeperti yang kita tahu, budaya Jawa terkenal dengan sopan santunnya. Dan hal tersebut juga tergambar dalam kata-kata pepatah Jawa.
Baca SelengkapnyaKata-kata mutiara dari para pahlawan ini menjadi inspirasi dan penyemangat bagi generasi muda untuk terus mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif.
Baca SelengkapnyaKata pepatah Jawa ini mempunyai makna yang kaya akan nilai-nilai moral, sehingga cocok dijadikan sebagai penuntun dalam bersikap.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Naskah Sanghyang Jati Maha Pitutur disimpan di Perpustakaan Nasional RI, dengan nomor koleksi L 426 C Peti 16.
Baca Selengkapnya