Jadi Simbol Toleransi, Ini 4 Pesona GPIB Magelang yang Sudah Berusia 2 Abad
Merdeka.com - Di pusat Kota Magelang, Jawa Tengah, berdirilah sebuah bangunan megah. Letaknya tak jauh dari alun-alun kota. Dengan arsitektur bergaya Eropa, sekilas bangunan itu terlihat seperti istana atau kastil. Namun sebenarnya bangunan itu adalah sebuah gereja. Berdiri tahun 1817, bangunan itu merupakan tempat peribadatan umat Kristen Protestan yang dikenal dengan nama Gereja GPIB Beth-El Magelang.
Dilansir dari Pendekartidar.org, sejak awal pembangunannya GPIB Magelang memang sudah dirancang sebagai satu kesatuan tata ruang dan tata kota yang dibangun tak jauh dari alun-alun. Masih di kawasan alun-alun yang tak jauh dari gereja itu, berdiri pula bangunan Gereja Katolik, Masjid Agung, dan Klenteng.
Bersama bangunan tempat peribadatan lainnya, GPIB menjadi simbol toleransi, terutama di tengah masyarakat Magelang. Lantas seperti apa kisah toleransi yang mewarnai perjalanan gereja itu? Berikut selengkapnya:
-
Dimana gereja abad pertengahan itu ditemukan? Pada pertengahan Februari lalu, para arkeolog di Venesia, Italia, menemukan gereja abad pertengahan yang telah lama hilang di Piazza San Marco.
-
Dimana gereja tersebut ditemukan? Para ahli arkeologi dari Westphalia-Lippe Regional Association (LWL) menemukan bekas gereja dari abad ke-10 di dekat Erwitte-Eikeloh, Jerman.
-
Kapan Gereja Tua Kaliceret dibangun? Gereja ini usianya sudah lebih dari 100 tahun.
-
Dimana Gedung Karesidenan Banten dibangun? Letak gedung ini sejak awal berada di sekitar Alun-Alun Kota Serang, dan dirancang secara megah untuk mengatur pemeritahan pada 1822.
-
Di mana bangunan ditemukan? Arkeolog menemukan struktur atau bangunan misterius di bawah lapangan bola bangsa Maya di Campeche, Meksiko.
-
Dimana bangunan tua itu berada? Keberadaan bangunan tua itu tersembunyi di balik keriuhan pertokoan di kawasan Kranggan.
Simbol Toleransi Umat Beragama
©Pendekartidar.org
Bersama tiga tempat ibadah lainnya yang ada di sekitar Alun-Alun Magelang, Gereja GPIB Magelang menjadi simbol toleransi umat beragama. Dilansir dari Pendekartidar.org, adanya empat tempat peribadatan yang berdiri saling berdampingan ini menandakan bahwa para perancang kota saat dua abad silam sudah menyadari arti penting pluralisme, sehingga melalui tata ruang kotanya menanamkan pesan yang sangat kuat untuk bertoleransi antar umat beragama.
Selain itu, Gereja GPIB Magelang juga sudah menjadi ikon kota yang telah menjadi milik bersama semua warga kota tanpa memandang agama dan keyakinan. Oleh karena itu pelestarian bangunan warisan kolonial itu juga menjadi tanggung jawab bersama.
Terbuka untuk Umum
©Pendekartidar.org
Pada Oktober 2017, gereja ini genap berusia dua abad. Perayaan dua abad Gereja GPIB Magelang diadakan dengan mengusung misi pelestarian spirit kebersamaan dalam harmoni dan toleransi. Perayaan itu juga dikonsep dengan membuka gereja pada kalangan masyarakat yang lebih luas.
Tak hanya bagi umat Kristen, gereja dibuka untuk umum pada 22-27 Oktober 2017. Tak hanya itu, merekapun berkesempatan mempelajari secara lebih mendalam bangunan gereja itu. Salah satu yang meramaikan acara itu adalah Komunitas Kota Toea Magelang dan menjalin kerja sama dengan pengurus gereja.
Makna di Balik Arsitektur Gereja
©Pendekartidar.org
Dalam acara bertajuk “Jelajah Arsitektur Bangunan GPIB Magelang”, para peserta diajak berkeliling bangunan gereja dengan dipandu ahli arsitektur Ir. Priyo Pratikno, M.T dan membedah tiap bagian gereja secara tuntas.
Di samping ciri bangunan tinggi menjulang yang menyimbolkan perantara interaksi manusia dengan Tuhan, di sisi samping bangunan gereja itu juga dilengkapi dengan beberapa relung jendela besar yang dihiasi dengan ornamen kaca patri yang melukiskan berbagai fase perjalanan kerasulan Yesus.
Selain itu di sisi kiri kanan jendela terdapat ornamen berbentuk buah pala yang merupakan komoditas rempah utama. Karena komoditas pala inilah titik awal penyebaran ajaran Kristen di Nusantara yang diinisiasi oleh Bangsa Portugis.
Bentuk Interaksi antar Umat Beragama
©Pendekartidar.org
Tak hanya mengeksplorasi sisi luar, dalam kesempatan itu peserta juga berkesempatan masuk ke ruang utama di dalam gereja. Dalam sebuah pesan singkat, salah seorang pengurus gereja mengungkapkan bahwa setelah sekian lama warga Magelang hidup berdampingan, hampir tak pernah mereka saling bertegur sapa. Harapannya melalui peringatan dua abad GPIB Magelang, bisa terjalin saling sapa yang lebih intens antar umat beragama.
“Tahun ini di GPIB, tahun depan di Masjid Agung, kemudian di Klenteng, lalu di Gereja Katolik, dan seterusnya. Harapannya keberadaan bangunan-bangunan itu tak hanya menjadi tempat ibadah para penganutnya masing-masing, namun juga bisa menjadi jembatan perekat umat dan masyarakat menuju persaudaraan yang sejati,” kata salah seorang pengurus GPIB itu, dikutip dari Pendekartidar.org pada 23 Oktober 2017. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) di Kota Medan menjadi rumah ibadah tertua sekaligus memiliki cerita dan nilai sejarah yang tinggi.
Baca SelengkapnyaMasjid ini menawarkan daya tarik arsitektur kuno dan percampuran budaya Jawa dengan Sunda
Baca SelengkapnyaPotret unik Gereja Merah Kediri, bangunan peninggalan Belanda yang usianya lebih dari satu abad.
Baca SelengkapnyaNamanya Gereja Kristen Pasundan yang sudah berdiri sejak tahun 1788.
Baca SelengkapnyaKota Palembang memiliki ragam bangunan kuno yang sampai sekarang masih bisa dijumpai.
Baca SelengkapnyaSebelum membangun masjid, para tukang harus dalam keadaan suci
Baca SelengkapnyaLonceng di Gereja Sidang Kristus rupanya telah dipasang sejak tahun 1914 oleh pembuat yang sama dengan lonceng di Katedral Notre Dame Paris.
Baca SelengkapnyaPenetapan oleh kementerian ini dilakukan berdasarkan Pasal 45 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Baca SelengkapnyaTak hanya untuk ibadah, gereja juga kerap dijadikan tempat wisata.
Baca SelengkapnyaMasjid lawas ini punya desain bangunan yang unik dan terdapat makam kuno.
Baca SelengkapnyaPada awal pendiriannya, masjid ini hanya diperuntukkan keluarga keraton.
Baca SelengkapnyaBangunan ini dulunya sempat miring karena tertiup angin, namun bisa tegak kembali karena tertiup angin dari arah yang berbeda
Baca Selengkapnya