Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Sungai Bengawan Solo, Dulu Jadi Jalur Kapal Vital Kini Alami Sedimentasi berat

Kisah Sungai Bengawan Solo, Dulu Jadi Jalur Kapal Vital Kini Alami Sedimentasi berat Bengawan Solo. ©2016 merdeka.com/arie sunaryo

Merdeka.com - Sungai Bengawan Solo telah lama menjadi identitas Kota Surakarta dan sekitarnya. Sungai ini membentang sejauh 600 kilometer dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, hingga menjadikannya sungai terpanjang di Pulau Jawa. Dulu banyak perahu sampai kapal besar yang hilir mudik di sungai ini sehingga menjadikannya sebagai jalur vital perdagangan.

Berbicara sejarah, Sungai Bengawan Solo memang memiliki kisahnya tersendiri sebagai pembangun ekonomi sejak masa lampau. Hal ini diungkap oleh Sejarawan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Dr Susanto MHum. Dulunya sungai ini menjadi transportasi andalan kerajaan juga pembuka jual beli dari barat ke timur.

Sayangnya, kejayaan itu tidak berlangsung lama. Kondisi sungai ini makin memprihatinkan. Kedalamannya pun berkurang seiring perkembangan zaman karena adanya sedimentasi berat. Ini lantas memicu terjadinya bencana banjir yang melanda permukiman sekitar Sungai Bengawan Solo.

Jadi Jalur Transportasi Kerajaan

sungai bengawan solo

Sungai Bengawan Solo ©2019 Merdeka.com/Arie Sunaryo

Susanto mengungkapkan, pada masa lalu Sungai Bengawan Solo memegang peranan besar terkait lalu lintas barang antar kerajaan. Banyak perahu yang menjadi alat angkut barang-barang jualan termasuk rempah melintasi sungai ini.

Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Paku Buwono II, menjadi pemimpin yang memanfaatkan sungai tersebut untuk keperluan pengiriman barang hingga akses transportasi.

Keadaan ini terus berkembang hingga masa kejayaan Kerajaan Mataram. Setelah pusat pemerintahannya pindah ke Surakarta, Bengawan Solo semakin diminati sebagai jalur perdagangan dan transaksi berbagai komoditas terutama dari kedua belah pihak, yakni Mataram dan Gresik.

Menurut Susanto, Sungai Bengawan Solo menjadi akses penting masyarakat karena juga sebagai pintu gerbang transportasi air dari timur ke barat. Sementara itu perjalanan dari barat ke timur aksesnya berada di Boyolali.

Dulu Solo Punya Komoditas Kopi

Siapa sangka jika pada masa lampau Solo merupakan salah satu penghasil kopi di Jawa Tengah. Melalui Sungai Bengawan Solo, pendistribusian kopi lokal berjalan cukup lancar hingga ke luar daerah tahun 1812.

Komoditas kopi Solo juga melanglang buana hingga ke Surabaya dan Batavia, yang aksesnya juga melalui Sungai Bengawan Solo. Di luar itu, komoditas yang juga dijual ke luar Solo di antaranya beras, minyak kelapa, dan kulit kerbau.

Sedangkan dari Gresik, Jawa Timur, komoditas yang sampai ke Solo dan sekitarnya adalah keramik, kain, ikan asin, hingga garam. Semuanya diangkut melalui jalur Bengawan Solo. 

Ada Pelabuhan Beton di Solo

Tingginya lalu lintas kapal lewat sektor perdagangan membuat pemerintah setempat membuatkan sebuah bandar atau Pelabuhan bernama Beton.

"Tonasenya luar biasa, kapal-kapal besar. Bahkan ketika transportasi Bengawan Solo masih jalan, teknik pembuatan kapal juga ada di situ," terangnya, mengutip ANTARA.

Keberadaan bandar atau pelabuhan pada masa itu mengindikasikan jika Sungai Bengawan Solo pernah menjadi salah satu sungai terdalam, terlebih kapal-kapal besar juga hilir mudik secara rutin di sana.

Setidaknya dalam literatur sejarah disebutkan jika kondisi ini masih bertahan hingga tahun 1950-an. Saat itu kapal banyak berangkat dari Solo ke Masaran di Kabupaten Sragen, juga sebaliknya.

Terjadi Sedimentasi Berat

Kini Sungai Bengawan Solo tak lagi bisa dilintasi kapal-kapal besar. Masalah utama yang terjadi adalah adanya sedimentasi tanah sehingga menimbulkan pendangkalan.

Kedalamannya pun saat ini hanya berkisar 0,3 sampai 7 meter saja di bagian hilir. Kondisi ini diduga disebabkan oleh perusakan alam di bagian hulu sehingga menyeret tanah dari perbukitan atau bibir sungai hingga menumpuk.

Kondisi ini yang kemudian secara berkala akan menimbulkan naiknya permukaan air ke daratan sehingga menimbulkan banjir.

Menurut Pakar Lingkungan dari UNS Surakarta, Prof Dr Ir Prabang Setyono, selain pengerukan, dibutuhkan peran serta masyarakat untuk mencegah terjadinya banjir, salah satunya dengan memanen air hujan. Ketika hal ini dilakukan, debit air yang tumpah bisa tertampung ke tempat lain dan lebih bermanfaat juga mencegah banjir di hilir.

"Saat ini daya dukung lingkungan sudah terlampaui, termasuk resapan dan sedimentasi sehingga nilai keterulangan kejadian ini akan terjadi lagi," ujarnya. (mdk/nrd)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sejarah Kali Pepe Solo, Jalur Perdagangan Penting di Era Kerajaan
Sejarah Kali Pepe Solo, Jalur Perdagangan Penting di Era Kerajaan

Dulu Kali Pepe digunakan sebagai jalur perahu yang akan menyalurkan komoditas ke pusat perekonomian Kota Solo.

Baca Selengkapnya
Kota Semarang Dulunya adalah Lautan, Begini Sejarahnya
Kota Semarang Dulunya adalah Lautan, Begini Sejarahnya

Wilayah Kelenteng Sam Poo Kong dulunya berada di pinggir laut. Kini jaraknya sekitar 7 km dari bibir pantai

Baca Selengkapnya
Lintasi 3 Provinsi, Ini Fakta Kali Angke Sungai yang Melegenda di Jakarta
Lintasi 3 Provinsi, Ini Fakta Kali Angke Sungai yang Melegenda di Jakarta

Ini fakta-fakta seputar Kali Angke yang bersejarah di Jakarta.

Baca Selengkapnya
Fakta Sungai Serayu Jawa Tengah, Kaya Akan Sejarah
Fakta Sungai Serayu Jawa Tengah, Kaya Akan Sejarah

Memiliki debit air yang cukup besar, sungai Serayu juga menyimpan kisah sejarah yang menarik disimak.

Baca Selengkapnya
Dulu Jadi Batas Kerajaan Tarumanegara dengan Mataram Kuno, Ini Fakta Menarik Sungai Bogowonto
Dulu Jadi Batas Kerajaan Tarumanegara dengan Mataram Kuno, Ini Fakta Menarik Sungai Bogowonto

Sungai Bogowonto merupakan salah satu sungai besar yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Dulunya sungai itu bernama Watukura

Baca Selengkapnya
Dulunya Pelabuhan Kuno yang Sibuk, Ini Fakta Unik Kampung Gandekan di Kota Solo
Dulunya Pelabuhan Kuno yang Sibuk, Ini Fakta Unik Kampung Gandekan di Kota Solo

Sebelum memasuki kawasan perdagangan, kapal-kapal dari Sungai Bengawan Solo bersandar dulu di Gandekan

Baca Selengkapnya
Cerita Masa Lalu Sungai Cibanten, Pernah Jadi Jalur Kapal Rempah di Zamah Kolonial
Cerita Masa Lalu Sungai Cibanten, Pernah Jadi Jalur Kapal Rempah di Zamah Kolonial

Sungai Cibanten dulu menjadi tonggak kehidupan sosial masyarakat di Banten

Baca Selengkapnya
Potret Kalimas Surabaya, Pintu Gerbang Menuju Ibu Kota Kerajaan Majapahit
Potret Kalimas Surabaya, Pintu Gerbang Menuju Ibu Kota Kerajaan Majapahit

Pada masa lalu, Kalimas adalah pintu gerbang menuju ibu kota Kerajaan Majapahit di Trowulan Mojokerto.

Baca Selengkapnya
Semarang Punya Sederet Julukan Unik, dari Atlas hingga Venetie Van Java
Semarang Punya Sederet Julukan Unik, dari Atlas hingga Venetie Van Java

Kota Semarang memiliki sederet julukan yang menjadi identitasnya.

Baca Selengkapnya
Melacak Jejak Jembatan Kereta Api yang Hilang di Jogja, Dulu Termasuk Jembatan Penting Penghubung Jalur Jakarta-Surabaya
Melacak Jejak Jembatan Kereta Api yang Hilang di Jogja, Dulu Termasuk Jembatan Penting Penghubung Jalur Jakarta-Surabaya

Sebuah jembatan kereta api yang membentang di atas jalur kereta api dibangun pada tahun 1929 untuk menghubungkan jalur kereta Batavia-Surabaya.

Baca Selengkapnya
Serunya Berkunjung ke Desa Wisata Jangglengan Sukoharjo, Bisa Lihat Lomba Kano di Sungai
Serunya Berkunjung ke Desa Wisata Jangglengan Sukoharjo, Bisa Lihat Lomba Kano di Sungai

Desa wisata ini punya nilai lebih karena berada di tepian Sungai Bengawan solo dan punya lahan pertanian yang subur

Baca Selengkapnya
Mengulik Sejarah di Balik Eksotisme Jembatan Kereta Api Sungai Serayu di Banyumas, Tetap Kokoh Meski Pernah Kena Bom Jepang
Mengulik Sejarah di Balik Eksotisme Jembatan Kereta Api Sungai Serayu di Banyumas, Tetap Kokoh Meski Pernah Kena Bom Jepang

Jembatan ini diapit oleh kawasan perbukitan yang hijau, ditambah dengan aliran Sungai Serayu yang luas

Baca Selengkapnya