Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Melihat Kehidupan Orang Samin, Masyarakat Adat yang Tinggal di Pedalaman Blora

Melihat Kehidupan Orang Samin, Masyarakat Adat yang Tinggal di Pedalaman Blora Masyarakat Samin. ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Indonesia memiliki banyak suku bangsa, ada ratusan suku tersebar dari Sabang hingga Merauke. Ada suku yang tetap bertahan dengan nilai tradisinya, dan ada juga suku yang mulai tergeser.

Samin adalah salah satu kelompok masyarakat adat yang tinggal di pedalaman Blora, Jawa Tengah. Sebagai masyarakat yang masih memegang teguh adat dan tradisi, Samin memiliki ajaran sendiri. Salah satu ajarannya adalah menjunjung tinggi kejujuran dan tidak bersikap sombong.

Ajaran itu harus dipatuhi oleh orang-orang Samin yang juga dijuluki sebagai Sedulur Sikep. Karena ajaran ini, orang-orang Samin justru dianggap bodoh, tolol, bahkan sinting. Walau begitu masyarakat adat Samin masih tetap mempertahankan nilai-nilai tradisi mereka tersebut.

Orang lain juga bertanya?

Berpergian dengan Jalan Kaki

samin surosentiko

2020 liputan6.com

Orang Samin sering berpergian dengan berjalan kaki. Bahkan untuk perjalanan antar kota sekalipun, mereka tetap berjalan kaki. Dilansir dari Liputan6.com, ada satu cerita unik dari pengalaman orang Samin yang pergi berjalan kaki menuju Rembang.

Di tengah jalan seorang kondektur bus menawarinya untuk naik bus yang ia tumpangi. Orang Samin itu menerima tawaran kondektur itu. Akhirnya dia naik bus tujuan Rembang. Di tengah jalan, kondektur menagih ongkos bus. Bukannya membayar, orang Samin itu malah tidak mengerti kenapa ia harus ditagih uang.

Orang Samin itu kemudian bilang pada kondektur bahwa ia tidak membawa uang. Kondektur itu akhirnya menurunkannya di suatu tempat. Namun, saat hendak diturunkan, ada seorang penumpang yang hendak membayari ongkos perjalanan orang Samin itu. Bukannya berterima kasih, orang Samin itu malah menolak.

"Lebih nyaman jalan kaki saja, tidak ada yang mengajak bertengkar," kata orang Samin itu sambil melangkah kaki keluar dari bus.

Hidup Menyatu dengan Alam

warga samin berkumpul

blorakab.go.id

Orang Samin hidup menyatu dengan alam sejak dahulu kala. Pada masa penjajahan Belanda, pernah ada warga Samin yang didatangi petugas pajak Belanda. Ia hendak menagih pajak warga Samin itu. Bukannya membayar, orang Samin itu justru keluar rumah dengan membawa cangkul dan sekantung uang. Di hadapan petugas pajak itu, dia menggali tanah dengan cangkul dan menanam uang itu di dalamnya.

Pernah juga ada orang Samin yang dimintai seorang warga yang bukan Samin untuk menjaga sawahnya. Saat sang empunya sawah kembali, betapa kagetnya ia saat mengetahui sawahnya diserbu ratusan burung pipit dan Orang Samin yang menjaga sawahnya hanya diam saja.

Pemilik sawah itu langsung memarahi orang Samin itu. Dengan lugunya, orang Samin itu menjawab bahwa ia hanya disuruh untuk menjaga sawah, bukan mengusir gerombolan burung pipit yang sedang makan.

Selain dua hal di atas, konon orang Samin juga tidak mau memetik buah dari atas pohon sebelum buah itu jatuh sendiri ke tanah.

Menentang Penguasa yang Sewenang-wenang

Masyarakat Samin sejak dulu dikenal selalu menentang penguasa yang memimpin sewenang-wenang. Pada zaman Belanda, mereka dikenal selalu menolak membayar pajak dan upeti. Mereka juga menolak saat Belanda hendak mendirikan kebun jati. Kesal dengan sikap mereka, pemerintah Belanda menyebut orang Samin gila.

Dikutip dari Liputan6.com, hal ini berlanjut ketika Belanda sudah pergi dari Indonesia, masyarakat Samin menolak saat tanah mereka hendak dikuasai Perum Perhutani milik pemerintah. Hal ini membuat pemerintah mengecap mereka sebagai orang tolol.

Karena pelabelan dari dua masa pemerintahan itu, orang Samin akhirnya menjuluki diri mereka sendiri dengan nama baru, yakni Sedulur Sikep, yang artinya orang-orang yang memiliki sikap.

Punya Rasa Kemanusiaan yang Tinggi

Lipi.go.id, menyebut orang Samin tidak tinggal menggerombol. Mereka tinggal berpencar di tiap desa yang tersebar di Kabupaten Blora dan kabupaten-kabupaten lain di sekitarnya. Seperti Kabupaten Grobogan, Bojonegoro, Rembang, Pati, dan Kudus. Dalam satu desa biasanya terdiri dari 5-6 keluarga.

Dalam pergaulan sehari-hari baik terhadap sesama Samin maupun orang luar, masyarakat Samin memegang prinsip, "ono niro mergo ningsung, ono ningsung mergo niro" (saya ada karena kamu, kamu ada karena saya). Karena prinsip itu, orang Samin tidak mau menyakiti orang lain, tidak mau mengambil hak orang lain, tapi mereka juga tidak mau hak-hak mereka dirampas. (mdk/shr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ajaran Samin Didorong Masuk Kurikulum Sekolah di Blora, Ini Fakta di Baliknya
Ajaran Samin Didorong Masuk Kurikulum Sekolah di Blora, Ini Fakta di Baliknya

Salah satu hal yang bisa dipetik dari ajaran Samin Sureosentiko adalah tentang tindakan apa adanya.

Baca Selengkapnya
Kini Tanah Makamnya Dipindahkan ke Bojonegoro, Begini Kisah Perjuangan Raja Jawa Jadi Buruh Batu Bara di Pengasingan
Kini Tanah Makamnya Dipindahkan ke Bojonegoro, Begini Kisah Perjuangan Raja Jawa Jadi Buruh Batu Bara di Pengasingan

Samin Surosentiko dikenal sebagai penentang keras kolonialisme.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Desa Sade di Pulau Lombok, Rumah Bagi Masyarakat Suku Sasak yang Setia Pertahankan Budaya Leluhur
Mengunjungi Desa Sade di Pulau Lombok, Rumah Bagi Masyarakat Suku Sasak yang Setia Pertahankan Budaya Leluhur

Di desa itu, mereka menjaga tradisi dan kearifan lokal yang telah mereka miliki selama berabad-abad.

Baca Selengkapnya
Menolak Bergabung dengan Wilayah Malaysia, Intip Uniknya Desa Budaya Pampang di Samarinda
Menolak Bergabung dengan Wilayah Malaysia, Intip Uniknya Desa Budaya Pampang di Samarinda

Di Desa Budaya Pampang pengunjung nantinya akan dijelaskan makna dari setiap kesenian yang akan ditampilkan.

Baca Selengkapnya
Merasakan Kearifan Lokal Sunda di Desa Wisata Selamanik Ciamis, Dapat Penghargaan Kemenparekraf
Merasakan Kearifan Lokal Sunda di Desa Wisata Selamanik Ciamis, Dapat Penghargaan Kemenparekraf

Desa wisata Selamanik layak dikunjungi saat berkunjung ke Kabupaten Ciamis.

Baca Selengkapnya
Pernah Melawan Penjajah Belanda Sampai 50 Tahun, Begini Sejarah Suku Basemah di Sumatera Selatan
Pernah Melawan Penjajah Belanda Sampai 50 Tahun, Begini Sejarah Suku Basemah di Sumatera Selatan

Suku asli dari kota Pagaralam, Ogan Komering Ulu Selatan, dan Muara Enim ini melakukan perlawanan terlama dalam sejarah.

Baca Selengkapnya
Tempat Suci Berusia Ribuan Tahun di Kaki Gunung Salak, Tak Jauh dari Bogor
Tempat Suci Berusia Ribuan Tahun di Kaki Gunung Salak, Tak Jauh dari Bogor

Beberapa situs dari era megalitikum ditemukan di sini. Kebudayaan seperti apa yang pernah hidup di sini ribuan tahun lalu?

Baca Selengkapnya
Melihat Nuansa Sunda Kuno di Kasepuhan Cisungsang Lebak, Konon Warisan Raja Pajajaran
Melihat Nuansa Sunda Kuno di Kasepuhan Cisungsang Lebak, Konon Warisan Raja Pajajaran

Kabarnya, tanah di Kampung Cisungsang merupakan titipan dari Raja Sunda yang bersahaja bernama Pangeran Walasungsang.

Baca Selengkapnya
Mengenal Orang Talak Mamak, Penghuni Asli Pedalaman Riau yang Bersahabat dengan Hutan
Mengenal Orang Talak Mamak, Penghuni Asli Pedalaman Riau yang Bersahabat dengan Hutan

Sebuah masyarakat yang hidup cukup terisolir di pedalaman Provinsi Riau ini sangat dekat dengan alam (hutan) dan menerapkan sistem peladangan.

Baca Selengkapnya
Berkunjung ke Kampung Tenun Samarinda, Merajut Tradisi Warisan Leluhur
Berkunjung ke Kampung Tenun Samarinda, Merajut Tradisi Warisan Leluhur

Para perempuan turut mewariskan keahliannya itu ke generasi selanjutnya agar kerajinan tangan ini tidak punah dimakan zaman modern.

Baca Selengkapnya
Desa di Bojonegoro Ini Jadi Daerah Istimewa sejak Kerajaan Majapahit, Syekh Jumadil Kubro Sesepuh Wali Songo Pernah Tinggal di Sini
Desa di Bojonegoro Ini Jadi Daerah Istimewa sejak Kerajaan Majapahit, Syekh Jumadil Kubro Sesepuh Wali Songo Pernah Tinggal di Sini

Desa ini dikenal sebagai pusat peradaban sejak zaman Hindu Buddha di Indonesia

Baca Selengkapnya
Suku Pemberani dan Ahli Bangun Candi Ini Sudah Ada Sebelum Hindu Buddha Masuk Pulau Jawa, Kini Susah Ditemukan
Suku Pemberani dan Ahli Bangun Candi Ini Sudah Ada Sebelum Hindu Buddha Masuk Pulau Jawa, Kini Susah Ditemukan

Nenek moyang orang Jawa ini dikenal pemberani, mereka tak mau tunduk pada penguasa. Selain itu, mereka dikenal ahli bangun candi.

Baca Selengkapnya