Mengenal Jung, Kapal Raksasa Nusantara yang Lebih Besar dari Kapal Portugis
Merdeka.com - Di zaman dahulu, Indonesia begitu dikenal dan disegani karena memiliki kapal-kapal besar penguasa lautan. Maka tak heran apabila Kerajaan Majapahit bisa menguasai hampir seluruh wilayah kepulauan Nusantara dengan kapal-kapalnya.
Salah satu jenis kapal yang cukup ditakuti pada masa itu adalah Jung. Orang Melayu menyebutnya “Jong”, orang Jawa menyebutnya “Jung”, orang Portugis menyebutnya “Junco” sedangkan orang Arab menyebutnya “J-n-k”.
Tome Pires, penjelajah Portugis di abad ke-16 menyebut Jung sebagai kapal yang sangat besar hingga bisa memuat seribu orang di atasnya.
-
Siapa yang pernah menjadi penguasa lautan? Dahulu Bumi pernah dihuni oleh hewan-hewan raksasa dengan ukuran dan kekuatan yang sangat sulit dibayangkan. Mereka ada yang menjadi penguasa di lautan, merayap di daratan, bahkan menjadi penguasa ekosistem.
-
Mengapa kapal tersebut penting? Penelitian ini bagian dari misi untuk melestarikan dan melindungi dua bangka kapal ini yang dinilai sangat penting bagi arkeologi dunia, menurut pengumuman Badan Warisan Kebudayaan Nasional China.
-
Kapal apa yang dipakai untuk berlayar di laut Nusantara? Moda transportasi utama dalam mengarungi lautan Nusantaraadalah kapal. Jenis kapal paling terkenal adalah jung.
-
Kenapa perahu nelayan Indramayu dibuat berukuran besar? Para nelayan membutuhkan perahu yang besar, kokoh dan tangguh dalam mengaruhi lautan agar pekerjaannya berjalan dengan lancar.
-
Siapa yang menemukan kapal tersebut? Dilansir Arkeonews, kapal ini ditemukan pada Oktober 2023 oleh tim peneliti Institut Ilmu Laut Dalam dan Teknik Akademi Sains China.
-
Di mana Pelabuhan Juwana berperan penting? Dalam catatan sejarah kuno, Pelabuhan Juwana termasuk dalam titik pantai utara Jawa yang berperan krusial sebagai titik dan pusat perekonomian di Pati.
Lantas seperti apa kejayaan Jung dalam dunia pelayaran Nusantara pada masanya? Berikut selengkapnya:
Nyaris Hilang dari Catatan Sejarah
©Wikipedia.org
Melansir dari Indonesia.go.id, Jung adalah kapal raksasa dari zaman kuno yang nyaris hilang dari catatan sejarah. Dalam literatur dalam negeri, keberadaan kapal raksasa ini justru muncul dalam novel Pramoedya Ananta Toer berjudul “Arus Balik”. Dalam novel itu, Jung digambarkan sebagai kapal-kapal milik Kerajaan Majapahit.
“Dahulu ada seorang anak desa, Nala namanya. Dia berasal dari sebuah kampung nelayan di Tuban. Seorang bocah yang oleh para dewa dikaruniai dengan banyak cipta. Untuk Majapahit dia ciptakan kapal-kapal besar dari lima puluh depa panjang dan sepuluh depa lebar. Bisa mengangkut sampai delapan ratus prajurit dan dua ratus tawanan. Kapal-kapal besar, terbesar di dunia ini, di seluruh jagad ini,” tulis Pramoedya dalam novelnya, seperti mengutip dari Indonesia.go.id.
Kapal Dagang Asia Tenggara
Pierre-Yves Manguin, salah seorang ilmuwan sejarah asal Prancis, menulis khusus tentang Jung. Menurutnya, kapal-kapal raksasa itu berasal dari galangan kapal yang dekat ddengan ngna hutan jati di Cirebon, Jepara, dan Tuban.
Waktu itu, Jung dimanfaatkan sebagai kapal dagang orang Asia Tenggara. Kelebihan utama dari kapal raksasa ini adalah kapasitasnya yang besar dan bisa dimanfaatkan untuk membawa komoditas yang bernilai tinggi.
Dalam buku abad ke-3 berjudul “Hal-Hal Aneh dari Selatan” karya Wa Chen, kapal ini memiliki berat sekitar 250-1.000 ton. Kapal Jung yang besar panjangnya bisa mencapai lebih dari 50 meter. Sementara tingginya di atas air bisa mencapai 4-7 meter.
Tidak Mempan Ditembak Meriam
©Wikipedia.org
Dalam catatan Gaspar Correia, penulis sejarah abad ke-16 Masehi, kapal raksasa itu tidak mempan ditembaki meriam yang terbesar. Hanya dua lapis papan dari empat lapis papan pada kapal itu.
Sementara itu kapten Portugis Alfonso Albuquerque mencatat kalau Jung memiliki empat tiang layar. Bobot muatannya bisa mencapai 600 ton. Sementara Jung yang dimiliki Kerajaan Demak bobotnya mencapai 1.000 ton.
Penulis Portugis Fernao Pires de Andrade mencatat bahwa butuh tiga tahun untuk membangun satu unit Jung. Bahkan pedagang Italia, Giovanni da Empoli menyebut bahwa di tanah Jawa, Jung tidak berbeda dengan benteng, karena tidak dapat dirusak dengan senjata altileri.
Hilangnya Jung
Sejarawan Anthony Reid mengatakan bahwa kegagalan Pati Unus dalam pertempuran melawan Portugis di Malaka membawa pengaruh besar bagi hilangnya kapal-kapal besar dari galangan-galangan kapal yang tersebar di pesisir. Salah satu penyebab lain adalah penguasa Mataram yang menghancurkan sendiri kota-kota pesisir yang memiliki galangan kapal.
Bahkan tahun 1655, Raja Amangkurat I, penguasa Kerajaan Mataram saat itu, memerintahkan untuk menutup pelabuhan dan menghancurkan kapal-kapal. Hal ini dilakukan demi menghindari terjadinya pemberontakan.
Kondisi inipun diperpuruk saat giliran VOC yang menguasai pelabuhan-pelabuhan pesisir pada abad ke-18. Dilansir dari Indonesia.go.id, pada saat itu VOC melarang galangan kapal membuat kapal dengan berat melebihi 50 ton dan menempatkan pengawas di masing-masing kota pelabuhan. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut tutur pitutur sejarah, kapal-kapal buatan Dasun terkenal akan kualitasnya. Bahkan, kemampuan berlayar bisa hingga lintas benua di Brazil.
Baca SelengkapnyaHingga kini, jejak keberadaan Portugis masih bisa dijumpai pada banyak lokasi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaAda banyak pelaut ulung pada zaman kerajaan yang menginsiprasi
Baca SelengkapnyaKapal pinisi menjadi salah satu warisan budaya dunia berasal dari Indonesia, tepatnya dari suku Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan.
Baca SelengkapnyaAndi Sumpu Muhammad yang diberi gelar Panglima Jukse Besi, dikenal dengan kesaktiannya.
Baca SelengkapnyaPerkakas kapal itu merupakan peninggalan bangsa Portugis yang datang di awal abad ke-16.
Baca SelengkapnyaPada tahun 1950-an, ia mencatat barang-barang yang dijual di Pelabuhan Tuban
Baca SelengkapnyaMengenal Lancang, kapal yang digunakan orang Sumatra Timur hingga asal usul istilah Kota Riau.
Baca SelengkapnyaMenguak sejarah Pulau Onrust yang berada di antara Kepulauan Seribu yang konon menjadi titik penting ketika masa kolonial.
Baca SelengkapnyaPulau Jawa adalah pusat kepadatan penduduk dan aktivitas ekonomi negara Indonesia.
Baca SelengkapnyaSalah satu figur pahlawan legendaris dari Pulau Bintan yang berjasa melindungi tanah kelahirannya dari jajahan bangsa Portugis.
Baca SelengkapnyaIni fakta-fakta seputar Kali Angke yang bersejarah di Jakarta.
Baca Selengkapnya