Mengenal Sejarah Kerajinan Perak di Kotagede, Pernah Terkenal Hingga ke Mancanegara
Merdeka.com - Kotagede merupakan sebuah wilayah yang memiliki nilai sejarah di Kota Yogyakarta. Dulunya, daerah itu merupakan tempat berdirinya Kerajaan Mataram Islam dengan Panembahan Senopati sebagai raja pertamanya.
Keberadaan pengrajin perak di kota itu mucul seiring dengan tumbuhnya pusat kerajaan itu. Saat pusat Kerajaan Mataram pindah ke Pleret, para pengrajin perak tetap tinggal di kota itu untuk melayani permintaan dari masyarakat umum.
Saat masuknya Belanda ke Indonesia dengan perusahaan VOC-nya pada abad ke-16, perdagangan kerajinan perak di Kotagede justru tumbuh semakin pesat. Waktu itu, banyak pedagang VOC yang memesan alat-alat rumah tangga dari emas, perak, tembaga, dan kuningan ke penduduk setempat di sana.
-
Kapan kerajinan perak Koto Gadang mulai dikenal? Sejak 1911 Sejarah perkembangan kerajinan perak di Koto Gadang ternyata sudah begitu lama. Produk perak dari desa ini sudah dikenal sejak tahun 1911, khususnya saat bangsa-bangsa Eropa yang datang ke Sumatera.
-
Dimana kerajinan perak Koto Gadang berada? Koto Gadang merupakan sebuah nagari atau desa di Kabupaten Agam yang terkenal dengan kerajinan peraknya.
-
Apa yang membuat kerajinan perak Koto Gadang istimewa? Dilansir dari laman indonesiakaya.com, kerajinan perak di desa ini memiliki keunikan yang terletak pada bentuknya yang halus dan warna yang tidak terlalu berkilau.
-
Siapa yang mendirikan Kotagede? Kota kuno itu didirikan langsung oleh Panembahan Senopati, raja pertama Mataram pada tahun 1532 Masehi.
-
Dimana letak Kotagede? Lokasinya berada di ujung tenggara kota dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Bantul.
-
Kenapa Kotagede punya banyak bangunan bercorak Jawa-Hindu? Bangunan Joglo pada periode Jawa-Hindu memiliki ornamen berupa ukiran daun-daunan, sulur-suluran, bunga teratai, dan gambar binatang.
Setelah sekian lama kemudian Yogyakarta dikuasai pemerintah Hindia Belanda. Tapi sejak saat itulah era baru sentra kerajinan perak Kotagede dimulai.
Kerajinan Perak Kotagede di Zaman Belanda
©Bumn.go.id
Kepala Museum Sonobudoyo Yogyakarta, Setyawan Sahli, mengatakan pada awalnya kerajinan perak di Kotagede hanyalah produk terbatas yang kemudian bertransformasi menjadi industri. Sejak kedatangan penjajah Belanda, mereka turut berperan dalam mengubah wajah industri perak di sana dengan memadukan kultur barat dan timur.
Dikutip dari Liputan6.com, Minggu (9/11), pecahnya Kerajaan Mataram Islam menjadi Kraton Yogyakarta dan Kraton Surakarta berdampak pada kerajinan perak di Kotagede. Saat itu, sentra kerajinan itu harus melayani permintaan empat kraton sekaligus yaitu Kasultanan Ngayogyakarta, Kasunanan Surakarta, Puro Pakualaman, dan Mangkunegaran.
Sekolah Para Pengrajin Perak
©Kemenperin.go.id
Totalitas Kotagede sebagai tempat pengrajin perak ditunjukkan dengan berdirinya Kunstambachtsschool atau Sekolah Seni Kerajinan Sedyaning Piwoelang Angesti Boedi yang didirikan oleh Java Instituut pada tahun 1939. Dulunya, bangunan sekolah itu masih satu kompleks dengan Gedung Museum Sonobudoyo.
Dari murid-murid yang belajar di sekolah itu, lahir berbagai kerajinan perak yang unik. Sayangnya, sekolah ini hanya meluluskan satu angkatan (1939-1941) karena tak lama kemudian meletuslah Perang Dunia II di mana Jepang berhasil menguasai wilayah Hindia Belanda.
Masa Kejayaan Perak Kotagede
©panduanwisata.id
Masa kejayaan perak di Kotagede terjadi pada era 1970 hingga 1980. Dilansir dari ANTARA, pada waktu itu para pengusaha perak di sana sering mengekspor produknya hingga mancanegara seperti Malaysia, Pakistan, Arab, dan Romania. Saat itu jenis kerajinan yang banyak dipesan adalah alat-alat makan.
Namun, setelah mengalami era kejayaan, perlahan-lahan pesona Kotagede sebagai tempat kerajinan perak terus meredup. Bahkan kini umumnya para pengrajin perak di sana hanya memasarkan produk di wilayah Yogyakarta dan sekitaran Pulau Jawa. Tak hanya itu, merekapun sering kali hanya mengandalkan pembeli yang datang ke toko mereka saja.
Alami Kemunduran
©panduanwisata.id
Kemunduran kerajinan perak di Kotagede sangat berdampak pada kehidupan masyarakat di sana yang sebagian besar mengandalkan perak sebagai sumber penghasilan utama. Bahkan sebagian pemilik toko kerajinan itu sudah tidak mempekerjakan karyawan.
Beberapa usaha pengrajin bahkan memilih tutup karena sudah tak mampu lagi membayar sewa tempat usaha. Salah satu pengusaha perak Kotagede, Priyo Salim, mengatakan permasalahan usaha kerajinan perak di sana sebenarnya cukup rumit.
Masalah itu adalah mulai banyaknya konsumen yang memilih membeli produk secara online. Oleh karena itu ia mengatakan harus ada pembenahan besar-besaran kalau ingin membenahi penjualan kerajinan perak di sana baik dari penyediaan dan pengelolaan bahan baku, teknik produksi, maupun pemasaran.
Berharap Peran Pemerintah
©panduanwisata.id
Dengan keadaan yang dialami para pengrajin perak Kotagede, Priyo berharap ada peran pemerintah dalam membangkitkan kembali kerajinan perak di sana.
Dia berharap pemerintah bisa membantu para pengrajin membenahi teknik produksi dan pemasaran serta melakukan regenerasi dengan mengadakan pelatihan membuat kerajinan perak pada siswa-siswi sekolah kejuruan.
Selain itu pemerintah juga perlu mendukung para pelaku kerajinan perak mengikuti pameran kerajinan di dalam maupun di luar negeri. Dengan begitu, Priyo percaya kerajinan perak Kotagede bakal berjaya kembali. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kerajinan perak di desa ini memiliki keunikan yang terletak pada bentuknya yang halus dan warna yang tidak terlalu berkilau
Baca SelengkapnyaKini rumah ini menjadi sebuah museum yang bisa dikunjungi wisatawan secara gratis
Baca SelengkapnyaBekasi sudah dikenal sebagai kota industri sejak zaman kerajaan. Kini di sana juga ditemukan sumber minyak baru.
Baca SelengkapnyaDesa itu memiliki beragam potensi wisata kuliner, sejarah, dan budaya
Baca SelengkapnyaAneka olahan rotan khas Tegal Wangi Cirebon ini bermula dari lamaran seorang pangeran terhadap gadis desa yang ditolak di abad ke-15 silam.
Baca SelengkapnyaPurwakarta telah berevolusi cukup lama hingga dikenal sebagai kota pensiunan. Kisahnya penuh perjuangan sejak masa pra sejarah.
Baca SelengkapnyaDidesain sebagai kota modern pada era VOC, salah satu daerah di Sumenep ini sibuk banget pada zamannya. Aktivitas perdagangan seolah tiada henti.
Baca SelengkapnyaMasyarakat di kawasan Plered sudah menekuni kerajinan ini sejak zaman kolonial Belanda.
Baca SelengkapnyaDemak masa lalu merupakan kota pelabuhan yang sangat berpengaruh di pesisir Jawa.
Baca SelengkapnyaAktivitas perdagangna besi di tempat itu sudah ramai sejak abad ke-14
Baca SelengkapnyaBanyak orang yang mengira, kawasan Kota Tua hanya ada di Semarang dan Jakarta.
Baca SelengkapnyaMengenal Pewter, kerajinan tradisional dari bahan timah khas masyarakat Pulau Bangka
Baca Selengkapnya