Viral Isu Tsunami 20 Meter di Pulau Jawa, UGM Justru Kembangkan Alat Ini
Merdeka.com - Berdasarkan riset yang dilakukan oleh tim peneliti ITB, pantai selatan Pulau Jawa berpotensi terjadi tsunami setinggi 20 meter. Hal itu mengacu pada data global positioning system (GPS) dengan tingkat akurasi yang tinggi. GPS pada penelitian tersebut memiliki tingkat akurasi hingga satuan milimeter.
Walau begitu, tak ada yang tahu kapan bencana besar itu akan terjadi. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa kemungkinan itu merupakan skenario terburuk sehingga perlu diwaspadai oleh masyarakat.
“Hasil penelitian yang dilakukan BMKG, ITB, dan KKP itu mengungkapkan ada zona yang selama ini terkunci dan belum lepas, sehingga energi gempanya tertahan. Nah, zona itu ada di selatan Jawa Barat dan selatan Jawa Timur. Jika kuncinya lepas bareng-bareng, maka energi gempa yang diakibatkan bisa mencapai magnitudo 9 dan menimbulkan tsunami 20 meter,” kata Dwikorita dikutip dari Merdeka.com pada Sabtu (26/9).
-
Kapan alat deteksi gempa dari Jogja mulai diuji coba? Sepanjang proses uji coba, alat tersebut mampu memprediksi gempa yang terjadi di barat Bengkulu dengan magnitude 5,2 pada 28 Agustus 2020, gempa barat daya Banten pada 26 Agustus 2020, barat daya Bengkulu dengan magnitude 5,1 pada 29 Agustus 2020, dan Barat Daya Sinabang Aceh dengan magnitude 5,0.
-
Bagaimana cara kerja alat deteksi gempa dari Jogja? Dikutip dari Indonesia.go.id, alat deteksi gempa itu tersusun dari sejumlah komponen seperti dektektor perubahan level air tanah. Apabila akan terjadi gmepa, akan terjadi fenomena paparan gas radon alam dari tanah yang meningkat secara signifikan.
-
Mengapa alat deteksi gempa dari Jogja masih dalam pengembangan? Meski demikian, Sunarno mengakui bahwa tim UGM tidak memiliki hak untuk mengumumkan hasil publikasi itu kepada public karena berdasarkan United State of Geological Survey (USGS), sistem peringatan gempa yang ideal terdiri dari tanggal dan waktu, magnitudo, dan lokasi. Pada saat itu, sistem peringatan dini gempa UGM masih dalam pengembangan untuk mencapai sistem peringatan gempa bumi yang ideal.
-
Kenapa Gempa Bantul jadi alarm? “Gempa malam ini merupakan alarm yang mengingatkan kita bahwa zona subduksi di selatan Jawa memang masih aktif,“ kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, dikutip dari ANTARA.
-
Dimana gempa terjadi? Sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @batang.update memperlihatkan seorang anak dan ibu yang mencoba berlindung dari gempa Batang berkekuatan Magnitudo 4,4 pada 7 Juli kemarin.
Di sisi lain, tim peneliti UGM telah mengembangkan sistem peringatan dini gempa bumi yang mampu mendeteksi dan memberikan peringatan gempa. Sistem ini juga dipercaya bisa memprediksi terjadinya gempa bumi 1-3 hari sebelum gempa itu terjadi. Cakupan wilayahnya juga luas, dari Sabang sampai Nusa Tenggara Timur. Berikut selengkapnya:
Cara Kerja Sistem Peringatan Gempa
©Ugm.ac.id
Ketua tim riset Laboratorium Sistem Sensor dan Terkontrol, Prof. Ir. Sunarno, Ph.D mengungkapkan sistem itu akan bekerja dengan menangkap anomali alam yang menjadi pertanda akan terjadinya sebuah gempa. Dia mengungkapkan, apabila akan terjadi gempa, akan muncul paparan gas radon alam dari tanah yang meningkat secara signifikan.
Informasi tanda-tanda gempa itu kemudian dideteksi oleh alat EWS dan akan mengirimkannya pada handphone tim pendeteksi gempa. Alat EWS tersusun dari sejumlah komponen seperti detektor perubahan air tanah dan gas radon, pengkondisi sinyal, kontroler, penyimpan data, sumber daya listrik, dan teknologi internet.
Telah Terbukti
©Ugm.ac.id
Sunarno mengatakan sistem ini telah diterapkan dan terbukti mampu memprediksi terjadinya gempa bumi seperti gempa di barat Bengkulu dengan kekuatan M 5,2 (28/8/2020), barat daya Banten yang berkekuatan M 5,3 (26/8/2020), barat daya Bengkulu dengan kekuatan M5,1 (29/8/2020), Barat Daya Sinabang Aceh dengan kekuatan M 5,0 (1/9/2020), Barat Daya Pacitan dengan kekuatan M 5,1 (10/9/2020), serta Tenggara Naganraya Aceh berkekuatan M 5,4 (14/9/2020).
Sunarno menyebutkan bahwa sistem deteksi tersebut diperlukan untuk membentuk kesiapsiagaan masyarakat, aparat, dan akademisi, untuk mengurangi risiko bencana. Hal ini dikarenakan Indonesia berada di 3 lempeng tektonik dunia, sehingga rentan terjadi gempa.
Akan Terus Dikembangkan
©Ugm.ac.id
Sunarno mengatakan sistem peringatan gempa itu akan terus dikembangkan sehingga mampu memprediksi waktu terjadinya gempa bumi secara tepat. Selain itu, kapasitasnya akan diperbanyak karena saat ini baru ada 5 stasiun pantau/EWS yang tersebar di DIY dalam setiap 5 detik mengirim data ke server melalui teknologi internet of thing (loT).
“Lima EWS ini masih di sekitar DIY. Jika seandainya terpasang di antara Aceh hingga NTT kita dapat memperkirakan secara lebih baik, yakni dapat memperkirakan lokasi dengan lebih tepat,” terang Sunarno dikutip dari ugm.ac.id. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pihak UGM belum bisa mengumumkan hasil deteksi peralatan ini ke publik karena alat ini masih butuh pengembangan
Baca SelengkapnyaPotensi terjadinya gempa besar dan tsunami ini sejatinya hampir merata di sepanjang pesisir selatan pulau Sumatera, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara.
Baca SelengkapnyaPemerintah perlu memperhatikan penanggulangan bencana Megathrust ini sesuai Undang-Undang tentang Penanggulangan Bencana.
Baca SelengkapnyaDaryono mengatakan, gempa besar pada dua megathrust di Indonesia tinggal menunggu waktu.
Baca SelengkapnyaDi Jawa Timur terdapat 8 daerah di pesisir selatan yang berpotensi terdampak gempa megathrust, salah satunya Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaBMKG mencatat bahwa di Indonesia terdapat banyak potensi gempa akibat pergerakan lempeng di zona megathrust.
Baca SelengkapnyaBahkan menurut BMKG, potensi terjadinya megathrust hanya tinggal menunggu waktu saja.
Baca SelengkapnyaCerita Plt BMKG Dwikorita Karnawati pernah dipanggil polisi karena sampaikan berita peringatan gempa.
Baca SelengkapnyaKepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan potensi terjadinya di gempa megathrust di Indonesia sangat bisa saja terjadi
Baca SelengkapnyaMahasiswa Universitas Brawjaya menciptakan lampu pendeteksi dini gempa bumi. Lampu ini bisa meminimalkan jumlah korban jiwa.
Baca SelengkapnyaSuharyanto menerangkan, kesiapsiagaan tersebut dilatarbelakangi prediksi oleh para ilmuan dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Baca SelengkapnyaAncaman gempa bumi ini membayangi Jakarta yang berada tak jauh dari zona Megathrust Selat Sunda.
Baca Selengkapnya