26 Agustus 1910 Kelahiran Bunda Teresa, Biarawati Katolik yang Disebut Orang Suci
Bunda Teresa dikenal sebagai pribadi yang penuh cinta kasih dan tak pernah lelah membantu sesama.
Bunda Teresa, yang lahir dengan nama Agnes Gonxha Bojaxhiu pada 26 Agustus 1910 di Skopje, Makedonia, adalah sosok yang diakui dunia sebagai simbol kasih dan pengabdian.
Dengan semangat yang luar biasa, ia mendedikasikan hidupnya untuk melayani orang-orang miskin, sakit, dan terlantar di seluruh dunia, terutama di Kolkata, India.
-
Siapa Uskup Agung Pertama Indonesia? Sosok Albertus Soegijapranata punya jasa besar dalam membantu kemerdekaan Indonesia.
-
Siapa yang membangun Gereja Perawan Maria? Di dalam kompleks kastil ini juga ditemukan reruntuhan Gereja Perawan Maria, yang dibangun pada masa pemerintahan Raja Sigismund pada abad ke-14.
-
Dimana Maria lahir? Dilahirkan di Jakarta pada 13 Desember 2002, Maria Theodore memiliki darah keturunan Indonesia dan Amerika Serikat yang membuatnya menarik banyak perhatian dengan pesonanya.
-
Siapa pendiri Tapak Suci? Dua muridnya, A. Dimyati dan M. Wahib, mendirikan Paguron Kauman di Yogyakarta pada tahun 1925.
-
Siapa yang melahirkan Isa AS? 'Hanah melahirkan Maryam, Maryam melahirkan Isa AS. Keluarlah wahai jabang bayi dengan kekuasaan Maha Raja Yang Maha disembah.
-
Kapan Dewi Kilisuci mendapat gelar Dewi Kilisuci? Setelah selesai bertapa, ia diberi gelar Dewi Kilisuci yang artinya pertapa yang bersih atau suci.
Melalui karya kemanusiaannya, Bunda Teresa mendirikan Misionaris Cinta Kasih, sebuah ordo religius yang fokus pada membantu mereka yang paling membutuhkan.
Keberanian dan ketulusan hatinya dalam menghadapi kemiskinan ekstrem membuatnya dihormati dan dikagumi oleh banyak orang dari berbagai latar belakang.
Di tengah tantangan dan keterbatasan yang dihadapinya, ia tetap teguh menjalankan misinya untuk memberikan perhatian dan perawatan kepada mereka yang dianggap "tidak tersentuh" oleh masyarakat.
Karya-karyanya melampaui sekadar bantuan fisik; ia juga memberikan harapan dan martabat kepada mereka yang selama ini terabaikan.
Tidak heran jika pada tahun 1979, Bunda Teresa dianugerahi Penghargaan Nobel Perdamaian sebagai pengakuan atas usahanya dalam mempromosikan perdamaian melalui belas kasih dan tindakan nyata.
Berikut kisah hidup Bunda Teresa yang lahir pada hari ini, 26 Agustus 1910 silam.
Masa Kecil Bunda Teresa
Bunda Teresa, yang lahir dengan nama Agnes Gonxha Bojaxhiu, tumbuh dalam keluarga Katolik Albania yang taat di kota Skopje, yang saat itu masih bagian dari Kekaisaran Ottoman (sekarang Makedonia Utara).
Ia lahir pada tanggal 26 Agustus 1910, dan dibaptis sehari setelahnya. Agnes adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Ayahnya, Nikola Bojaxhiu, adalah seorang pengusaha yang aktif dalam politik lokal, sementara ibunya, Dranafile Bojaxhiu, adalah seorang ibu rumah tangga yang sangat religius.
Keluarga mereka hidup dengan prinsip-prinsip keagamaan yang kuat, dan hal ini menjadi landasan bagi kehidupan spiritual Agnes sejak dini. Masa kecil Agnes tidak sepenuhnya mulus. Ketika ia berusia delapan tahun, ayahnya meninggal secara tiba-tiba, meninggalkan ibunya untuk merawat ketiga anak mereka sendirian.
Kematian sang ayah membawa perubahan besar dalam kehidupan keluarga mereka, tetapi ibunya tetap berpegang teguh pada iman dan terus menanamkan nilai-nilai kasih sayang dan kepedulian terhadap orang lain pada anak-anaknya.
Di bawah bimbingan ibunya, Agnes belajar tentang pentingnya membantu mereka yang kurang beruntung, sebuah pelajaran yang kelak sangat memengaruhi jalan hidupnya.Ketika masih remaja, Agnes sudah menunjukkan minat besar terhadap kehidupan religius.
Pada usia 12 tahun, ia merasakan panggilan untuk menjalani hidup sebagai biarawati dan melayani orang lain. Keputusan ini semakin kuat seiring berjalannya waktu, dan pada usia 18 tahun, Agnes meninggalkan rumahnya untuk bergabung dengan Ordo Loreto di Dublin, Irlandia, yang kemudian membawanya ke India.
Di sinilah awal dari perjalanan panjangnya dalam melayani umat manusia, yang membuatnya dikenal sebagai Bunda Teresa.
Misionaris Cinta Kasih
Pada 10 September 1946, Agnes mengalami apa yang kemudian ia gambarkan sebagai "panggilan dalam panggilan" ketika ia melakukan perjalanan dengan kereta api ke biara Loreto di Darjeeling dari Kalkuta untuk retret tahunannya.
Ia memulai pekerjaan misionaris dengan orang miskin pada tahun 1948, mengganti pakaian tradisional Loreto-nya dengan sari katun putih sederhana dengan pinggiran biru.
Bunda Teresa mengadopsi kewarganegaraan India, menghabiskan beberapa bulan di Patna untuk menerima pelatihan medis dasar di Rumah Sakit Keluarga Kudus dan menjelajah ke daerah kumuh. Ia mendirikan sekolah di Motijhil, Kalkuta, sebelum ia mulai merawat orang miskin dan lapar.
Misionaris Cinta Kasih (Missionaries of Charity) adalah ordo religius yang didirikan oleh Bunda Teresa pada tahun 1950 di Kolkata, India. Ordo ini didirikan dengan misi utama untuk melayani "yang termiskin dari yang miskin" tanpa memandang ras, agama, atau latar belakang sosial.
Bunda Teresa memulai ordo ini dengan hanya beberapa orang yang berbagi visi dan semangat yang sama untuk membantu mereka yang terlantar, sakit, dan membutuhkan. Dalam waktu singkat, Misionaris Cinta Kasih berkembang menjadi sebuah organisasi global dengan ribuan anggota yang tersebar di berbagai negara.
Ordo ini berfokus pada memberikan perawatan kepada mereka yang paling membutuhkan, seperti orang-orang yang sekarat, anak-anak terlantar, penderita kusta, dan orang miskin.
Misionaris Cinta Kasih dikenal karena dedikasi mereka yang tanpa pamrih dan kerja keras dalam memberikan pelayanan langsung di lingkungan yang sangat sulit. Para suster dalam ordo ini menjalani kehidupan yang sederhana dan bersahaja, meneladani semangat Bunda Teresa yang selalu mendahulukan kepentingan orang lain di atas dirinya sendiri.
Seiring berjalannya waktu, Misionaris Cinta Kasih terus berkembang dan kini memiliki rumah-rumah misi di lebih dari 130 negara. Selain merawat yang sakit dan terlantar, ordo ini juga mendirikan sekolah, panti asuhan, dan pusat perawatan untuk penderita HIV/AIDS.
Raih Nobel Perdamaian
Bunda Teresa menerima Penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 1979 sebagai pengakuan atas dedikasinya yang luar biasa dalam melayani orang-orang miskin, sakit, dan terlantar.
Penghargaan ini diberikan kepadanya karena komitmennya yang tak kenal lelah untuk mempromosikan perdamaian melalui tindakan kasih dan pelayanan kepada mereka yang paling membutuhkan.
Karya Bunda Teresa, terutama melalui Misionaris Cinta Kasih yang ia dirikan, telah menyentuh kehidupan jutaan orang di seluruh dunia, menjadikannya simbol kasih sayang dan kemanusiaan global.
Dalam pidato penerimaan Nobel-nya, Bunda Teresa menekankan pentingnya cinta kasih sebagai landasan perdamaian dunia. Ia berbicara tentang bagaimana kemiskinan dan penderitaan dapat diatasi melalui tindakan kasih yang sederhana namun penuh makna.
Alih-alih mengadakan perjamuan mewah untuk merayakan kemenangannya, ia meminta agar uang yang dialokasikan digunakan untuk membantu orang miskin di India. Sikap rendah hati dan fokusnya pada kesejahteraan orang lain sangat mencerminkan prinsip-prinsip hidup yang ia pegang teguh.
Pada tahun-tahun terakhir kehidupannya, kondisinya semakin memburuk. Ia menderita berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan jantung, paru-paru, dan ginjal. Bunda Teresa meninggal dunia pada tanggal 5 September 1997 di Kolkata, India, pada usia 87 tahun.
Pemakaman Bunda Teresa diadakan pada tanggal 13 September 1997 dan dihadiri oleh tokoh-tokoh dunia, pemimpin berbagai agama, dan ribuan orang yang pernah tersentuh oleh karyanya. Ia diberikan pemakaman kenegaraan oleh pemerintah India, sebuah penghormatan yang jarang diberikan kepada tokoh non-politik.
Pada tahun 2003, Bunda Teresa dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II, langkah pertama menuju kanonisasi sebagai santo. Kemudian, pada 4 September 2016, Paus Fransiskus mengkanonisasinya sebagai Santa Teresa dari Kolkata, memperkuat statusnya sebagai simbol global cinta kasih dan pengabdian tanpa pamrih.