5 Keistimewaan Candi di Jawa Timur, Saksi Perkembangan Beragam Agama
Merdeka.com - Pada awal abad ke-10 M tepatnya tahun 929 M, pusat pemerintahan di Jawa berpindah ke Jawa Timur. Mpu Sindok, keturunan raja-raja Mataram Hindu, mendirikan kerajaan di Jawa Timur dengan pusat pemerintahan di Watugaluh. Pusat pemerintahan ini diperkirakan berlokasi di daerah Jombang.
Mpu Sindok kemudian digantikan oleh putrinya, Sri Isyana Tunggawijaya. Raja-raja selanjutnya disebut sebagai Wangsa Isyana. Cucu Ratu Isyana Tunggawijaya, Mahendratta menikah dengan Raja Bali, Udayana.
Mahedratta dan Udaya dikaruniai seorang putra yang diberi nama Airlangga. Raja-raja keturunan Airlangga inilah yang memerintahkan pembangunan sebagian besar candi di Jawa Timur.
-
Mengapa Candi Jawi unik? Berbeda dari candi-candi lain di Jawa Timur yang dibangun menghadap ke barat, Candi Jawi dibangun menghadap ke timur, sedikit menyerong ke arah timur laut.
-
Kenapa Candi Sukuh terlihat berbeda dari candi lain? Penyimpangan diduga karena candi ini dibangun pada masa memudarnya pengaruh Hinduisme di Jawa.
-
Candi Badut di Jawa Timur, apa yang uniknya? Ciri yang membedakan Candi Badut dari candi lain di Jawa Timur, yaitu pahatan kalamakara yang menghiasi ambang pintu. Umumnya, relief kepala raksasa di candi-candi Jawa Timur dibuat lengkap dengan rahang bawah. Sementara kalamakara di Candi Badut dibuat tanpa rahang bawah, mirip dengan candi-candi di Jawa tengah.
-
Apa yang istimewa di Candi Prambanan? Peninggalan sejarah yang tidak boleh Anda lewatkan untuk mengisi libur akhir tahun adalah Candi Prambanan. Candi Hindu setinggi 47 meter ini dibangun oleh Dinasti Sanjaya pada abad ke-9. Selain dapat menikmati kemegahan dari warisan sejarahnya, kamu juga dapat menonton pertunjukan budaya Sendratari Ramayana Prambanan yang biasanya digelar setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.
-
Di mana Candi Jawi berada? Candi Jawi berada di Desa Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan.
-
Candi Jabung, apa itu? Candi Jabung, atau yang dikenal dengan nama Bajrajinaparamitapura, terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo.
Ciri Candi di Jawa Timur
©2021 Merdeka.com/Perpusnas Indonesia
Candi di Jawa Timur memiliki ciri yang berbeda dengan yang ada di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Di Jawa Timur tidak didapati candi berukuran besar atau luas, seperti Borobudur, Prambanan atau Candi Sewu di Jawa Tengah. Satu-satunya candi yang menempati kompleks agak luas ialah Candi Penataran di Blitar.
Secara umum, Candi di Jawa Timur dikenal lebih artistik. Tatakan atau kaki candi umumnya lebih tinggi dan berbentuk selasar bertingkat. Orang harus melintasi selasar-selasar bertingkat yang dihubungkan dengan tangga untuk sampai ke bangunan utama candi.
Tubuh bangunan candi di Jawa Timur umumnya ramping dengan atap bertingkat mengecil ke atas dan puncak atap berbentuk kubus. Di sisi pintu masuk ada patung atau ukiran naga.
Keunikan lain candi-candi di Jawa Timur tampak pada reliefnya. Relief pada candi-candi Jawa Timur dipahat dengan teknik pahatan yang dangkal (tipis) dan bergaya simbolis. Objek digambarkan tampak samping. Selain itu, tokoh yang digambarkan biasanya diambil dari cerita wayang, sebagaimana dilansir laman resmi Perpusnas Indonesia (diakses 4 Agustus 2021).
Candi Hindu
Candi-candi Hindu di Jawa Timur dihiasi dengan relief atau patung yang berkaitan dengan Trimurti. Tiga dewa dalam ajaran Hindu yang berkaitan dengan Syiwa misalnya: Durga, Ganesha, dan Agastya.
Sosok dan hiasan yang berkaitan dengan ajaran Hindu seringkali dihadirkan bersama dengan sosok dan hiasan yang berkaitan dengan ajaran Buddha, khususnya Buddha Tantrayana. Ciri khas lain candi-candi di Jawa Timur yakni keberaadaan relief yang menampilkan kisah wayang.
Waktu Pembangunan
©2021 Merdeka.com/candi.perpusnas.go.id
Pembangunan candi-candi di Jawa Timur memiliki rentang waktu lebih panjang dibandingkan dengan pembangunan candi-candi di Jawa Tengah. Pembangunan candi di Jawa Timur berlangsung hingga abad ke-15.
Candi-candi yang dibangun pada masa Kerajaan Majapahit umumnya menggunakan bahan dasar batu bata merah dengan hiasan lebih sederhana. Sementara itu, para ahli Antropologi menilai beberapa candi yang dibangun pada akhir masa pemerintahan Kerajaan Majapahit mencerminkan "pemberontakan" akibat ketidakpercayaan dan ketidakpuasan masyarakat terhadap keadaan yang kacau dan kekhawatiran terhadap munculnya budaya baru.
Perkembangan Agama
Pada abad ke-13, pamor Kerajaan Majapahit mulai surut bersamaan dengan masuknya Islam ke Pulau Jawa. Saat itu, banyak bangunan suci yang berkaitan dengan agama Hindu dan Buddha ditinggalkan dan dilupakan. Di sisi lain, banyak masyarakat mulai memeluk agama Islam.
Akibatnya, bangunan candi yang ditelantarkan itu mulai tertimbun longsoran tanah dan ditumbuhi belukar. Saat daerah di sekitarnya berkembang menjadi daerah pemukiman, keadaan candi-candi tersebut lebih memprihatinkan.
Dinding candi dibongkar dan diambil batunya untuk fondasi rumah atau pengeras jalan, sedangkan bata merahnya ditumbuk untuk dijadikan semen merah. Sejumlah batu berhias pahatan dan arca diambil oleh sinder-sinder perkebunan untuk dipajang di halaman pabrik-pabrik atau rumah dinas milik perkebunan.
Corak Candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur
©2014 Merdeka.com/Wikimedia Commons/ESCapade
Keterangan mengenai candi-candi di Jawa Timur secara umum bersumber dari Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca (1365) dan Pararaton yang ditulis oleh Mpu Sedah (1481), selain juga dari berbagai prasasti dan tulisan di candi yang bersangkutan. Dalam wacana arkeologi Indonesia, terdapat dua corak percandian yakni corak Jawa Tengah (abad 5-10 M) dan corak Jawa Timur (abad 11-15 M). Masing-masing memiliki corak dan karakteristik berbeda.
Candi bercorak Jawa Tengah umumnya memiliki tubuh yang tambun, berdimensi geometris vertikal dengan pusat candi terletak di tengah. Sedangkan candi corak Jawa Timur bertubuh ramping, berundak horisontal dengan bagian paling suci terletak belakang.
Berbeda denga candi-candi Jawa Tengah, selain sebagai monument, candi di Jawa Timur diduga kuat berfungsi sebagai tempat pendarmaan dan pengabadian raja yang telah meninggal. Candi yang merupakan tempat pendarmaan, antara lain, Candi Jago untuk Raja Wisnuwardhana, Candi Jawi dan Candi Singasari untuk Raja Kertanegara, Candi Ngetos untuk Raja Hayamwuruk, Candi Kidal untuk Raja Anusapati, Candi Bajangratu untuk Raja Jayanegara, Candi Jalatunda untuk Raja Udayana, Pemandian Belahan untuk Raja Airlangga, Candi Rimbi untuk Ratu Tribhuanatunggadewi, Candi Surawana untuk Bre Wengker, dan candi Tegawangi untuk Bre Matahun atau Rajasanegara.
Dalam filosofi Jawa, candi juga berfungsi sebagai tempat ruwatan raja yang telah meninggal supaya kembali suci dan dapat menitis kembali menjadi dewa. Keyakinan tersebut berkaitan erat dengan konsep “Dewa Raja” yang berkembang kuat di Jawa. Fungsi ruwatan ditandai dengan adanya relief pada kaki candi yang menggambarkan legenda dan cerita yang mengandung pesan moral, seperti yang terdapat di Candi Jago, Surawana, Tigawangi, dan Jawi. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Simak destinasi wisata candi paling eksotis di Indonesia berikut ini. Wajib dikunjungi saat liburan bareng keluarga.
Baca SelengkapnyaJadi lokasi pemberangkatan kirab opor api Porprov VIII Jatim, ini fakta unik Candi Pari Sidoarjo
Baca SelengkapnyaNikmati sensasi wisata sejarah Candi Jawi dengan pemandangan sejuk di sekelilingnya.
Baca SelengkapnyaCandi-candi ini bukan hanya sekadar struktur arsitektur megah, namun juga memiliki makna spiritual, budaya, dan historis yang mendalam.
Baca SelengkapnyaSelain legenda yang populer, Candi Prambanan menyimpan fakta menarik yang jarang diketahui. Berikut fakta Candi Prambanan.
Baca SelengkapnyaCandi yang berada di Kabupaten Pasuruan ini diakui sebagai bangunan cagar budaya tingkat provinsi Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaSampai sekarang situs bersejarah yang dibangun pada masa Kerajaan Majapahit ini masih dikeramatkan masyarakat setempat.
Baca SelengkapnyaTak hanya untuk ibadah, gereja juga kerap dijadikan tempat wisata.
Baca SelengkapnyaJawa Timur termasuk provinsi yang menyimpan bukti sejarah kerajaan-kerajaan besar di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaCandi ini dibangun sebagai penghormatan anak kepada ayah
Baca SelengkapnyaCandi Sukuh diyakini sebagai peninggalan peninggalan Kerajaan Majapahit dan diperkirakan dibangun pada abad 15 M.
Baca Selengkapnya"Kalau ini memang betul candi tertua harus kita pelihara," kata Kepala Disdikbud Batang.
Baca Selengkapnya