8 Dampak Negatif Sosial Media bagi Penggunanya, Sebabkan Kecemasan dan Susah Tidur
Merdeka.com - Penggunaan sosial media di masyarakat dewasa ini sudah menjadi kebutuhan sehari-hari, terutama bagi orang dewasa muda, remaja dan anak-anak. Terlebih, sejak pandemi Covid-19 menyerang, sebagian besar orang mulai melakukan aktivitasnya dari rumah dan mengandalkan sosial media serta jaringan internet sebagai perantara penghubung ke dunia luar. Sosial media lantas menjadi sarana penghibur dan bertukar kabar yang paling utama antar sesama.
Sosial media adalah hal yang masih relatif baru dari segi perkembangan dan penggunaannya. Berbagai studi yang menganalisis dampak positif dan negatif sosial media masih terus dilakukan, terlebih di masa sekarang, di mana tingkat penggunaannya semakin tinggi. Meski begitu, mengutip dari helpguide.org, banyak penelitian yang telah menemukan hubungan kuat antara sosial media dengan dampak negatif seperti peningkatan risiko depresi, kecemasan, kesepian, menyakiti diri sendiri, dan bahkan pikiran untuk bunuh diri.
Saat ini, kebanyakan orang mengakses media sosial melalui smartphone. Sosial media menyediakan kenyamanan dalam hal berhubungan antar manusia, dan juga berarti sosial media akan selalu dapat diakses kapanpun, di manapun. Konektivitas yang hiper sepanjang waktu ini dapat memicu masalah kontrol impuls, peringatan dan pemberitahuan konstan yang dapat memengaruhi konsentrasi dan fokus Anda, mengganggu kualitas tidur, dan membuat Anda menjadi budak ponsel.
-
Bagaimana media sosial bisa berdampak negatif? Remaja yang menghabiskan waktu berlebihan di media sosial sering kali mengalami tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak terlalu aktif di platform tersebut.
-
Apa yang bisa menyebabkan stres akibat media sosial? Pencapaian, prestasi, kekayaan atau hal-hal glamor lainnya yang kamu lihat di media sosial bisa jadi hal sensitif yang membuatmu membandingkan diri. Nggak jarang hal ini bikin minder.
-
Kenapa media sosial bisa mengganggu kesehatan mental remaja? 'Media sosial dapat mengubah cara remaja berteman dan menjalin hubungan, serta memengaruhi kesehatan mental mereka,' ungkap sebuah penelitian.
-
Kenapa media sosial bisa bikin remaja depresi? Dalam konteks media sosial, remaja sering kali terpapar pada citra ideal dan kehidupan glamor orang lain, yang tidak mencerminkan realitas dan dapat membuat mereka merasa tidak puas dengan diri mereka sendiri. Remaja yang terpapar pada foto-foto dan status yang memperlihatkan kebahagiaan serta kesuksesan orang lain dapat menciptakan perasaan tidak percaya diri, yang dapat memicu atau memperburuk gejala depresi.
-
Apa yang bikin stres karena media sosial? Meskipun media sosial memiliki manfaatnya, kebiasaan yang tidak sehat dalam penggunaannya dapat menyebabkan perasaan terputus, kesepian, dan stres.
-
Apa dampak buruk terlalu banyak bermain media sosial terhadap kehidupan seksual? Ya, itu memang menjadi akar dari berbagai masalah. Terutama karena melihat kehidupan orang lain yang tampak sempurna dan terkurasi bisa membuat kita merasa tidak cukup, kurang menarik, dan cenderung mengalami stres. Semua perasaan ini dapat mengurangi keinginan kita untuk berhubungan intim.
Platform sosial media dirancang untuk menarik perhatian, membuat Anda tetap online, dan membujuk Anda agar berulang kali memeriksa layar dengan notifikasi-notifikasinya. Namun, sama seperti keterpaksaan judi atau kecanduan nikotin, alkohol, atau obat-obatan, penggunaan sosial media dapat menciptakan keinginan psikologis. Saat Anda menerima reaksi positif terhadap sebuah postingan yang Anda unggah, hal itu dapat memicu pelepasan dopamin di otak, zat kimia yang memberikan sensasi kesenangan.
Hal ini jika dibiarkan berlarut-larut ternyata dapat berbahaya bagi kesehatan mental. Karena pada akhirnya Anda akan menggantungkan banyak aspek dalam diri Anda terhadap penilaian melalui sosial media yang semu dan gampang diubah-ubah. Berikut beberapa dampak negatif sosial media yang perlu Anda sadari dan cegah sejak dini.
Selalu Merasa Kurang & Fear of Missing Out (FOMO)
1. Selalu Merasa Kurang
Dampak negatif sosial media yang pertama adalah timbulnya perasaan bahwa diri atau hidup Anda selalu kurang jika dibandingkan dengan hidup atau diri orang lain di sosial media. Meski Anda saat ini mungkin telah sadar betul bahwa unggahan-unggahan yang bertebaran di sosial media sebagian besar adalah hasil manipulasi, tetap saja akan ada perasaan tidak aman dari dalam diri. Anda mungkin akan merasa tidak cukup cantik, tidak cukup bergaya, atau tidak cukup menikmati hidup berdasarkan apa-apa yang ditampilkan orang lain.
Demikian pula, Anda pasti sadar bahwa orang lain cenderung berbagi hal-hal yang penting dan jarang terjadi dalam hidupnya untuk ditampilkan di sosial media. Namun kenyataan itu tidak akan mengurangi perasaan iri dan ketidakpuasan saat Anda melihat-lihat foto teman berlibur ke Eropa, belanja barang-barang bermerek, makan di tempat mewah, dan lain sebagainya. Pada akhirnya, akan selalu ada perasaan kurang dan tidak puas yang bersumber dari unggahan-unggahan di sosial media.
2. Fear of Missing Out (FOMO)
Dampak negatif sosial media yang kedua adalah kemunculan fenomena fear of missing out atau FOMO. Ini adalah fenomena di mana Anda merasa takut ketinggalan berbagai hal viral atau populer yang sedang trendi di sosial media. Fenomena ini sebenarnya sudah berkembang sejak lama, sebelum merebaknya platform sosial media. Namun, dewasa ini sosial media membuat fenomena FOMO menjadi lebih akut dan berbahaya.
Gagasan bahwa Anda melewatkan hal-hal tertentu, terutama yang sedang viral atau populer, dapat memengaruhi harga diri, memicu kecemasan, dan memicu penggunaan media sosial yang lebih besar. FOMO dapat memaksa Anda untuk memeriksa gadget setiap beberapa menit sekali untuk memeriksa pembaruan notifikasi, atau secara kompulsif menanggapi setiap hal yang lewat di timeline sosial media Anda. Bahkan jika hal itu berarti memiliki risiko berbahaya seperti bermain twitter saat mengemudi, melewatkan tidur di malam hari untuk terus online, atau memprioritaskan interaksi media sosial atas hubungan dunia nyata.
Memicu Kecemasan & Rasa Depresi
3. Memicu Kecemasan
Dampak negatif sosial media yang ketiga dapat memicu kecemasan atau anxiety. Mengutip dari bbc.com, para peneliti telah mengamati rasa kecemasan umum yang dipicu oleh sosial media. Kecemasan itu ditandai dengan perasaan gelisah dan khawatir, serta kesulitan untuk tidur dan berkonsentrasi.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Computers and Human Behaviour menemukan bahwa, orang yang dilaporkan menggunakan tujuh atau lebih platform sosial media, tiga kali lebih mungkin untuk memiliki gejala kecemasan umum tingkat tinggi dibandingkan orang yang hanya menggunakan 0-2 platform sosial media saja.
Meski begitu, belum 100% jelas apakah dan bagaimana sosial media dapat menyebabkan kecemasan pada individu. Para peneliti dari Universitas Babes-Bolyai di Rumania meninjau penelitian yang ada tentang hubungan antara kecemasan sosial dan jejaring sosial dan mengatakan bahwa hasilnya cukup beragam. Mereka menyimpulkan bahwa penelitian lebih lanjut perlu dilakukan.
4. Munculkan Rasa Depresi
Dampak negatif sosial media yang keempat adalah munculnya perasaan depresi dalam diri. Beberapa penelitian telah menemukan hubungan antara depresi dan penggunaan media sosial. Dua penelitian yang melibatkan lebih dari 700 siswa menemukan bahwa gejala depresi, seperti suasana hati yang rendah dan perasaan tidak berharga dan putus asa, berkaitan dengan kualitas interaksi online. Para peneliti menemukan tingkat gejala depresi yang lebih tinggi di antara mereka yang melaporkan memiliki lebih banyak interaksi negatif.
Sebuah studi serupa yang dilakukan pada tahun 2016 yang melibatkan 1.700 orang menemukan risiko depresi dan kecemasan tiga kali lipat di antara orang-orang yang banyak menggunakan platform media sosial. Alasan rasa depresi ini termasuk di antaranya adalah penindasan dunia maya (cyberbullying), memiliki pandangan yang menyimpang tentang kehidupan orang lain, dan merasa waktu yang dihabiskan di sosial media adalah pemborosan.
BBC Future melaporkan bahwa para ilmuwan juga melihat bagaimana sosial media dapat digunakan untuk mendiagnosis depresi, dan dapat membantu mereka menerima perawatan lebih awal. Peneliti Microsoft mensurvei 476 orang dan menganalisis profil Twitter mereka untuk bahasa depresif, gaya linguistik, keterlibatan, dan emosi.
Dari sini, mereka mengembangkan pengklasifikasi yang secara akurat dapat memprediksi depresi sebelum menyebabkan gejala pada 7 dari 10 kasus. Peneliti dari Universitas Harvard dan Vermont juga menganalisis 166 foto Instagram orang untuk membuat alat serupa tahun lalu dengan tingkat keberhasilan yang sama.
Pengaruhi Kualitas Tidur & Beri Efek Kecanduan
5. Pengaruhi Kualitas Tidur
Dampak negatif sosial media yang kelima dapat memengaruhi kualitas tidur Anda. Manusia biasanya menghabiskan malam hari dalam kegelapan. Tetapi sekarang, kita dikelilingi oleh pencahayaan buatan sepanjang siang dan malam. Penelitian telah menemukan bahwa hal ini dapat menghambat produksi hormon melatonin tubuh yang memfasilitasi tidur.
Cahaya biru yang dipancarkan oleh layar smartphone dan laptop, dikatakan sebagai penyebab terburuknya. Dengan kata lain, jika Anda berbaring di atas kasur pada malam hari sambil memeriksa Facebook dan Twitter, Anda akan tertidur dengan gelisah.
Peneliti dari University of Pittsburgh juga melakukan penelitian kepada 1.700 anak berusia 18 hingga 30 tahun tentang sosial media dan kebiasaan tidur mereka. Pada penelitian ditemukan adanya keterkaitan antara bermain sosial media dengan gangguan tidur dan disimpulkan bahwa cahaya biru atau blue light berperan dalam hal ini. Para peneliti mengatakan ini bisa disebabkan oleh gairah fisiologis sebelum tidur, dan cahaya terang dari perangkat elektronik bisa menunda ritme sirkadian. Namun penelitian lebih lanjut masih diperlukan.
6. Beri Efek Kecanduan
Dampak negatif sosial media yang keenam dapat memberi efek kecanduan. Terlepas dari argumen beberapa peneliti bahwa twitter mungkin lebih sulit untuk ditolak daripada rokok dan alkohol, kecanduan sosial media masih belum disertakan dalam manual diagnostik terbaru untuk gangguan kesehatan mental.
Meskipun demikian, sosial media berubah lebih cepat daripada yang dapat diikuti oleh para ilmuwan, sehingga berbagai kelompok mencoba mempelajari perilaku kompulsif terkait penggunaannya. Misalnya, ilmuwan dari Belanda telah menemukan skala mereka sendiri untuk mengidentifikasi kemungkinan kecanduan sosial media.
Jika kecanduan sosial media sosial memang ada, itu akan menjadi sejenis kecanduan internet. Daria Kuss dan Mark Griffiths dari Universitas Nottingham Trent di Inggris telah menganalisis 43 penelitian tentang masalah tersebut, dan menyimpulkan bahwa kecanduan sosial media adalah masalah kesehatan mental yang "mungkin" memerlukan perawatan profesional. Mereka menemukan bahwa penggunaan sosial media yang berlebihan memiliki keterkaitan dengan masalah hubungan, prestasi akademis yang lebih buruk dan partisipasi yang kurang dalam komunitas offline.
Ditemukan juga bahwa mereka yang lebih rentan terhadap kecanduan sosial media adalah orang-orang yang memiliki ketergantungan terhadap alkohol, para ekstrovert, dan para pengguna media sosial yang menggunakannya untuk mengimbangi sedikitnya ikatan atau interaksi sosial yang mereka miliki di kehidupan nyata.
Citra Tubuh yang Negatif & Pengaruhi Hubungan
7. Citra Tubuh yang Negatif
Dampak negatif sosial media yang ketujuh dapat membentuk citra tubuh yang negatif terhadap diri sendiri. Saat Anda melihat akun instagram populer milik selebritis, Anda akan mendapati bahwa mereka dapat menjadi sangat cantik dalam berdandan dan berpakaian. Barang-barang mahal yang mereka miliki, dan tubuh yang berbentuk ideal sempurna adalah hal-hal yang ditonjolkan.
Saat ini, citra tubuh atau body image telah menjadi masalah bagi semua orang. Tentu saja, melihat begitu banyak orang yang dianggap sempurna (menurut standar masyarakat) setiap harinya dapat membuat Anda sadar dan insecure tentang betapa berbedanya diri dan tubuh Anda dengan foto-foto yang terpampang di sosial media itu. Anda lantas membentuk citra tubuh yang negatif tentang diri Anda sendiri dan berusa untuk memperbaikinya, mengikuti standar sosial media. Dan tidak semua orang sampai pada kesimpulan yang sehat dalam situasi ini.
Sangat penting untuk diingat bahwa setiap orang adalah manusia. Tidak ada yang bangun setiap hari dengan penampilan seperti supermodel. Sementara banyak orang berusaha keras untuk melatih tubuh agar sehat dan ideal dengan cara berolahraga atau diet yang positif, perlu diketahui bahwa tidak semua orang suka cara yang memakan waktu lama tersebut. Karena faktanya, banyak orang menjalani atau mengambil rute yang tidak sehat untuk tampil lebih menarik guna mencari ketenaran di sosial media.
8. Pengaruhi Hubungan Nyata
Dampak negatif sosial media yang kedelapan dapat memengaruhi hubungan Anda di kehidupan nyata. Anda tentu pernah berkumpul bersama teman-teman, nongkrong di kafe atau restoran dengan harapan untuk bertukar kabar dan cerita sambil melepas rindu secara face to face. Namun yang terjadi kemudian adalah masing-masing teman Anda sibuk dengan ponselnya dan tidak acuh dengan keadaan sekitar yang lebih nyata.
Telah menjadi sebuah isu lama bahwa kehadiran ponsel dapat memengaruhi dan mengganggu interaksi langsung antar manusia, terlebih sejak kehadiran smartphone yang seolah dapat mengatasi segalanya. Hubungan romantis juga tidak kebal dari pengaruh sosial media. Para peneliti di University of Guelph di Kanada melakukan survei pada 300 orang berusia 17-24 tahun tentang kecemburuan yang mereka rasakan yang berhubungan dengan Facebook. Para peneliti mengajukan pertanyaan seperti 'Seberapa besar kemungkinan Anda menjadi cemburu setelah pasangan menambahkan teman baru dari lawan jenis yang tidak dikenal?'
Wanita menghabiskan lebih banyak waktu di Facebook daripada pria, dan mengalami lebih banyak kecemburuan saat melihat pasangan pria melakukan hal di atas. Para peneliti menyimpulkan bahwa mereka merasa lingkungan Facebook menciptakan perasaan ini dan meningkatkan kekhawatiran tentang kualitas hubungan yang sedang dijalani. (mdk/edl)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Doomscrolling atau kebiasaan membuka media sosial dan ponsel secara berlebih bisa pengaruhi kesehatan mental.
Baca SelengkapnyaMelihat bunuh diri bisa sebabkan trauma pada diri seseorang, ini sejumlah cara mengatasinya.
Baca SelengkapnyaData menunjukkan bahwa banyak dari mereka mengalami gangguan jiwa, dan ini dapat berdampak serius pada masa depan mereka jika tidak ditangani dengan baik.
Baca SelengkapnyaTanpa kita sadari, sejumlah kebiasaan yang kita lakukan sehari-hari ternyata bisa menjadi penyebab terjadinya stres pada kehidupan kita.
Baca SelengkapnyaDampak polusi udara tidak hanya terbatas pada kesehatan fisik, tetapi memberikan tekanan besar pada kesehatan mental masyarakat.
Baca SelengkapnyaMunculnya mimpi buruk yang kita hadapi pada saat tidur, hal ini bisa disebabkan oleh kesepian yang kita alami.
Baca SelengkapnyaDi balik keseruannya, ternyata ada bumerang yang mempengaruhi kesehatan mental.
Baca SelengkapnyaSejumlah kebiasaaan yang kita lakukan di malam hari justru bisa menjadi penyebab dan memperburuk kecemasan yang kita alami.
Baca SelengkapnyaPerasaan kelelahan ditandai dengan menurunnya minat untuk berinteraksi di media sosial serta ketidakpuasan kala melihat kehidupan orang lain di sosial media.
Baca SelengkapnyaJika judi online dilatarbelakangi motif ekonomi, maka segera cari solusi bersama mengatasi masalahnya.
Baca SelengkapnyaKurang tidur selama beberapa waktu bisa berdampak buruk pada tubuh, namun benarkah hal ini bisa berdampak hingga kematian?
Baca SelengkapnyaKondisi kurang tidur bisa sangat memengaruhi keadaan mental seseorang sehingga penting diperhatikan.
Baca Selengkapnya