Sosok Pietermaat, Residen Surabaya yang Larang Kerja Rodi hingga Monopoli dan Dicintai Pribumi
Kebijakan-kebijakannya tidak populer di mata kolonial
Kebijakan-kebijakannya tidak populer di mata kolonial
Sosok Pietermaat, Residen Surabaya yang Larang Kerja Rodi hingga Monopoli dan Dicintai Pribumi
Kolonialisme Belanda terkenal dengan kekejamannya. Namun, tidak semua elite politik Belanda di Indonesia bersikap kejam terhadap pribumi. Hal ini tampak pada sosok Daniel Francois Willem Pietermaat, salah satu residen Surabaya.
-
Siapa pemimpin Keraton Surabaya? Kadipaten Kasepuhan dipimpin Bupati Raden Tumenggung Panji Condronegoro.
-
Bagaimana Surabaya jadi kota penting di masa kolonial? Pada masa kolonial Hindia Belanda, Surabaya adalah kota penting karena merupakan pelabuhan ekspor-impor di Nusantara.
-
Siapa yang ditemuinya di Surabaya? Ketika mengunjungi Surabaya, KD menyempatkan diri untuk bertemu dengan Azriel, yang saat ini sedang menjalani studi S2 di kota tersebut.
-
Apa yang terjadi pada Keraton Surabaya? Sayangnya, pada tahun 1625, Surabaya jatuh ke tangan kerajaan Mataram.
-
Kapan Kota Surabaya didirikan? Salah satu episode pahlawan yang terkenal adalah pertempuran antara Raden Wijaya dan Pasukan Mongol di bawah pimpinan Kubilai Khan pada tahun 1293. Peristiwa heroik ini diabadikan sebagai tanggal berdirinya Kota Surabaya, yaitu pada 31 Mei 1293, menciptakan fondasi kuat dari nilai-nilai kepahlawanan yang terus hidup hingga saat ini.
-
Kapan Adipati Ario Niti Adiningrat menjadi Bupati Surabaya? Kecakapannya dalam memimpin membuat Adipati Ario Niti Adiningrat diangkat menjadi Bupati Surabaya pada 6 September 1912.
Profil
Mengutip situs findagrave.com, Daniel Francois Willem Pietermaat lahir di Zuid-Holland, Belanda, pada 2 Oktober 1790. Ia meninggal saat usianya 58 tahun yakni pada tanggal 30 November 1848. Jenazahnya dimakamkan di kompleks Makam Peneleh, Kota Surabaya.
Peduli dengan Pribumi
Pada zaman Belanda, Surabaya memiliki dua penguasa. Pertama, bupati yang mengatur warga pribumi. Kedua, residen yang mengelola koloni Surabaya, Gresik, Mojokerto, Sidoarjo.
Salah satu residen legendaris yang pernah memimpin Surabaya ialah Daniel Francois Willem Pietermaat.
Ia menjabat sebagai Residen Surabaya mulai tahun 1839-1848. Mengutip Facebook Begandring Soerabaia, Pietermaart banyak dicatat memiliki kepedulian dengan pribumi.
Kepemimpinan
Pietermaat memimpin karesidenan Surabaya hampir 10 tahun lamanya. Selama kepemimpinannya, Pietermaart mengeluarkan banyak kebijakan yang berpihak pada pribumi. Hal ini tentu saja tidak populer di mata kolonial.
Mengutip Facebook Begandring Soerabaia, Pietermaat berhasil menghapuskan sistem penyetoran wajib tenaga kerja untuk membangun proyek pertahanan.Selama masa kepemimpinannya, ia juga melarang pemberlakuan kerja rodi.
Selain itu, Pietermaat tercatat menghapus kebijakan monopoli perdagangan oleh satu kelompok.
Jasa Lain
Pietermaat juga berjasa besar atas pembangunan Masjid Kemayoran di Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya.
Saat itu, sang residen prihatin karena Surabaya tidak memiliki masjid agung, sejak peristiwa Masjid Jamik Surabaya yang digusur 100 tahun sebelumnya.
Nama Pietermaat ditulis pada prasasti Masjid Kemayoran bersama nama bupati Surabaya Raden Tumenggung Kromojoyodirono sebagai pihak yang berjasa membangun masjid ini.
Makam
Makam Pietermaat merupakan satu-satunya nisan berukuran besar di kompleks pemakaman Peneleh.
Sayang, saat ini kondisi makamnya rusak parah. Pagar di sekelilingnya rusak dan marmer prasasti hilang. Saat ini, Pemkot Surabaya tengah mempersiapkan diri untuk melakukan konservasi pada makam Pietermaat.