Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Jejak taipan di Kota Cyber

Jejak taipan di Kota Cyber pondok cina. ©2015 Merdeka.com/arbi soemandoyo

Merdeka.com - Reklame bertuliskan "Selamat di Depok Cyber City" menyambut pengguna jalan yang hendak masuk ke Kota Depok dari arah Jalan Raya Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Media reklame itu seolah malu-malu lantaran terhalang daun pepohonan di pinggir jalan masuk Kota Depok. Reklame itu berada sebelum Kampus Bina Sarana Informatika di Jalan Margonda Raya sehabis terowongan jalan layang menuju Universitas Indonesia.

Wali Kota Depok Nurmahmudi Ismail memang berambisi menjadikan Depok sebagai kota cyber. Sejak 2013, wali kota dari Partai Keadilan Sejahtera ini sesumbar menjadikan Kota Depok menjadi kota melek internet. Jika sebelumnya, billboard Nurmahmudi menenteng buah belimbing menjadi andalan ketika dia promosi menjadikan Depok ikon kota belimbing. Kini berubah.

"Besar harapan kami untuk bisa bekerja sama dengan Kagoshima untuk menyukseskan Depok Cybercity" kata Nurmahmudi dalam siaran pers dikutip merdeka.com Juli 2013 silam. Penyataan itu keluar ketika Nurmahmudi mendapat kunjungan Wali Kota Kagoshima, Jepang, Hiroyuki Mori.

Namun jika berbicara Depok ingatan akan tertuju pada sejarah. Maklum, Depok memang dari dulu dikenal sebagai kota sejarah. Jejak Cornelis Castelein tak bisa dilepaskan begitu saja lantaran menjadi cikal bakal berdirinya Depok sebagai kota. Apalagi situs-situs bersejarah berupa bangunan tua peninggalan Belanda masih banyak dijumpai di sekeliling Depok.

Tengok saja Jalan Pemuda di Kecamatan Pancoran Mas. Jalan itu sudah melekat sebagai tempat pusat Kota Depok sejak dulu. Lalu tak kalah penting ialah situs bersejarah rumah Pondok Cina. Rumah terletak di area pusat Perbelanjaan Margocity Square itu menjadi saksi bisu perkembangan cepat Kota Depok di Jalan Margonda Raya. Sejarahnya nyaris orang tak banyak tahu. "Kalau tidak dilestarikan bakal jadi dongeng," kata Adi warga asli Pondok Cina saat berbincang dengan merdeka.com, kemarin.

Bagi warga asli Pondok Cina, rumah itu menjadi saksi penting penamaan nama daerahnya. Cikal bakal nama Pondok Cina melekat di rumah tua bergaya arsitektur Belanda itu. "Makanya orang nyebutnya rumah tua Pondok Cina. Dari saya kecil juga namanya begitu," ujar Adi mengenang. Bahkan seingatnya rumah tua Pondok Cina pernah dijadikan tempat sekolah.

Koordinator Bidang Harta Milik Yayasan Lembaga Cornelis Castelein (YLCC), Ferdy Jonathans bercerita soal sejarah Pondok Cina. Sepengetahuan dia, nama Pondok Cina dari dulu memang sudah melekat. Bahkan sebelum Cornelis Castelein membeli sebidang tanah di Depok, sejarah orang Cina di Depok memang sudah lebih dulu ada.

Wilayah Pondok Cina dulunya merupakan hutan dan rawa-rawa. Cornelis Castelein pun pernah membeli tanah dari tuan tanah asal Tionghoa pemilik rumah tua Pondok Cina. Tuan tanah itu diketahui bernama Tio Tiong Ko. "Cornelis juga membeli sebagian tanah dari pemilik Rumah Tua Pondok Cina," kata Ferdy saat ditemui di kediamannya, Jalan Kartini, Depok Lama.

Ferdy merupakan salah satu keturunan dari 12 marga yang diperbudak Cornelis untuk menggarap tanah. Marganya bernama Jonathans. Perkembangan wilayah Pondok Cina sejatinya memang diilhami oleh Cornelis. Sejak dia menggarap tanah, orang-orang Cina dari Jakarta banyak berdatangan. Kebanyakan mereka berdagang memenuhi kebutuhan sehari-hari para budak dan Cornelis.

Namun Cornelis saat itu memegang politk dagang. Orang-orang Cina pedagang di Depok tak boleh tinggal dan memiliki rumah di wilayahnya. Pada akhirnya orang-orang Cina itu mendirikan pondok di Kampung Bojong yang kini menjadi nama Pondok Cina. Mereka menggunakan rakit dari Jakarta untuk mengirim barang hingga Kota Depok.

Berdasarkan peta abad 18 dalam buku Sejarah Depok Tempo Doeloe, pondok Tjina sudah ada sebelum Cornelis membangun Depok. Pondok Cina diyakini mulai berkembang sebagai tempat singgah sementara bagi orang Tionghoa sejak paruh pertama abad ke-18. "Mereka tidak boleh tinggal di Depok karena dianggap berprilaku buruk bagi para budak Cornelis," tutur Ferdy.

Karena Pondok Cina tidak masuk wilayah Depok, kebanyakan orang-orang Tionghoa dari Jakarta itu akhirnya banyak mendirikan pondok. Pagi hingga sore orang-orang Tionghoa itu berdagang di Depok. Sore hari mereka pulang kembali ke pondok. "Dulu Pondok Cina tidak masuk wilayah Depok," kata Ferdy.

Sayang keberadaan keturunan orang Tionghoa penghuni Pondok Cina sulit untuk ditelusuri. Bahkan narasumber yang merdeka.com temui tak mengetahui jelas siapa keturunan orang Tionghoa di Pondok Cina sekarang ini.

(mdk/mtf)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Seni Budaya 'Nguri nguri Budoyo', Mas Adi Ingatkan Warisan Budaya Leluhur yang Harus Dijaga
Seni Budaya 'Nguri nguri Budoyo', Mas Adi Ingatkan Warisan Budaya Leluhur yang Harus Dijaga

Mas Adi menyampaikan bahwa masyarakat saat ini masih mempunyai semangat yang tinggi untuk nguri nguri budaya.

Baca Selengkapnya
Dendam Ambarwati, Melarang Pejabat Pemerintah TNI-Polri Masuk Wilayah Tales Kediri
Dendam Ambarwati, Melarang Pejabat Pemerintah TNI-Polri Masuk Wilayah Tales Kediri

Kepercayaan masyarakat itu ke bermula dari cerita seorang wanita nernama Ambarwati yang telah disakiti hatinya oleh pejabat tinggi Belanda di awal abad 19.

Baca Selengkapnya
Kisah Kampung Mati Petir di Batang, Desa Tak Berpenghuni Menyimpan Banyak Cerita Horror
Kisah Kampung Mati Petir di Batang, Desa Tak Berpenghuni Menyimpan Banyak Cerita Horror

Kini, kampung itu hanya menyisakan rumah yang terbengkalai. Beberapa rumah tampak sudah ambruk.

Baca Selengkapnya
Melihat Uniknya Buleng Khas Jakarta, Tradisi Campuran Budaya Betawi, Sunda dan Jawa
Melihat Uniknya Buleng Khas Jakarta, Tradisi Campuran Budaya Betawi, Sunda dan Jawa

Warisan leluhur Jakarta ini menghadirkan seni lisan, sastra hingga musik tradisional yang indah.

Baca Selengkapnya
Cerita Turun-temurun Desa Kondangjajar Pangandaran, Warga Tak Boleh Bangun Rumah Berdempetan
Cerita Turun-temurun Desa Kondangjajar Pangandaran, Warga Tak Boleh Bangun Rumah Berdempetan

Dipercaya bahwa area tersebut merupakan lahan yang harus dikosongkan. Bahkan, tak sedikit dari warga yang tak berani melintas di sana.

Baca Selengkapnya
Kampung di Banjarnegara Ini Konon Ditakuti Pejabat Negara, Begini Faktanya
Kampung di Banjarnegara Ini Konon Ditakuti Pejabat Negara, Begini Faktanya

Kampung ini punya mitos yang diduga ditakuti para pejabat. Kabarnya, tak ada pejabat yang berani datang ke kampung ini.

Baca Selengkapnya
Pemuda Bojonegoro Ini Lebih Pilih Jadi Pendongeng Anak daripada Menekuni Pekerjaan Mapan, Alasannya Bikin Haru
Pemuda Bojonegoro Ini Lebih Pilih Jadi Pendongeng Anak daripada Menekuni Pekerjaan Mapan, Alasannya Bikin Haru

Pemuda Bojonegoro ini memilih meninggalkan pekerjaan mapan di perusahaan ternama demi menjadi pendongeng.

Baca Selengkapnya
Kisah Kak Odin dari Bandung, Kenalkan Dongeng untuk Dekatkan Anak dengan Orang Tua
Kisah Kak Odin dari Bandung, Kenalkan Dongeng untuk Dekatkan Anak dengan Orang Tua

Cerita keseharian atau kisah masa kecil jadi salah satu bentuk dongeng dalam meningkatkan kedekatan anak dengan orang tua

Baca Selengkapnya
Contoh Dongeng Mitos di Indonesia, Sarat Nilai-Nilai Budaya
Contoh Dongeng Mitos di Indonesia, Sarat Nilai-Nilai Budaya

Indonesia memiliki berbagai contoh dongeng mitos yang populer.

Baca Selengkapnya