Lima jawara dari Desa Bhayangkari
Merdeka.com - "Kong Jaman, Haji Usman, Haji Jalih, Haji Laib dia adalah mandor-mandor Betawi dan Komarudin merupakan orang yang disegani," kata Haji Nasir bercerita soal sejarah Komarudin saat ditemui merdeka.com di kediamannya kemarin. Haji Nasir merupakan cucu Kong Jaman, teman seperjuangan Komarudin saat bertempur melawan penjajah sebelum kemerdekaan di daerah Cakung, Jakarta Timur.
Cikal bakal nama Komarudin diabadikan menjadi pahlawan dalam sebuah nama jalan di Cakung memang bermula dari perjuangannya melawan penjajah Belanda. Komarudin, menurut Haji Nasir, merupakan orang yang paling disegani di antara empat kawannya, yaitu; Kong Jaman, Haji Usman, Haji Jalih dan Haji Laib.
Kelima orang itu menurut cerita Haji Nasir merupakan jawara Betawi. Era sebelum kemerdekaan, Komarudin bersama empat kawannya merupakan mandor. Kedatangan penjajah Belanda membuat mereka merapatkan barisan dengan membentuk pasukan yang langsung dikomandoi Komarudin. Penunjukan Komarudin bukan tanpa sebab, dia dipercayai memimpin pasukan untuk melawan penjajahan Belanda.
-
Siapa yang dimusnahkan oleh petani-pemukim? Sebuah studi baru mengungkap bahwa bangkitnya pertanian ini sebenarnya menyebabkan genosida tragis terhadap populasi pemburu-nomaden yang dimusnahkan oleh para petani-pemukim dalam beberapa generasi.
-
Siapa yang melakukan eksekusi di Kampung Gantungan Sirah? Wardiman bercerita, waktu zaman penjajahan Belanda, lokasi kampung itu digunakan sebagai tempat para tentara Belanda melakukan kekerasan terhadap warga pribumi.
-
Kenapa korban dibunuh? 'Oleh karena pelaku menolak untuk membayar 100 ribu selanjutnya korban memaki-maki dan mengancam pelaku dengan kata-kata yang kasar dan mengancam untuk memanggil abang-abang (keluarga) yang daripada korban,' kata Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wira Satya Triputra, Kamis (25/4).
-
Siapa yang mengusir pontianak di Pontianak? Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, pendiri kota Pontianak, konon mengusir makhluk-makhluk halus tersebut dengan menembakkan meriam ke hutan.
-
Siapa yang terbunuh dalam pembantaian di Hargorejo? Tercatat dalam peristiwa itu, sebanyak kurang lebih 65 orang terbunuh.
-
Apa alasan warga Kampung Mati pindah? Pada zaman dulu, ada sekitar 20 KK yang tinggal di kampung itu. Namun kehidupan di sana sungguh sulit. Selain berada di zona rawan longsor, hasil pertanian di sana sering menjadi serangan monyet ekor panjang. Hal inilah yang membuat warga tidak betah dan akhirnya memilih pindah.
"Kelima jawara ini berkumpul untuk melawan Belanda. Mereka membuat pasukan dan bertemu Kiai Haji Noor Ali," ujarnya.
Kedatangan Belanda melirik daerah Cakung bukan tanpa sebab. Berdasarkan beberapa literasi disebutkan, daerah Cakung merupakan wilayah strategis bagi Belanda. Sejak pembangunan jalur kereta api oleh Belanda yang menghubungkan Batavia, Jawa Barat dan Bekasi, Cakung memang menjadi gerbang timur pertahanan Batavia.
Bahkan pada agresi militer Belanda pada 1947, wilayah Cakung sudah berdiri markas tentara NICA. Di mana Belanda saat itu kembali datang ke Indonesia dengan membonceng tentara sekutu.
Dalam buku Robert Crib, "Para Jago dan Kaum Revolusioner Jakarta 1945-1949," dikisahkan perjuangan para jago dalam kemerdekaan. Bisa jadi hubungan antara perjuangan Komarudin berkaitan dengan apa yang ditulis Crib. Apalagi Komarudin juga berkongsi dengan KH Noor Ali, Singa Betawi yang kesohor karena kesaktiannya saat perjuangan melawan penjajahan.
Catatan sosok Komarudin memang minim, namun dari cerita turun temurun warga Cakung soal tahun perjuangan Komarudin memang berkaitan. Pada 1947, tatkala pertempuran berkecamuk di wilayah Cakung menjadi cikal bakal perjuangan Komarudin. Ulah Belanda dan tentara Sekutu membuat Komarudin tergerak untuk berada dalam barisan depan pertempuran.
Pemberian nama Jalan untuk mengenang Komarudin merupakan buah nyata dari perjuangan pemuda asli Betawi itu. Apalagi cerita soal perjuangan Komarudin di kalangan warga asli Cakung begitu kesohor. Komarudin merupakan sosok pahlawan berani mati yang dikenal hingga kini. Meskipun keberadaan pusara Komarudin tidak diketahui di mana letaknya.
"Orang-orang kampung pada saat itu dibunuh dan diusir dari kampung lantaran penjajah ingin menguasai daerah tersebut," ujar Haji Nasir.
Sepeninggal Komarudin, perjuangan diteruskan oleh empat kawannya. Bahkan berkat pengorbanan Komarudin, warga Cakung setelah kemerdekaan dapat menghidupi keluarganya dengan layak. Sebagai bentuk meneruskan perjuangan Komarudin, empat kawannya yaitu Kong Jaman, Haji Usman, Haji Jalih, Haji Laib membuat pesantren dan sekolah untuk memajukan warga Cakung.
"Setelah merdeka, keempat jawara kawan Komarudin membuat sekolah untuk memajukan warga cakung," tutur Haji Nasir. (mdk/mtf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Korban terluka akibat terkena sabetan senjata tajam yang diayunkan oleh pelaku
Baca SelengkapnyaPasukan elite baret hijau Belanda membantai ratusan warga Rawagede, Karawang. Ini pengakuan saksi tentang kejadian mengerikan itu.
Baca SelengkapnyaRevolusi Sosial Sumatra Timur kisah kelam pembantaian kesultanan Melayu.
Baca SelengkapnyaKelima pelaku berinisial RS (23), BFH (18), AM (17), OYB (21) dan AH (25)
Baca Selengkapnya74 tahun berlalu, ini kisah Peristiwa Situjuah yang renggut banyak pejuang Pemerintah Darurat RI.
Baca SelengkapnyaTawuran antar-warga kerap terjadi berulang di lokasi dekat pasar gembrong
Baca SelengkapnyaPertempuran Tengaran terjadi pada masa Agresi Militer II, tepatnya sekitar tanggal 25 Mei 1947
Baca SelengkapnyaPara jawara berada di bawah komando para ulama dan kiai yang saat itu menjadi sumber kekuatan sosial dan spiritual di Banten.
Baca SelengkapnyaKetiganya tertangkap setelah dua kelompok remaja menggelar aksi saling serang di wilayah Balaraja, Kabupaten Tangerang.
Baca SelengkapnyaTercatat dalam peristiwa itu, sebanyak kurang lebih 65 orang terbunuh.
Baca SelengkapnyaLaporan itu diperoleh dari pendulang yang berhasil menyelamatkan diri dengan berlari dan tiba di pos Kolop.
Baca SelengkapnyaPeristiwa berdarah di Tebing Tinggi, merupakan perjuangan para pemuda melawan penjajah pasca kemerdekaan Indonesia.
Baca Selengkapnya