Raden Sungging, ulama sakti bangkit dari kubur
Merdeka.com - Makam itu berada di ujung Kota Depok, berbatasan dengan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Letaknya di Kampung Pondok Terong, Desa Pondok Jaya, Kecamatan Cipayung, Kota Depok. Bagi orang asli Kampung Bojong Pondok Terong, nama ulama ini tak asing di telinga. Dialah Raden Sungging, ulama keturunan Majapahit yang menyebarkan ajaran Islam di wilayah Citayam, Depok hingga Bekasi.
Bahkan karena kesaktiannya, jangan heran jika makam Raden Sungging kerap ramai diziarahi orang saban hari. "Selalu ramai. Biasanya malam Jumat," kata Rusnadi, 44 tahun, membuka berbincang dengan merdeka.com kemarin. Rusnadi merupakan keturunan juru kunci makam Raden Sungging. Hanya dia seorang yang bisa bercerita soal perjalanan Raden Sungging. "Saya punya bukunya. Tapi tidak bisa saya berikan."
Cerita singkat soal siapa Raden Sungging dijelaskan Rusnadi. Menurut dia, Raden Sungging merupakan seorang ulama keturunan Majapahit. Dia datang ke Kampung Pondok Terong ketika Belanda masih menjajah wilayah Depok. Kedatangan dia bukan tanpa sebab, pengaruh Belanda terhadap akhlak orang-orang asli Pondok Terong begitu kentara.
-
Bagaimana cara Sunan Kalijaga dikenal sebagai wali penyebar agama Islam? Sunan Kalijaga merupakan salah satu Walisongo, sembilan wali penyebar agama Islam paling berpengaruh di Pulau Jawa.
-
Siapa tokoh utama penyebar Islam di Jawa? Maulana Malik Ibrahim: Dikenal sebagai penyebar Islam pertama di Pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim juga dikenal dengan nama Kakek Bantal.
-
Bagaimana Walisongo menyebarkan Islam di Jawa? Walisongo menggunakan berbagai cara dakwah yang inovatif dan adaptif terhadap budaya lokal. Metode dakwah mereka yang bijaksana dan inklusif memungkinkan Islam diterima dengan baik oleh masyarakat yang sebelumnya menganut kepercayaan Hindu, Buddha, dan animisme.
-
Mengapa Syekh Nurjati menyebarkan Islam? Setelah ilmunya dirasa cukup, ia kemudian memulai misinya untuk mengenalkan ajaran Islam.
-
Siapa saja tokoh penting penyebar Islam di Nusantara? Penyebaran Islam di wilayah ini dilakukan melalui berbagai strategi, seperti jalur perdagangan, dakwah, perkawinan, pendidikan, serta islamisasi budaya. Tokoh yang merupakan sentra penyebaran Islam di Nusantara ialah para ulama dan raja/sultan.
-
Siapa yang terlibat dalam penyebaran Islam? Salah satu tokoh terkenal dari Kesultanan Demak adalah Sunan Kalijaga.
Saban hari orang-orang Kampung Pondok Terong dicekoki minuman keras sehingga doyan mabuk-mabukan, judi dan main perempuan. Sebagai seorang ulama, perilaku itu tak disukai Raden Sungging. Dia lantas memperingatkan orang-orang Belanda untuk angkat kaki dari tanah Pondok Terong. Rupanya aksi itu memancing serdadu Belanda buat menangkap Raden Sungging.
Alkisah, Raden Sungging menjadi satu pelopor perjuangan jawara di Pondok Terong. Dia memimpin perlawanan buat memberontak kompeni. Ada kisah menarik dalam pertempuran ini. Raden Sungging mampu membuat meriam milik serdadu Belanda gagal meletus. Padahal, Raden Sungging hanya bersenjatakan keris. "Kalau kata orang dia Waliyullah. Ikut menyebarkan agama Islam di sini dan seorang pejuang," tuturnya.
Pertempuran itu membuat Belanda marah. Lantas, dengan pasukan berjumlah lebih banyak, Belanda melakukan aksi balasan. Pertempuran tak seimbang. Raden Sungging yang bertempur bersama dengan orang-orang Pondok Terong dipaksa menyerah. Demi jatuhnya korban, Raden Sungging menyerah. Dia memilih ditangkap Belanda untuk dipenjarakan di Depok.
Namun, Raden Sungging meminta perundingan. Dia mau ditangkap asal pejuang yang merupakan warga asli Pondok Terong dibebaskan. Selain itu, sebelum di eksekusi mati, Raden Sungging meminta dijamu Belanda. Kepada Gubernur Jenderal Belanda kala itu, Raden Sungging meminta makan, minum dan rokok kesukaannya. Permintaannya pun dituruti.
Namun sebelum menjalani eksekusi mati, Raden Sungging meninggal dunia. Belanda kemudian menguburkan Raden Sungging dan menunggu makamnya selama seminggu. Setelah dirasa tidak ada keanehan, serdadu Belanda lantas meninggalkan makam Raden Sungging. Namun keanehan terjadi setelah serdadu Belanda meninggalkan makam. Raden Sungging bangkit dari kubur.
Raden Sungging diyakini memiliki ilmu rawa rontek. Dia lantas mendatangi markas Belanda di Depok seorang diri. Raden Sungging meminta Belanda untuk angkat kaki dari Depok. Tentu hal ini membuat tentara Belanda kocar-kacir. Orang-orang Depok yang mendengar bangkitnya Raden Sungging lalu menuju Depok. Di perjalanan mereka bersorak-sorak atas bangkitnya sang ulama.
"Hidup Raden Sungging..,hidup Raden Sungging," tutur Rusnadi. Sejak saat itu nama Raden Sungging dijadikan raja dan tersohor hingga kini. Bahkan saat ini Pemerintah Kota Depok berencana menjadikan Komplek Pemakaman Raden Sungging menjadi bagian dari salah satu cagar budaya.
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ulama ini datang ke Tuban jauh sebelum era Wali Songo
Baca SelengkapnyaSyekh Jangkung merupakan salah satu tokoh yang sangat melegenda dalam sejarah Islam di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPerjalanannya dari Tuban ke Makkah dan sebaliknya ibarat hanya melangkahkan kaki
Baca SelengkapnyaSosoknya disegani oleh warga Bekasi hingga saat ini
Baca SelengkapnyaSebagian masyarakat yakin makam Sunan Kalijaga ada di Kadilangu Demak, tapi ada juga yang yakin makam sesungguhnya Sunan Kalijaga ada di Tuban.
Baca SelengkapnyaMeskipun menghadapi tantangan, Mbah Soleh tetap konsisten dalam menyebarkan ajaran Islam. Ia bahkan berani menerima tantangan adu kesaktian.
Baca SelengkapnyaMakam para ulama ini terletak di pemakaman umum desa.
Baca SelengkapnyaSosoknya cukup berpengaruh dalam perkembangan Agama Islam di Cirebon
Baca SelengkapnyaTradisi Mando’a Pusaro merupakan tradisi ziarah ke makam Tuanku Madinah yang dilakukan oleh masyarakat Padang Pariaman.
Baca SelengkapnyaUlama dari tanah Jawa Barat ini dulunya merupakan salah satu wali yang mensyiarkan Agama Islam di pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaCara Syekh Jumadil Kubro menyebarkan Islam dengan berdagang dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Baca SelengkapnyaDi masa silam Sunan Kalijaga pernah aktif berdakwah di Cirebon dan meninggalkan petilasan sekitar 1 kilometer dari terminal Harjamukti.
Baca Selengkapnya