Anak korban 65 diciduk & dideportasi karena ziarahi makam orangtua
Merdeka.com - 50 Tahun tragedi berdarah Gerakan 30 September atau dikenal G30S sudah berakhir. Namun, luka dari peristiwa tersebut belum sepenuhnya memudar di masyarakat Indonesia.
Kondisi itu menyebabkan seorang warga negara Swedia yang dicabut status kewarganegaraannya saat tragedi 1965 berakhir tak bisa menengok makam kedua orangtuanya di Sumatera Selatan. Dia pun dideportasi karena dianggap melanggar peraturan di Indonesia.
Dikutip dari akun Facebook Yulia Evina Bhara, korban bernama Tom Iljas. Dia sebelumnya merupakan warga kelahiran Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Keberadaannya di Swedia adalah untuk menjalani pendidikan karena mendapatkan status sebagai mahasiswa terbaik di bidang pertanian.
-
Siapa yang terkena dampak terorisme di Indonesia? Di Indonesia, aksi terorisme telah menyebabkan banyak kerugian dan korban. Mereka menjadi korban terorisme mengalami disabilitas seumur hidupnya, bahkan tak sedikit juga yang harus meregang nyawa.
-
Siapa yang menginspirasi petani muda ini? Dyra mengatakan, mereka berjualan petai karena terinspirasi dari orang tua.
-
Siapa yang dimusnahkan oleh petani-pemukim? Sebuah studi baru mengungkap bahwa bangkitnya pertanian ini sebenarnya menyebabkan genosida tragis terhadap populasi pemburu-nomaden yang dimusnahkan oleh para petani-pemukim dalam beberapa generasi.
-
Siapa yang menjadi korban? Renu Singh, salah satu korban yang terjebak, telah melapor ke polisi dengan klaim bahwa ia telah ditipu sebesar USD 21.000 dan mengungkapkan bahwa ratusan orang lainnya juga mengalami kerugian total mencapai USD 4,1 juta.
-
Siapa yang menjadi korban tawuran pelajar di Jakarta? Dahulu, korbannya tidak hanya sesama pelajar, namun juga para guru juga rentan menjadi sasaran.
Berikut kisah mengharukan yang ditutukan Yulia dalam akun Facebooknya:
Tidak ada perubahan sedikit pun terkait hak korban dan penyintas peristiwa 65 untuk memperoleh kebenaran dan keadilan! Terbukti dengan apa yang terjadi pada kami, untuk ziarah ke kuburan massal anggota keluarga pun masih mendapatkan teror dan intimidasi. Pada tanggal 11 Oktober 2015 Kami (Saya, Tom Iljas, AK, AM, OP, AI) ditangkap oleh Polres Pesisir Selatan, Sumatera barat tanpa alasan yang jelas. Akhirnya, setelah 24 jam kami dilepaskan, namun Tom Iljas diserahkan oleh Polres ke Imigrasi Padang untuk pemeriksaan administratif karena Tom adalah WNA Swedia.
Setelah melalui proses pemeriksaan panjang dan melelahkan, dengan didampingi oleh LBH Padang dan LBH Jakarta, Tom dideportasi tadi pagi (16/10). Saat ini Tom Iljas sudah meninggalkan Indonesia.
KRONOLOGI LEBIH LENGKAP AKAN SEGERA MENYUSUL.
Informasi tambahan:
Tom Iljas (77) adalah salah satu mahasiswa tehnik (mekanisasi pertanian) tahun 1960-an yang dikirim oleh Kabupaten Pesisir Selatan Sumatra Barat untuk melanjutkan studi-nya dan kemudian terhalang pulang dan menjadi eksil karena dikaitkan dengan tragedi 30S. Semenjak saat itu ia bermukim di Swedia dan menjadi warga negara Swedia. Saat ini Tom Iljas adalah salah satu anggota Diaspora Indonesia di Swedia.
Tom Iljas, orang Minang, pemuda yang dikirim mewakili Salido, dicabut hak kewarganegaraannya pada tahun 1965 dan kini di usianya yang senja, diusir oleh negara dari tanah kelahirannya sendiri. Dari Kampungnya sendiri. Bagi kami ini adalah sebuah kejahatan kemanusiaan. Ironis, Tom Iljas ingin ziarah mungkin untuk yang terakhir kali di Makam Ayah dan Ibunya. Kuburan massal Ayahnya, adalah salah satu kuburan massal yang ada dalam laporan Komnas HAM. Namun niat itu terkubur sudah karena deportasi diikuti oleh daftar cekal, yang memungkinkan Tom tak bisa kembali lagi ke Indonesia.
Belum diketahui siapa yang pertama kali memosting status tersebut, namun kisah ini telah menjadi viral di media sosial.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tak bisa menyembunyikan kebahagiaan, ia pun mengunjungi makam ibunda ingin 'pamer' menunjukkan piala yang ia peroleh.
Baca SelengkapnyaTersangka TM (67), yang ditangkap karena mencabuli dua bocah dengan modus sebagai syarat masuk anggota kuda lumping meninggal di tahanan.
Baca SelengkapnyaJenazah Putu Satria Ananta Rustika, taruna di STIP tiba di Pulau Bali
Baca SelengkapnyaPelaku mengaku tega membunuh majikannya karena tidak diajari Bahasa Belanda.
Baca SelengkapnyaSeorang lansia ditelantarkan anaknya di panti jompo viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaKeduanya terpaksa mewakili sang putri saat wisuda lantaran Dewi telah berpulang ke pangkuan Tuhan.
Baca SelengkapnyaBerikut cerita tangis haru Ibu Theodore Gomgom saat tahu sang anak berhasil meraih Adhi Makayasa.
Baca SelengkapnyaIa tak didampingi orang tua saat wisuda. Pria ini hanya datang seorang diri.
Baca SelengkapnyaKasus ini terungkap setelah ayah kandung korban mencari anaknya.
Baca SelengkapnyaSejumlah barang bukti diamankan dari pelaku yang diduga melakukan penganiayaan terhadap keponakannya
Baca SelengkapnyaSeorang siswi SMA di Ogan Komering Ulu, MA (18), menjadi korban pencabulan oleh ayah kandungnya sendiri, ER (48).
Baca SelengkapnyaIa melanjutkan perjuangan ayahnya sebagai negarawan yang sangat mencintai Indonesia.
Baca Selengkapnya