Cerita Mahasiswa Kurang Mampu Asal Aceh dan NTB Bisa Kuliah Gratis di UGM
Universitas Gadjah Mada (UGM) setiap tahunnya menerima lebih dari 10 ribu mahasiswa baru.
Universitas Gadjah Mada (UGM) setiap tahunnya menerima lebih dari 10 ribu mahasiswa baru.
-
Bagaimana anak kurang mampu bisa kuliah di UGM? Ada banyak cara agar mereka bisa berkuliah di perguruan tinggi favorit. Salah satunya dengan menjadi siswa berprestasi dan masuk ke universitas favorit dengan jalur prestasi.
-
Siapa saja anak kurang mampu yang diterima di UGM? Pertama adalah cerita siswa asal Lombok Timur bernama Gigih Indah Sukma Halwai (17). Dia tak henti mengucapkan syukur saat dinyatakan diterima di program studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM. Ia dibesarkan oleh ayahnya yang merupakan seorang guru honorer. Ibunya meninggal pada tahun 2019 lalu. Penghasilan ayahnya yang menjalani peran sebagai orang tua tunggal pun pas-pasan. Namun kondisi sulit itu membuat Gigih berjuang keras untuk mewujudkan mimpinya.
-
Siapa yang mendapatkan beasiswa UGM? Muhammad Arifin Ilham (18), punya tekad besar untuk melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi. Butuh biaya besar untuk mewujudkan tekad Ilham. Padahal ia berasal dari keluarga yang kurang mampu.
-
Bagaimana Johar bisa kuliah di UGM? Johar kemudian memanfaatkan peluang terakhir masuk UGM melalui Ujian Mandiri dengan pilihan Prodi Akuntansi FEB UGM. Ia pun pada akhirnya diterima.
-
Bagaimana UGM memfasilitasi mahasiswa untuk belajar di dalam dan luar kampus? 'Kami berupaya memfasilitasi mahasiswa untuk bisa belajar di dalam maupun luar kampus. Belajar dari para dosen maupun praktisi serta teman-teman sebaya mereka melalui kegiatan yang positif,' kata Ova.
-
Bagaimana anak STIN mendapatkan pengalaman kuliah tanpa biaya? Taruna yang telah dinyatakan lolos seleksi akan mendapatkan banyak fasilitas yang mumpuni dan lengkap selama menempuh pendidikan. Namun fasilitas utama yang wajib diterima adalah tidak ada biaya kuliah alias gratis.
Cerita Mahasiswa Kurang Mampu Asal Aceh dan NTB Bisa Kuliah Gratis di UGM
Dari jumlah tersebut lebih dari 30 persen berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi.
Salah satu mahasiswa yang mengalami keterbatasan ekonomi adalah Muhammad Arifin Ilham (19). Mahasiswa Hubungan Internasional Fisipol UGM asal Aceh ini menceritakan perjuangannya untuk bisa kuliah di UGM tidaklah mudah.
Arifin menyebut keterbatasan ekonomi yang dialaminya tak membuat dirinya putus semangat. Arifin mengaku sejak SMP dirinya sudah bercita-cita merantau ke Yogyakarta dan menjadi mahasiswa UGM.
“Saya mengetahui UGM itu dari TV. Sejak SMP saya sudah tertarik untuk mengejar kuliah di UGM,” ujar Arifin, saat ditemui di Kampus UGM, Rabu (5/6).
Untuk mengejar impiannya menjadi mahasiswa UGM, Arifin semasa SMA aktif mengikuti berbagai kompetisi dan olimpiade sains tingkat nasional. Kemampuan itu terus ia asah untuk meyakinkan orang tua bahwa ia bisa berkuliah di luar daerah.
“Banyak yang bilang saya ini punya kemampuan kenapa tidak dicoba saja ke UGM. Saya juga coba yakinkan orang tua bahwa banyak loh beasiswa di UGM,” ucap anak pertama dari tiga bersaudara tersebut.
Arifin mengaku awalnya ia kurang mendapat dukungan dari orang tua untuk kuliah di UGM. Salah satu pertimbangannya adalah kuliah di luar kota seringkali memakan banyak biaya. Apalagi melihat UGM sebagai salah satu kampus terbaik di Indonesia.
Berbekal keyakinan dan ketekunan, Arifin pun kemudian mendaftar prodi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) tahun 2023 lalu dan berhasil diterima di UGM.
Keterbatasan ekonomi yang dirasakan Arifin tak menjadi penghalang dirinya mengejar impiannya. Arifin mengaku merasa sangat terbantu dengan adanya beasiswa di UGM.
Selain beasiswa KIP-K, Arifin juga mendapat bantuan pendidikan dari Keluarga Alumni Gadjah Mada (KAGAMA) Aceh. Saat ini pun Arifin aktif di banyak kegiatan. Termasuk salah satu Model United Nation (MUN) di Singapura, membuat artikel di Institute of International Studies (IIS) UGM, dan lain-lain
Selain Arifin, Ramzy Oansa Ilham (19) asal Rumbug, Lombok Timur, Rumbuk, Nusa Tenggara Barat juga membagikan pengalamannya berjuang untuk melanjutkan pendidikan tinggi kuliah di UGM pada tahun 2023 lalu.
Ramzy mengungkapkan tim dari UGM pernah berkunjung ke rumahnya selaku penerima beasiswa KIP-K. Ayahnya bekerja sebagai satpam outsourcing di salah satu kantor milik pemerintah.
Keluarga Ramzy mengontrak rumah bedeng di gang sempit. Berdinding papan yang sudah lusuh dan sudah dimakan rayap, namun tetap tidak mengendurkan semangat Ramzy selalu berprestasi di kelas.
Meski hanya mengandalkan sebuah meja belajar kecil di sudut kamar yang digunakan secara bergantian dengan adik laki-lakinya, Ramzy selalu tekun belajar demi menggapai cita-cita mengenyam kuliah di perguruan tinggi ternama.
Ramzy punya alasan memilih masuk Fakultas Hukum UGM. Berawal dari fenomena sosial yang ia lihat di lingkungannya dimana banyak sekali masyarakat menengah ke bawah yang kesulitan mendapatkan bantuan hukum.
“Sebenarnya saya ingin masuk ke dunia politik, tapi ingin belajar hukum dulu supaya nanti kalau sudah masuk politik bisa jadi orang yang benar secara hukum,” urai Ramzy.
Ramzy memilih UGM sebagai kampus tujuan karena dianggap bisa mendukung perkembangan karirnya kelak. Baginya, tempat di mana ia belajar saat ini adalah titik yang menentukan dirinya di masa depan.
“Banyak yang bilang kenapa nggak kuliah di daerah aja. Tapi kita kan nggak mau jadi katak dalam tempurung, kita ingin keluar dari zona nyaman,” terang Ramzy.
Meskipun berasal dari keluarga kurang beruntung secara ekonomi, Ramzy mengaku tidak pernah merasa minder dengan teman-temannya di kampus. Satu hal penting untuk diterapkan di lingkungan perkuliahan adalah bagaimana seseorang dapat melakukan sesuatu sesuai kapasitasnya.
Ramzy menegaskan, bahwa kondisi ekonomi bukanlah suatu penghambat seseorang untuk berkarya. Selama ia bisa melakukan yang terbaik dalam setiap langkah kehidupannya, Ramzy tidak akan merasa tertinggal dibanding teman-temannya.
“Jangan pernah membandingkan diri sendiri dengan orang lain, selama kita belum berusaha dengan semaksimal mungkin untuk berkompetisi dan memberikan potensi kita yang terbaik,” pesan Ramzy.
Ramzy menambahkan untuk diterima menjadi mahasiswa UGM memang tidak mudah karena harus bersaing dengan banyak siswa lainnya dari seluruh Indonesia.
"Selalu ada jalan dan kesempatan yang terbuka luas bagi siapa saja, dan upaya tersebut akan sebanding dengan apa yang akan didapatkan ketika sudah kuliah di UGM," tutup Ramzy.