Cerita Pak Pong Barongsai dari Kampung Pajeksan Yogyakarta
Merdeka.com - Namanya Slamet Hadi Prayitno (75) atau akrab disapa Pak Pong, bukanlah nama asing di dunia kesenian Barongsai Yogyakarta. Pak Pong selain dikenal sebagai pemain, juga pembuat Barongsai.
Persinggungan awal Pak Pong dengan kesenian Barongsai dimulai sejak tahun 1995 atau semasa Orde Baru. Kala itu, Pak Pong yang tinggal di Kampung Pajeksan di kawasan Malioboro, kerap melihat orang-orang berlatih Barongsai.
Kawasan Malioboro memang dikenal dengan entitas Tionghoa yang sudah ada sejak lama. Kondisi ini membuat budaya Tionghoa seperti Barongsai tetap lestari meskipun di masa Orde Baru sempat mendapatkan larangan.
-
Siapa yang biasa memainkan Patipung Tipung Balung? Mengutip YouTube Budaya Jabar, permainan Patipung Tipung Balung jadi sarana keakraban anak-anak Sunda di zaman dulu.
-
Bagaimana atraksi Barong Geni dimulai? Mula-mula, para pemainnya menampilkan formasi dengan tokoh utama Barong yang berlari ke sekitar area panggung. Kemudian, prajurit membentuk posisi membungkuk sembari membawa obor.
-
Siapa Pong Tiku? Pong Tiku atau dikenal dengan ejaan Pontiku dan Pngtiku ini lahir di Rindingallo, Toraja Utara, Sulawesi pada 10 Juli 1846.
-
Siapa yang biasanya bermain Sepak Tekong? Permainan ini bisa dimainkan oleh anak-anak segala umur, baik laki-laki ataupun perempuan. Secara umum, permainan ini membutuhkan jumlah pemain yang tidak terbatas. Namun pada praktiknya, permainan ini bisa dimainkan sekitar 5 sampai 10 orang. Umumnya anak-anak yang bermain Sepak Tekong rata-rata berusia 7 sampai 8 tahun.
-
Kapan Tan Joe Hok mulai berlatih bulu tangkis? Pelatih klub Blue White, Lie Ju Kong, melihat bakat Tan saat sang pemain masih berusia 12 tahun. Lie mengajak Tan serius berlatih dan bergabung di klub bulu tangkis.
-
Kapan babalonan sarung dimainkan? 'Permainan ini jadi makin ramai saat bulan Ramadan, karena biasa dimainkan anak-anak saat menunggu waktu berbuka puasa atau ngabuburit,' kata Zaini Alif.
"Dulu mau mengadakan pawai (Barongsai) aja enggak berani. Dulu latihan Barongsai ya sembunyi-sembunyi," kata Pak Pong, Senin (16/1).
Dia mengenang saat awal latihan Barongsai, berlatih di sebuah lapangan tertutup yang saat ini sudah menjadi swalayan di kawasan Malioboro. Dari latihan itulah dirinya mulai suka dengan Barongsai.
"Awalnya ya cuma nonton orang latihan. Lalu diajak gabung. Ya terus jadi senang. Saya ikut main juga. Ikut main Liong, terus main musik untuk pentas Barongsai juga bisa. Terus buat Barongsainya juga bisa," ungkap Pak Pong.
Keterampilannya membuat Barongsai didapat saat belajar kepada Pak Doel Wahab, salah seorang pembuat Barongsai generasi awal di Yogyakarta.
"Dulu belajar bikin Barongsai dari Pak Doel Wahab. Rumahnya di Pasar Pathuk. Dulu bikin tapi sekarang beliau sudah enggak bikin lagi, sudah sepuh sekarang umurnya sudah lebih dari 80 tahun," ucap Pak Pong.
Pak Pong menuturkan ada dua versi Barongsai yang dibuatnya yaitu dari cetakan dan dari rakitan rotan. Untuk Barongsai cetakan berbahan kertas ini, dirinya menjual seharga Rp75 ribu hingga Rp100 ribu per satunya. Barongsai cetak ini berukuran kecil dan biasanya dipakai oleh anak-anak bermain.
"Kalau yang cetak ini biasanya yang beli anak-anak. Dipakai buat main-main. Jadi ada cetakan dari semen kemudian nanti dikasih kertas sesuai cetakan. Harganya biasanya Rp75 ribu sampai Rp100 ribu. Kalau model cetakan ini saya bisa bikin banyak karena tidak sulit prosesnya," tutur Pak Pong.
"Kalau yang rakitan pakai rangkanya dari rotan. Ukurannya juga besar. Nanti bulu-bulunya itu pakai bulu domba asli. Harganya sekitar Rp 5 juta. Ini sudah banyak yang pesan buat dekorasi di hotel-hotel," sambung Pak Pong.
Mendirikan Grup Barongsai Singa Mataram
Kecintaan Pak Pong pada kesenian Barongsai tidak berhenti pada pembuatan saja. Pak Pong juga menginisiasi pendirian kelompok Barongsai bernama Singa Mataram. Uniknya, kelompok Barongsai ini berisikan warga keturunan Jawa dan tidak ada yang berasal dari etnis Tionghoa.
"Ya pemainnya orang-orang kampung sini dan sekitarnya. Ada sekitar 60 orang lebih. Saya kebetulan pendirinya. Nama grupnya Singa Mataram," ungkap Pak Pong.
Grup Barongsai Singa Mataram ini cukup banyak menerima order untuk tampil di perayaan Tahun Baru Imlek 2023. Hal ini dibuktikan dengan deretan nama lokasi tempat pentas Singa Mataram baik itu hotel hingga klenteng yang ditempel di depan rumah Pak Pong.
"Ya sudah banyak yang mesan jadwal ke kami. Beberapa kami tolak karena kebetulan jamnya bersamaan. Itu jadwalnya saya tempel, kayaknya seminggu udah full," terang Pak Pong.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kesenian budaya Reog Ponorogo diwariskan secara turun-temurun di kampung ini.
Baca SelengkapnyaDaya tarik Ulin Barong ada di atraksi para pemainnya. Mereka menampikan unsur jurus bela diri pencak silat yang atraktif
Baca SelengkapnyaSebagian besar masyarakat di dusun tersebut berprofesi sebagai pengrajin wayang kulit. Keahlian mereka sudah diwariskan secara turun-temurun
Baca SelengkapnyaRibuan pelajar menarikan Tari Montro di Pantai Parangkusumo, Bantul memecahkan rekor MURI.
Baca SelengkapnyaPertunjukkan Gandrung Sewu juga bakal diramaikan atraksi Air Show jajaran TNI AU.
Baca SelengkapnyaDesa itu memiliki beragam potensi wisata kuliner, sejarah, dan budaya
Baca SelengkapnyaDesa Wisata Osing menawarkan pengalaman budaya yang unik dan menarik di ujung timur Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaSi Doel temui pendiri warung bakmi legendaris yang ada di Jakarta Pusat.
Baca SelengkapnyaSeorang warganet mengabadikan keseruan itu dari jendela kamar kosnya.
Baca SelengkapnyaSalah satu seni pertunjukan paling meriah di Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaKirab budaya ini menjadi hiburan murah meriah warga dengan sejumlah atraksi.
Baca SelengkapnyaTahun Baru Imlek dimeriahkan dengan pertunjukan barongsai di sejumlah pusat perbelanjaan di Depok.
Baca Selengkapnya